Antisipasi Titik Kritis
Pemeliharaan
Larva Patin
Tanya:
Redaksi yang terhormat, saya baru memulai usaha pembenihan patin dalam beberapa bulan ini. