Provinsi-Provinsi Penghasil Ikan Gurame di Indonesia

Provinsi-Provinsi Penghasil Ikan Gurame


Gurame adalah ikan perairan air tawar yang sudah dibudidayakan. Ikan gurame merupakan ikan air tawar yang berbeda dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Tidak seperti ikan air tawar lainnya, ikan gurame termasuk ikan yang memerlukan perhatian ekstra dalam membudidayakannya. Pemeliharaan ikan gurame untuk mencapai ukuran konsumsi memerlukan waktu yang panjang, sekitar 8 -10 bulan. Oleh karena itulah ikan gurame tergolong ikan yang mahal dikarenakan proses pemeliharaannya tersebut.

Gurame masuk dalam kategori ikan yang diunggulkan oleh perikanan budidaya. Walaupun perkembangannya tidak sepesat ikan air tawar lainnya. Namun, gurame tetap menjadi andalan perikanan budidaya karena memiliki nilai jual yang lebih baik dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Selain itu, gurame juga mudah dalam pemasarnnya.

Pengembangan ikan gurame tidak seperti halnya ikan mas dan ikan nila yang telah memiliki induk unggulan, hasil dari perekayasaan genetic. Namun, seiring dengan banyak berkembangnya para pembudidaya ikan gurame maka beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan untuk menghasilkan bibit unggul ikan gurame. Salah satunya adalah Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi Jawa barat.

Jika dilihat berdasarkan data statistik 2010, perkembangan ikan gurame sudah mencapai ke hampir seluruh Indonesia. Bahkan sentra budidaya ikan gurame tidak hanya terdapat di pulau Jawa tetapi terdapat pula di luar jawa. Berikut ini beberapa provinsi penghasil ikan gurame di Indonesia :



Jawa barat

Jawa barat menduduki peringkat pertama sebagai penghasil ikan gurame pada tahun 2010 yaitu sebesar 12.970 ton. Walaupun angka 2010 masih lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya namun penurunan produksi ikan gurame jawa barat, tidak serta merta menggeser provinsi ini sebagai penghasil utama ikan gurame.



Sumatera Barat

Tahun 2010 adalah tahunnya provinsi sumatera barat terutama karena keberhasilan provinsi ini dalam mengembangkan budidaya ikan guramenya. Tahun 2010, produksi gurame provinsi ini mencapai 10.660 ton. Naik tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 6.510 ton. Produksi sebesar 10.660 ton menempatkan Sumatera Barat sebagai penghasil ikan gurame nomor dua menggeser provinsi Jawa Timur yang pada tahun sebelumnya berada di posisi kedua.



Jawa Timur

Produksi ikan gurame Jawa Timur sebenarnya tidak mengalami penurunan bahkan terjadi peningkatan produksi dibandingkan tahun sebelumnya sehingga tidak dapat dikatakan jika budidaya ikan gurame di provinsi mengalami penurunan. Hanya saja peningkatan produksinya masih kalah dibandingkan dengan Sumatera Barat. Produksi ikan gurame Jawa Timur tahun 2010 adalah sebesar 9.525 ton sedangkan produksi di tahun 2009 sebesar 8.425 ton



Jawa Tengah

Perikanan budidaya air tawar Jawa Tengah berkembang dengan baik. Hal ini terlihat dari perkembangan produksi budidaya air tawarnya yang selalu meningkat. Begitu pula dengan ikan guramenya yang termasuk diunggulkan oleh provinsi ini untuk mengangkat perikanan budidaya air tawarnya. Produksi ikan gurame jawa tengah tahun 2010 adalah sebesar 7.475 ton. Naik sekitar 1.300 ton dibandingkan tahun sebelumnya 2009 sebesar 6.145 ton. Gurame termasuk ikan air tawar ketiga dengan produksi tertinggi di provinsi ini setelah lele dan nila.



DI Yogyakarta

Provinsi ini merupakan provinsi dengan jumlah kabupaten/kota yang tidak banyak. Tapi perikanan budidayanya mampu bersaing dengan provinsi yang memiliki area yang lebih luas. Tengok saja produksi lele, nila dan guramenya yang dapat bersaing dengan provinsi di pulau jawa lainnya. Ikan gurame yang diandalkan provinsi ini produksinya tahun 2010 mencapai 6.031 ton sedangkan tahun sebelumnya sebesar 2.694 ton. Dengan produksinya yang sebesar tersebut provinsi ini berada diurutan kelima sebagai penghasil ikan gurame.



Lampung

Lampung sebenarnya lebih dikenal sebagai penghasil terbesar udang terutama udang vaname karena di provinsi ini terdapat perusahaan yang mengembangkan budidaya udang vaname. Tapi tidak bisa dipandang sebelah mata untuk perikanan budidaya air tawarnya. Gurame pada tahun 2010 produksi mencapai 4.098 ton naik dari tahun 2009 yang sebesar 3.453 ton



Sumatera Selatan

Sumatera Selatan adalah salah satu kekuatan pulau sumatera sebagai penghasil ikan air tawar perikanan budidaya. Provinsi ini dikenal sebagai sentranya pengahasil ikan patin hasil budidaya. Selain penghasil ikan patin ternyata provinsi ini juga menghasilkan ikan gurame terbesar ketiga di pulau sumatera. Produksi ikan guramenya pada tahun 2010 adalah sebesar 2.518 ton naik sedikit dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 2.126 ton.



Masih banyak lagi provinsi yang berhasil dalam mengembangkan budidaya ikan gurame dan tidak hanya terbatas di pulau sumatera dan pulau jawa saja namun sudah menyebar ke Indonesia bagian timur pula. Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara termasuk yang telah membudidayakan ikan gurame. Bahkan di pulau Sulawesi dan Papua juga membudidayakan ikan dengan nilai jual yang cukup tinggi ini.

Teknik budidaya ikan gurame sebetulnya tidaklah sulit namun perlu diperhatikan beberapa hal berikut agar dalam membudidaya ikan gurame dapat berhasil, yaitu :

1. Lokasi

Pilih lokasi dengan jenis tanah liat berpasir yang dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

2. Kemiringan tanah

Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3–5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi dan lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 1–400 m di atas permukaan laut

3. Sumber air

Salah satu syarat utama budidaya gurami adalah air yang bersih. Karena itu hindari pemakaian air yang keruh dan kotor. Sebab jika kotoran itu bercampur dengan pakan, bakal memicu timbulnya bakteri,parasit dan cacing

4. Kualitas Air

Kandungan oksigen optimum yang dapat menunjang pertumbuhan ikan adalah 2 mg/l. Gurami tergolong ikan yang sangat peka terhadap perubahan suhu. Gurami tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah daripada kisaran suhu optimal, gurami tidak akan produktif. Ikan gurami dapat tumbuh dengan baik pada perairan dengan kisaran pH 5–10. Namun pH optimum yang dapat menunjang perkembangan dengan baik adalah 6,5–8,5.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Jenis-jenis Ikan Arwana Indonesia

Jenis-jenis Ikan Arwana Indonesia

Arwana merupakan ikan hias yang sangat diminati. Karakteristiknya yang memiliki warna yang indah membuatnya menjadi primadona. Tidak hanya sebagai hiasan, arwana oleh beberapa kalangan juga diyakini membawa keberuntungan bagi yang memilikinya. Ikan arwana yang termasuk dalam kategori hewan yang dilindungi memiliki banyak varietas di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis arwana yang diantaranya telah dapat dibudidayakan.


Super Red Arwana

Indonesia termasuk Negara yang memiliki jenis ikan arwana yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan ini banyak ditemui di perairan Kalimantan utamanya di Kalimantan bagian barat. Ikan arwana merah memiliki beberapa varietas diantaranya arwana warna merah darah (blood red), merah cabe/cabai (chili red), merah oranye (orange red) dan purple red.

Secara umum arwana merah, sejak kecil sudah memiliki warna merah pada sirip, ekor, dayung dan sungut. Sedangkan warna merah pada badan akan meuncul ketika arwana sudah berusia 3 – 4 tahun.



Golden Arwana

Arwana jenis ini di alam banyak ditemui diperairan Sumatera terutama di provinsi Riau. Varietas arwana jenis ini berdasarkan warna dasarnya terdiri dari blue base, green base dan gold base. Kekurangan dari arwana ini adalah warna sisik pada umumnya tidak bisa sampai melewati punggung dan hanya sampai pada level sisik ke 4 (dihitung dari bawah badan ke atas).



Jardini Arwana

Karakteristik arwana jenis ini memiliki warna dasar hitam kecoklat-coklatan dengan bintik-bintik kuning ke emasan pada bagian tengah sisik-sisiknya, bahkan di bagian kepala (pipi) sampai pada sirip & ekornya pun terdapat bintik-bintik kuning tersebut. Jardini dapat dijumpai di Pulau Irian karena arwana ini sering pula disebut sebagai arwana irian. Jardini dibagi 2 jenis, yaitu warna dasar lebih gelap adalah scleropqges jardini dan yang memiliki dasar lebih terang adalah scleropqges leichharti.



Inilah beberapa arwana yang populer di Indonesia dan oleh sebagian pembudidaya ikan hias ketiga jenis ikan arwana tersebut telah dapat dibudidayakan. Teknik budidaya ikan arwana secara umum tidaklah sulit namun membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang ekstra.

Arwana dapat dikembangbiakkan di wadah budidaya seperti akuarium atau kolam. Kualitas air yang selalu terjaga baik menjadi tuntutan dalam budidaya ikan ini. PH air untuk budidaya arwana sebenarnya sangat lebar tapi lebih disarankan untuk memudahkan pemeliharaannya PH airnya disesuaikan dengan kondisi air pada kondisi sebenarnya di alam yaitu PH 6,8 – 7,5 dan suhu 27 – 29 C. Sedangkan penggantian air untuk menjaga kualitas air, dilakukan sebanyak 30 – 34 % dari total volume dengan air deklorinisasi. Penggantian air perlu dilakukan apalagi jika kondisi setelah hujan karena air hujan dapat mengakibatkan perubahan mendadak pada kualitas air.

Pemberian pakan pada arwana sebaiknya diberikan pakan bervariasi yang mengandung protein sangat tinggi. Pakan untuk induk arwana dapat diberikan berupa ikan/udang rucah ditambah dengan pellet dengan kadar protein 32 %. Pemberian pakan ini dilakukan setiap hari dengan ketentuan 2% dari berat total tubuhnya.

Kematangan gonad akan terjadi pada saat umur ikan arwana berumur 4 tahun dan sudah mencapai panjang 45 – 60 cm. Pemijahan akan terjadi sepanjang tahun. Puncak pemijahan akan terjadi antara bulan Juli dan bulan Desember. Ketika telah terjadi pemijahan maka induk jantan akan menjaga telur tersebut di dalam mulutnya selama 2 bulan.

sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Mutiara Terpendam di Bibir Pasifik

Mutiara Terpendam di Bibir Pasifik


“Mutiara Yang Terpendam di Bibir Pasifik” Kalimat di atas memang pantas disandang sebagai julukan bagi sebuah pulau terluar di Indonesia Bagian Timur yang bernama “Morotai”.. Mungkin secara umum kita bangsa Indonesia masih merasa asing dengan nama tersebut, padahal jauh sejak 66 tahun lalu tepatnya sejak Tahun 1944, Morotai telah mempunyai arti sangat penting dan strategis ketika Panglima Divisi VII Amerika Serikat (AS) Jenderal Douglas MacArthur dengan 63 batalion tentara sekutu mendarat di Tanjung Dehegila Morotai sebagai tempat konsolidasi ratusan ribu pasukannya dan menjadi basis pertahanan hingga mengantarkan tentara sekutu memetik kemenangan atas Jepang pada PD II.

Jejak dan Kisah heroik seorang jenderal bernama Douglas MacArthur tersebut masih membekas sebagai saksi bisu betapa pulau kecil di bibir Pasifik tersebut mempunyai arti penting di mata sang Jenderal. Jika MacArthur saja pada tahun 1944 telah memilih Morotai sebagai basis strategis tentara sekutu, tentu ada potensi luar biasa di daerah itu yang perlu digali dan dicari jawabannya. Lalu, apa yang perlu kita lakukan, sebagai anak Negeri..?? membiarkan Morotai hanya sekedar saksi sejarah dunia dan kita hanya bangga tanpa berbuat apa-apa,? Ataukah berupaya untuk menggali “mutiara “ yang terpendam selama berpuluh-puluh tahun tersebut ? jawabannya tentu tergantung seberapa besar rasa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia.

Sejenak kita mencoba melirik Pulau Morotai dari sisi lain, dimana sejak Pulau Morotai ditetapkan sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-Undang No : 53 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Pulau Morotai, yang mengantarkan Kabupaten Pulau Morotai sebagai Kabupaten ke-9 di Provinsi Maluku Utara, ternyata bukan hanya aspek historis yang menjadikan nama Morotai melambung dan dikenal dunia, namun ada potensi di sektor lain yang begitu besar, tengok saja betapa besarnya potensi pengembangan di Sektor Kelautan dan Perikanan yang telah berpuluh tahun tidur terlelap tanpa ada yang berani membangunkan. Pembentukan Pulau Morotai sebagai sebuah Kabupaten menjadi momen bersejarah yang dilatar belakangi atas kesedaran kita sebagai bangsa Indonesia akan pentingnya kemadirian. Saat itulah mulai sadar bahwa pulau mungil nan eksotis ini ternyata mempunyai potensi dan nilai strategis nasional jika dimanfaatkan dan dikelola secara optimal dan berkelanjutan.



NILAI STRATEGIS KABUPATEN PULAU MOROTAI

Kabupaten Pulau Morotai mempunyai luas wilayah 4.301,53 km², dengan luas daratan seluas 2.330,60 km­­² dan luas wilayah laut sejauh 4 mil seluas 1.970,93 km². Jumlah pulau-pulau kecil terdapat di Kabupaten Pulau Morotai berjumlah 33 pulau dengan rincian pulau yang berpenghuni berjumlah 7 pulau dan yang tidak berpenghuni berjumlah 26 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 354,14 km². Adapun jumlah desa pesisir sebanyak 60 desa pesisir, dengan jumlah penduduk 56. 462 jiwa dimana 80% terdistribusi dikawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sedangkan 20% berada di perkotaan dan desa pedalaman.

Kita tahu bahwa selama hampir 50 tahun proses pembangunan yakni mulai periode orde lama (20 tahun) dan orde baru (32 tahun), pendekatan pembangunan ekonomi hanya terpusat pada pengembangan wilayah daratan, kondisi ini menyebabkan pengembangan wilayah perbatasan yang nota bene merupakan wilayah pulau-pulau kecil hampir terabaikan. Fenomena ini sangat ironis mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki banyak sekali pulau-pulau kecil terluar sebagai wilayah perbatasan. Mempertimbangkan hal tersebut, maka saat ini pemerintah mulai fokus dengan merubah paradigma konsep pembangunan yaitu melalui pendekatan kawasan khususnya pada pembangunan kawasan-kawasan strategis nacional yang secara umum berada pada kawasan kepulauan. Pengembangan ekonomi berbasis kawasan ini diharapkan akan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi baru dan mempunyai pengaruh langsung sebagai penghela bagi kawasan sekitarnya.

Dengan terbentuknya Kabupaten Pulau Morotai sebagai Daerah otonom, telah mendorong pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap Pulau Morotai untuk dikembangkan menjadi kawasan pengembangan ekonomi nasional salah satunya melalui penetapan kebijakan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Kebijakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pulau Morotai dengan mengacu pada pertimbangan faktor geostrategis yaitu melalui pemanfaatan potensi sektor Kelautan dan Perikanan, Pariwisata, Alur Laut Kepulauan Indonesia (AKLI) dan Industri maritim.

Posisi geostrategic dan geografis Morotai sebagai pintu gerbang menuju Pasifik, yang potensial menjadi sentra kegiatan perdagangan global, membuat kawasan Kabupaten Pulau Morotai berpeluang besar menjadi sentra ekonomi baru di Indonesia bagian timur. Selain itu potensi besar yang dimiliki Kabupaten Pulau Morotai adalah pada sektor kelautan dan perikanan serta pulau-pulau kecil yang dapat dikembangkan sebagai kawasan parawisata kelautan dan industry perikanan terpadu (fisheries integrated industry)



Potensi Pengembangan Mariculture besar

Melihat besarnya potensi di Sektor Kelautan dan Perikanan Pulau Morotai, kalimat yang pantas untuk menggambarkan kondisi ini adalah bahwa pulau Morotai saat ini sebagai “Raksasa Tidur (The Sleeping Giant)” yang harus segera kita bangunkan. Ya,.. The Sleeping Giant julukan tersebut memang pantas disandang sebagai kiasan besarnya potensi sub sektor perikanan budidaya khususnya budidaya laut (mariculture) yang belum dimanfaatkan secara optimal. Betapa tidak, dari total potensi untuk pengembangan mariculture sebesar 6.639,7 ha tidak lebih dari 2 %-nya saja yang baru termanfaatkan dan itupun terkonsentrasi pada beberapa kawasan saja. Inilah yang menjadi peluang sekaligus tantangan ke-depan bagaiamana elemen bangsa ini berperan dalam memberikan kontribusi positif guna menggali dan memanfaatkan “Mutiara” yang terpendam di bibir Pasifik ini.

Karakteristik perairan pesisir dan laut pulau Morotai secara teknis sangat layak dan memungkinkan untuk pengembangan kegiatan budidaya laut , antara lain : Rumput laut, finfish (Ikan Kerapu, Kakap, Bawal Bintang dll), Crustacea (Lobster), kekerangan (tiram mutiara, kerang hijau). Wilayah yang potensial untuk kegiatan ini adalah daerah sekitar teluk di pulau-pulau kecil sekitar Pulau Morotai. Secara spasial kawasan potensial untuk pengembangan kegiatan usaha budidaya laut terbagi 9 (sembilan) zona namun dengan pertimbangan beberapa aspek pendukung, maka kawasan yang paling potensial untuk pengembangan budidaya laut ada sebanyak 6 (enam) zona/kawasan yang berada kawasan selatan dan barat daya Pulau Morotai antara lain :

Zona budidaya I meliputi Pulau zum-zum, Pulau Lunglung, Pulau Ruberube, Pulau Rukiruki dan Pulau Bobongono
Zona budidaya II meliputi Pulau Kokoya, Pulau Kolorai, Pulau Dodola Kecil dan Pulau Dodola Besar
Zona budidaya III meliputi Pulau Pelo, Pulau Galogalo Besar, Pulau Galogalo Kecil, Pulau Loleba Besar, dan Pulau Loleba Kecil
Zona budidaya IV meliputi Pulau Ngelengele Besar, Pulau Ngelengele kecil, dan Pulau Tuna (pulau Burung)
Zona budidaya V meliputi Dowongikokotu di selatan hingga Pulau Kacuwawa di utara
Zona budidaya VI meliputi Pesisir Wayabula, sejak Tanjung Wayabula hingga Pulau Kacuwawa

Total potensi pengembangan budidaya laut pada ke-enam zona tersebut mencapai 6639,7 Ha (Sumber : Penyusunan Master Plan Kawasan Transmigrasi Mandiri Terpadu Pulau Morotai, tahun 2006).


Kondisi existing perkembangan mariculture

Pengembangan Budidaya rumput laut masih minim

Potensi budidaya rumput laut hampir tersebar diseluruh kawasan kepulauan Morotai, namun demikian aktivitas budidaya saat ini masih terbatas dan terkonsentrasi dibeberapa pulau saja. Salah satu kawasan pengembangan budidaya rumput laut terdapat di Pulau Koloray. Aktivitas budidaya yang dilakukan masyarakat pesisir Pulau Koloray terbilang sudah cukup lama dan menjadi salah satu kawasan yang menjadi awal pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Pulau Morotai. Namun demikian tingkat pemanfaatan lahan masih minim dibanding dengan potensi lahan yang ada.

Minimnya pemanfaatan lahan dan kapasitas produksi disesabkan oleh jumlah Sumber daya manusia yang minim, ini dapat dilihat dimana total penduduk yang ada di Pulau Koloray tidak lebih dari 100 KK. Wawancara penulis dengan para pembudidaya umumnya mereka masih minim dalam mendapatkan informasi teknologi budidaya sehingga pada saat terjadi permasalahan mereka masih sulit untuk melakukan pencegahan maupun penaggulangan.

Secara keseluruhan teknologi budidaya rumput laut yang diterapkan adalah dengan menggunakan metode lepas dasar (off bottom method), dimana secara teknis metode ini hanya dapat dilakukan pada kondisi topografi perairan yang spesifik (dipengaruhi pasang surut). Padahal melihat potensi perairan yang ada, masih sangat potensial untuk dikembangkan melalui metode long line maupun rakit apung (raft floating method). Pada kesempatan tersebut kami mencoba memperkenalkan metode longline kepada masyarakat dan akan ditindaklanjuti oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Morotai melalui kegiatan percontohan budidaya rumput laut.

Kendala yang dihadapi pembudidaya secara teknis mereka mengeluhkan munculnya penyakit ice-ice karena disebabkan kondisi perairan yang fuktuatif akhir-akhir ini, selain itu tindakan pencegahan belum bisa dilakukan mengingat metode lepas dasar sulit untuk dilakukan pemindahan lokasi. Kendala lain adalah :1) minimnya permodalan sehingga belum mampu mengembangkan kapasitas usaha, 2) akses pasar, secara umum rantai pasok terkendala karena jarak lokasi budidaya sulit dijangkau, kondisi ini semakin memperpanjang rantai distribusi sehingga posisi tawar ditingkat pembudidaya jauh dibawah harga pasar rata-rata.



Budidaya Ikan Kerapu dan Tiram Mutiara

Kawasan pengembangan budidaya kerapu dan tiram mutiara berada di Pulau Ngele-ngele besar dan kecil sekitar 2 jam perjalanan menggunakan speed boat dari pelabuhan Daruba. Aktivitas budidaya dilakukan oleh salah satu investor yaitu PT. Morotai Marine Culture (MMC) yang merupakan pioneer pengembagan budidaya ikan kerapu dan tiram mutiara di Kabupaten Pulau Morotai.

PT. Morotai Marine Culture merupakan investor yang masuk ke Pulau Morotai dan telah melakukan pengembangan budidaya laut untuk komoditas ikan kerapu dan tiram mutiara. Kegiatan budidaya kerapu dilakukan secara terintegrasi mulai dari pembenihan dan pembesaran di KJA serta telah dilakukan ekspor langsung ke Hongkong dengan menggunakan kapal milik perusahan tersebut. Perusahaan yang mempekerjakan sebanyak 500 orang tenaga kerja lokal ini sampai saat ini mampu memproduksi benih kerapu mencapai 20.000 – 30.000 ekor/bulan,dan telah memiliki induk produktif sebanyak 200 ekor. PT. MMC telah melakukan kegiatan ekspor perdana ikan kerapu sebanyak 2 kali (ekspor I sebanyak 12 ton, ekspor II sebanyak 10 ton). Disamping itu telah mulai dibudidayakan jenis kerapu hybrida yaitu kerapu cantrang (hasil kawin silang antara kerapu macan dengan kerapu kertang), teknologi ini merupakan hasil perekayasaan yang dilakukan Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo.

Budidaya tiram mutiara telah mulai dilakukan, bisa dilihat dengan hamparan luas area budidaya yang hampir mengelilingi perairan pulau Ngele-ngele besar dan kecil. Walaupun usaha budidaya tiram mutiiara masih tergolong baru dilakukan, namun demikian melalui kegiatan riset dan uji coba secara terus menerus, sampai saat ini PT. MMC telah berhasil melakukan ekspor mutiara sebanyak 20 kg (20.000 gram). Saat ini masih terus berupaya untuk mengasilkan produk mutiara yang mampu bersaing di pasar ekspor. Sejauh ini tenaga ahli spesialis didatangkan langsung dari negara China.

Namun kami melihat bahwa kegiatan usaha budidaya kerapu di kawasan tersebut belum memasyarakat, minimnya informasi teknologi dan keterbatasan permodalan menjadi penyebab masyarakat belum ada yang terjun melakukan aktivitas budidaya, dimana secara umum masyarakat sekitar hanya sebatas sebagai tenaga harian di perusahaan. Dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir disekitar pulau, maka perlu adanya langkah kebijakan untuk membangun pola kemitraan segmentasi usaha budidaya kerapu antara PT. MMC dengan masyarakat sekitar sehingga ada hubungan timbal balik yang positif.



MEGAMINAPOLITAN SEBAGAI KEBIJAKAN STRATEGIS

Kebijakan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang menetapkan Kabupaten Pulau Morotai sebagai Kawasan Megaminapolitan dimana merupakan bagian tindak lanjut implementasi dari pengembangan Pulau Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), tidak semata-mata dilakukan tanpa pertimbangan. Aspek geostrategis dan geografis Kepulauan Morotai dengan potensi sumber daya sektor kelautan dan perikanan yang sangat besar, menuntut pemerintah untuk menyusun grand strategy dan Action Plan dalam upaya melakukan pemanfaatan potensi yang ada secara optimal, efektif dan berkelanjutan.

Mempertimbangkan hal tersebut, maka konsep Megaminapolitan dinilai efektif sebagai konsep pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan yang berbasis pada pendekatan kawasan dan pemberdayaan masyarakat. Konsep ini merupakan bentuk pendekatan yang berupa pemusatan kegiatan perikanan pada suatu kawasan tertentu, dengan memberdayakan subsistem-subsistem agrobisnis kelautan dan perikanan dari hulu sampai hilir serta jasa penunjang yang saling mendukung. Konsep inilah yang akan menjamin efesiensi dan efektifitas kegiatan usaha serta akan mampu meningkatkan daya saing produk kelautan dan perikanan. Melalui kebijakan ini diharapan nilai strategis Pulau Morotai yang telah digambarkan di atas akan mampu dimanfaatkan secara optimal sehingga akan mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi lokal, regional dan nasional.

Beberapa arahan terkait Rencana Detail Pengembangan Kawasan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pulau Morotai, antara lain meliputi :

Kawasan Minapolitan Tilley (Minapolitan Integrated Zone) : sebagai pusat pengolahan hasil perikanan budidaya serta pemasaran hasil pengolahan. Pusat kegiatan berada di Kawasan Tiley, Kecamatan Morotai Selatan Barat, yang merupakan pusat Kawasan Minapolitan Kabupaten Pulau Morotai.
Pusat Budidaya Laut dan Taman Wisata Bahari (Marine Aquaculture and Tourism Park) : sebagai zona perikanan budidaya dan pariwisata. Pusat kegiatan diarahkan kepada pengembangan gugusan pulau-pulau yang berada di sebelah barat Pulau Morotai, sebelah timur Tanjung Lifao, sebelah timur Desa Buho-buho dan sebelah timur Desa Sakita dan Kenari.
Pusat Pengembangan Bioteknologi Kelautan (Marine Biotechnology Park) : Pusat kegiatan berada di Kawasan Wayabula, Kecamatan Morotai Selatan Barat
Kawasan Minapolitan Pulau RAO (Rao Minapolitan Park) : sebagai pusat kegiatan produksi hasil kegiatan kelautan dan perikanan. Pusat kegiatan bereda di sebelah utara Pulau Rao yaitu kawasan Tanjung Papaya, Desa Loumadoro
Pusat Industri Pengolahan Perikanan (Fisheries Technopark Industries) : sebagai pusat pelabuhan dan pemasaran hasil laut baik skala nasional maupun internasional terutama untuk komoditas ikan Tuna. Pusat kegiatan di Desa Bere-bere, Desa Sakita dan Desa Kenari, Kecamatan Morotai Utara
Taman Wisata Laut (Marine Ecotourism Park) : sebagai kawasan taman wisata laut dengan jenis kegiatan wisata bahari seperti wisata pantai, menyelam dan snorkeling. Dipusatkan di Tanjung Dehegila, Kecamatan Morotai Selatan, termasuk kawasan di sekitar Pulau Mitita
Pusat Industri Energi Kelautan Terpadu (Marine and Energy Industry Integrated Zone) : sebagai pusat-pusat energi kelautan (pembangkit energi) yang dapat dikembangkan seperti energi panas laut (ocean thermal), energi pasang surut (tidal energy), energi gelombang (wind wave energy) dan energi arus laut (current energy). Pusat kegiatan berada di wilayah Desa Pangeo, Kecamatan Morotai Jaya yaitu di wilayah pesisir Tanjung Sopi

Sejauh ini upaya Pemda Kabupaten Pulau Morotai dalam mendukung implementasi pembangunan Pulau Morotai sebagai Kawasan Eknomi Khusus (KEK) seperti yang dikemukakan Bupati Pulau Morotai Sukemi Sahab , antara lain : Penyiapan infrastruktur jalan rings road yang direncanakan sepanjang 270 km; Revitalisasi bandara dan pembangunan kelembagaan; Pengembangan ekspor melalui promosi dan pengembangan wisata; Menyusun rencana aksi (action plan) melalui penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); Menyusun Renstra Pengembangan Pulau Morotai sebagai KEK; serta menyusun Rencana Zonasi.



Investor Taiwan Mulai Melirik Morotai

Gayungpun bersambut. Upaya pemerintah untuk membangun Morotai sebagai kawasan ekonomi baru mulai mendapat perhatian cukup serius dari investor asing. Pemerintah Taiwan melalui Taipei Economic and Trade Office (TETO) perwakilan di Jakarta, mengemukakan ketertarikannya untuk melakukan investasi khususnya sektor Kelautan dan Perikanan. Sebagai tindak lanjut, maka telah mulai dilakukan rencana penjajagan kerjasama antara Pemerintah RI melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan TETO dalam rangka kerjasama pengembangan kawasan Kabupaten Pulau Morotai.

Tepatnya tanggal 8 – 11 Januari kedua belah pihak dalam hal ini Tim Taiwan yang dipimpin langsung Mr. Andrew L.Y. Hsia, Representative of TETO beserta Tim Teknis KKP yang melibatkan perwakilan dari masing-masing unit esselon I, melakukan kunjungan langsung ke Pulau Morotai sebagai tindak lanjut guna memastikan pilihan lokasi prioritas secara lebih rinci sebagai bahan penyusunan rencana investasi di Kabupaten Pulau Morotai. Hasilnya secara umum investor Taiwan sangat berminat untuk melakukan investasi, dengan pertimbangan dan persyaratan khusus yang harus ditindaklanjuti oleh Pemerintah Indonesia.

Ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan terkait pengembangan budidaya laut antara lain : Pertama, Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai perlu memberikan insentif terkait kemudahan investasi di Kabupaten Pulau Morotai, sehingga calon investor merasa aman karena adanya komitmen baik dari Pemerintah Daerah. Kedua, Investasi Perikanan Budidaya dalam hal ini budidaya laut perlu di arahkan dengan tetap mempertimbangkan aspek pemberdayaan masyarakat. Ketiga, Perlu segera membangun infrastruktur utama dalam hal ini pembangunan jalan dan listrik termasuk mempermudah akses ke lokasi budidaya, hal ini perlu dalam rangka mempermudah trasportasi hasil budidaya dan akses pengiriman logistik. Keempat, Pengembangan budidaya laut merupakan kegiatan usaha yang mampu menyerap cukup banyak tenaga kerja, maka dalam pengembangannya diperlukan adanya introduksi SDM khususnya di kawasan pulau-pulau, hal ini penting dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pemanfaatan potensi yang ada sehubungan jumlah SDM yang ada saat ini masih sangat minim. Upaya ini dapat disinkronkan dengan kebijakan Kementrian Transmigrasi yang telah menetapkan Kabupaten Pulau Morotai sebagai Kawasan Transmigrasi Mandiri Terpadu (KTMT)



Sinergitas sebagai kunci sukses

Tidak dipungkiri bahwa secara umum faktor utama tidak berjalannya sebuah konsep kebijakan adalah karena belum terbangun persamaan persepsi, komitmen, tanggungjawab dan kerjasama sinergis diantara stakeholder. Kata “sinergis” menjadi faktor penting karena Kebijakan pengembangan megaminapolitan tidak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kelautan dan Perikanan, tapi harus disepakati sebagai kebijakan yang harus didukung penuh oleh lembaga/kementerian lain yang terkait. Sikap “ego-sektoral” yang seringkali muncul sejak dini harus mulai dihapus dalam pola pikir elemen bangsa ini, demi kemajuan dan kemandirian ekonomi nasional.

Jika kata “Sinergitas” diimplementasikan secara nyata oleh seluruh stake holder, maka sangat optimis “Mutiara yang terpendam dibibir Pasifik” tersebut akan terkuak dan menjadi nilai yang sangat berharga bagi perkembangan dan pergerakan ekonomi lokal dan nasional. Sinergitas pulalah yang akan mampu membangun kepercayaan diri sebagai Negara Maritim yang mampu bersaing ditataran ekonomi gobal sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di Tahun 2015. Sukseskan rencana “Sail Morotai 2012”, jayalah bahariku,..!!!
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Tips Memelihara Ikan Di Akuarium

Tips Memelihara Ikan Di Akuarium

Ingin Memulai memelihara ikan di akuarium, berikut ini beberapa tips sederhana yang bisa anda ikuti:

a. Pertama anda harus memutuskan jenis tipe akuarium apa yang akan anda pilih, bahan dan bentuk akuarium juga menentukan dalam penentuan pemilihan akuarium. Bahan dari kaca merupakan bahan akuarium yang umum digunakan, kaca bisa memberikan pandangan yang jelas kepada ikan sehingga keindahan ikan dapat dinikmati. Bentuk akuarium segi empat merupakan bentuk yang konvensional. Dalam Penentuan Jenis, bentuk dan bahan tergantung dari kebutuhan anda, anda dapat bertanya atau berkonsultansi kepada ahli budidaya ikan dalam hal penentuan bentuk dan jenis akuarium ini.Sebelum anda membawa akuarium yang anda beli anda harus mencobanya dengan memasukan sedikit air ke dalam akuarium untuk mengetes ada tidaknya kebocoran pada akuarium.

b. Kedua, anda harus memutuskan dimana anda hendak menaruh akuarium. Dalam memilih tempat untuk menaruh akuarium pilih tempat yang aman dimana tidak banyak orang yang sering mengganggu dan menggapai akuarium. Lorong-lorong dan sudut yang banyak dilalui orang perlu dihindari dalam penempatan akuarium ini. Bila perlu anda membeli meja akuarium untuk menghindari tersandungnya kaki orang. Penempatan akuarium bisa di ruang tamu, ruang makan atau bisa juga di kamar tidur anda.

c. ketiga, pada akuarium perlu dilengkapi beberapa kebutuhan akuarium seperti sistem pencahayaan, filter, pemanas, aerator, substrat dan aksesoris. Dalam pemilihan substrat hindari substrat yang berwarna-warni, substrat yang berwarna warni dapat mengiritasi dan mengganggu ikan. Pemanas air atau heater merupakan salah satu kebutuhan dalam akuarium heater ini membantu menjaga kestabilan suhu air.

d. Memilih Jenis ikan. dalam memilih jenis ikan perlu mempertimbangkan banyak hal. salah satunya adalah gaya hidup anda. bila anda termasuk orang yang sibuk maka jenis ikan yang dipilih yaitu jenis ikan yang dapat berkembang tanpa perlu perhatian yang banyak.Jenis ikan mas dan Cichlids cocok bagi pemula yang baru mulai untuk memelihara ikan hias di rumahnya. Selanjutnya anda juga dapat memilih jenis ikan lainnya sesuai dengan hobi dan kesukaan anda seperti ikan arwana, lohan, discus, oskar dll.

tips menebarkan ikan ke dalam akuarium

tips menebarkan ikan ke dalam akuarium

Setelah akuarium disiapkan serta air dalam akuarium didiamkan selama 7 hari dan dinetralkan, anda dapat menambahkan ikan ke dalam akuarium. Jumlah ikan yang ditambahkan ke dalam akuarium tidak melebihi 10% dari kapasitas akuarium.
untuk setiap akuarium tentunya berbeda dalam jumlah ikan yang ditanam, maka disarankan anda untuk berkonsultansi dengan ahli budidaya untuk mendapatkan ide dalam berapa jumlah ikan yang ideal ditanam pada akuarium.

Ketika anda akan menebarkan ikan di akuarium, maka anda harus ingat untuk menyesuaikan ikan anda terhadap suhu air di akuarium, penyesuaian suhu (aklimatisasi) ini dilakukan dengan cara menyimpan dahulu wadah / plastik pembawa ikan ke dalam akuarium, penyimpanan ikan dalam akuarium dilakukan sekitar 15 sampai 20 menit. setelah itu kemudian buka plastik pembawa ikan tersebut dan masukan air sedikit demi sedikit,biarkan ikan keluar dengan sendirinya sampai ikan dalam plastik kosong.

Pengaturan Akuarium Ikan

Pengaturan Akuarium Ikan

Sebelum diisi ikan akuarium perlu diisi air dulu. minimal 7 hari air perlu didiamkan untuk siklus. Pertama air di dalam akuarium perlu ditambahkan 'air conditioner' untuk mengikat logam berat yang berasal dari air keran serta sebagai penetral klorin dan chloramines. langkah kedua tambahkan 'bio-starter', bio-starter yang mengandung bakteri nitrifikasi akan menetralkan amonia dan nitrit yang beracun bagi ikan.

jika anda ingin serius untuk memelihara ikan pada akuarium maka anda perlu berinvestasi untuk menyediakan filter penyaring. Filter penyaring pada akuarium akan membantu memecah produk limbah pada akuarium. filter ini akan membantu mengoptimalkan kondisi air yang baik sehingga ikan-ikan yang dipeliharapun akan sehat.

Penempatan Posisi Akuarium Ikan Hias

Penempatan Posisi Akuarium Ikan Hias

Bila anda akan menempatkan akuarium di rumah, hindari penempatan akuarium yang terkena sinar matahari langsung. Akuarium yang terkena langsung sinar matahari akan menimbulkan tumbuhnya ganggang. Ganggang tersebut akan menjadi pesaing bagi tanaman air anda yang menyediakan nutrisi bagi ikan.
Tumbuhnya ganggang pada akuarium menyebabkan akuarium tidak indah dipandang mata.

Sinar matahari juga akan menyebabkan terjadinya fluktuasi suhu pada air akuarium yang secara otomatis akan membuat ikan stress.
gerakan-gerakan secara konstan dan terjadi berulang-ulang di luar akuarium akan terlihat jelas, hal ini bisa menyebabkan ikan menjadi stress, akibat terlihatnya gerakan-gerakan yang terjadi di luar akuarium.
http://hobiikan.blogspot.com

selection of ornamental fish to be maintained in the aquarium or container maintenance

selection of ornamental fish to be maintained in the aquarium or container maintenance


If we intend to keep the fish in the aquarium or container maintenance, then one to note is the selection of fish species would be maintained.

for the type of fish that will be maintained on containers stored under maintenance, then the match is a type of fish such as koi carp, chef, comet, or other types of Arowana fish.

for the type of fish that will be maintained on the maintenance of container stored in the table, then a suitable fish are fish: Lohan, Oskar, Discus, Arowana.

Ornamental fish that are kept should be able to give satisfaction to the people who see it, if we have a pool or tub positioned under, when planted fish lohan or Oskar then the fish will not look beautiful. Lohan or Oskar has a beauty of color on the side of his body so if kept in a pond next to the side of his body will not be visible by us.

pemilihan ikan hias untuk dipelihara pada akuarium atau wadah pemeliharaan

pemilihan ikan hias untuk dipelihara pada akuarium atau wadah pemeliharaan


Bila kita berniat untuk memelihara ikan pada akuarium atau wadah pemeliharaan, maka salah satu yang perlu diperhatikan adalah pemilihan jenis ikan yang akan dipelihara.

untuk jenis ikan yang akan dipelihara pada wadah pemeliharaan yang disimpan di bawah, maka ikan yang cocok adalah jenis ikan mas seperti koi, koki, komet, atau jenis ikan arwana.

untuk jenis ikan yang akan dipelihara pada wadah pemeliharaan yang disimpan di meja, maka ikan yang cocok adalah ikan : Lohan, Oskar, Diskus, Arwana.

Ikan hias yang dipelihara harus bisa memberikan kepuasan terhadap orang yang melihatnya, jika kita punya kolam atau bak yang posisinya di bawah, bila ditanam ikan lohan atau oskar maka ikan tersebut tidak akan terlihat indahnya. Lohan atau Oskar mempunyai keindahan warna pada sisi samping tubuhnya jadi jika dipelihara di kolam sisi samping tubuhnya tidak akan kelihatan oleh kita.

Seaweed disease: Ice-ice On Seaweed

Seaweed disease: Ice-ice On Seaweed

Cause: Environmental factors and several types of bacteria: Pseudoalteromonas gracilis, Pseudomonas spp .. and Vibrio spp.

Bio - Ecology Pathogens:
• The case of ice-ice on seaweed farming is triggered by fluctuations in water quality parameters are extreme (salinity, water temperature, dissolved organic matter and sunlight intensity).
• Other triggers are insect like fish baronang, green turtles, sea urchins and starfish cause injury to the thallus, so easily infected by microorganisms.
• In the state of stress, sea grass will release organic substances that cause thallus slimy and stimulate the bacteria grow abundantly in the vicinity.
• Growth of bacteria on the thallus will cause the thallus becomes white and fragile. Furthermore, easily broken, and the soft tissue that characterize the ice-ice disease.
• The spread of this disease can occur vertically (from seed) or horizontally through the mediation of water.




Clinical symptoms:
• The disease is characterized by the emergence of spots / red spots on some of the old thallus gradually became pale yellow and finally fade to white. Thallus become brittle and easily broken.
• Symptoms are shown slow growth. the color change becomes pale and at several branches and rotting thallus to be white.

Diagnosis:
• visual and microbiological observations.

Control:
• The use of quality seeds is a very important way to control ice-ice disease.
• Disinfection of seedlings can be dipped in the solution by PK (potassium permanganate) with a dose of 20 PPM
• Selection of farms that meet the optimum requirements for growth of seaweed.
• Application of cultivation techniques adapted to aquatic environments
• Noting the season in relation to cultivation techniques that would be applied.
source: Ministry of Maritime Affairs and Fisheries of Indonesia, Directorate General of Aquaculture, Fish and Environmental Health Directorate, 2010

Penyakit Ikan : Ice-ice Pada Rumput Laut



Ice-ice Pada Rumput Laut

Penyebab : Faktor Lingkungan dan beberapa jenis bakteri: Pseudoalteromonas gracilis, Pseudomonas spp.. dan Vibrio spp.



Bio – Ekologi Patogen :
• Kasus ice-ice pada budidaya rumput laut dipicu oleh fluktuasi parameter kualitas air yang ekstrim (kadar garam, suhu air, bahan organik terlarut dan intensitas cahaya matahari).
• Pemicu lain adalah serangan hama seperti ikan baronang, penyu hijau, bulu babi dan bintang laut menyebabkan luka pada thallus, sehingga mudah terinfeksi oleh mikroorganisme.
• Pada keadaan stress, rumput laut akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri tumbuh melimpah di sekitarnya.
• Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya, mudah patah, dan jaringan menjadi lunak yang menjadi ciri penyakit ice-ice.
• Penyebaran penyakit ini dapat terjadi secara vertikal (dari bibit) atau horizontal melalui perantaraan air.





Gejala klinis :
• Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik / bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih. Thallus menjadi rapuh dan mudah putus.
• Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat. terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang thallus menjadi putih dan membusuk.

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual dan mikrobiologis.

Pengendalian :
• Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting untuk pengendalian penyakit ice-ice.
• Desinfeksi bibit dapat dilakukan dengan cara dicelupkan pada larutan PK (potasium permanganat) dengan dosis 20 PPM
• Pemilihan lokasi budidaya yang memenuhi persyaratan optimum bagi pertumbuhan rumput laut.
• Penerapan teknik budidaya yang disesuaikan dengan lingkungan perairan
• Memperhatikan musim dalam kaitannya dengan teknik budidaya yang hendak diterapkan.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan ikan dan Lingkungan, 2010



Fish Disease: vibriosis in shrimp

Fish Disease: vibriosis in shrimp

Cause: Vibrio harveyii, V. alginolyticus, V. parahaemolyticus. etc..

Bio - Ecology Pathogens
• vibriosis in shrimp larvae commonly as secondary infection, especially when under stress and weak.
• Bacterial infections are usually associated with stress conditions due to: high density, malnutrition, poor handling. parasitic infections, high organic matter, low oxygen. poor water quality. extreme fluctuations in water temperature. etc..
• The attack is acute, and if environmental conditions continue to decline, which caused the death can reach 100%. particularly in post-larvae or juvenile stage.

Clinical symptoms:
• Body of shrimp look dull and dirty.
• decreased appetite, damage to the legs and gills, gill or brownish color.
• Types of Vibrio spp. which generally attacks the larvae glow shrimp and prawn disease disease called glow (luminescent vibriosis).
• Shrimp affected showed symptoms of necrosis, the condition of the body is weak, slow swim, appetite loss, red spots (red discoloration) on the pleopod and abdominal as well as visible light at night
• Shrimp vibriosis affected leg will show the pool (pleopoda) and the foot path (pereiopoda) shows melanisasi.
• Shrimp are dying often swim to the surface or edge of the pond embankment.

Diagnosis:
• Isolation and identification of bacteria through bio-chemical tests.

Control:
• Disinfection of aquaculture facilities before and during the maintenance process shrimp
• Giving immunostimulan element (eg addition of
vitamin C in feed) are routinely during maintenance
• Avoiding the occurrence of stress (physical, chemical, biological)
• shrimp health management in an integrated manner

source: Ministry of Maritime Affairs and Fisheries of Indonesia, Directorate General of Aquaculture, Fish and Environmental Health Directorate, 2010

Penyakit Ikan : Vibriosis pada udang

Vibriosis pada udang

Penyebab : Vibrio harveyii, V. alginolyticus, V. parahaemolyticus. dll.

Bio – Ekologi Patogen
• Vibriosis pada larva udang umumnya sebagai penginfeksi sekunder terutama pada saat dalam keadaan stress dan lemah.
• Infeksi bakteri ini biasanya berkaitan dengan kondisi stress akibat: kepadatan tinggi, malnutrisi, penanganan yang kurang baik. infeksi parasit, bahan organik tinggi, oksigen rendah. kualitas air yang buruk. fluktuasi suhu air yang ekstrim. dll.
• Serangan bersifat akut, dan apabila kondisi lingkungan terus merosot, kematian yang ditimbulkannya bisa mencapai 100%. terutama pada stadia post larva atau juvenil.

Gejala klinis :
• Tubuh udang nampak kusam dan kotor.
• Nafsu makan menurun, kerusakan pada kaki dan insang, atau insang berwarna kecoklatan.
• Jenis bakteri Vibrio spp. yang berpendar umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar (luminescent vibriosis).
• Udang yang terserang menunjukkan gejala nekrosis, kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu makan hilang, bercak merah (red discoloration) pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat menyala
• Udang yang terkena vibriosis akan menunjukkan bagian kaki renang (pleopoda) dan kaki jalan (pereiopoda) menunjukkan melanisasi.
• Udang yang sekarat sering berenang ke permukaan atau pinggir pematang tambak.

Diagnosa :
• Isolasi dan identifikasi bakteri melalui uji bio-kimia.

Pengendalian :
• Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan udang
• Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan
vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
• Menghindari terjadinya stress (fisik, kimia, biologi)
• Pengelolaan kesehatan udang secara terpadu

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan ikan dan Lingkungan, 2010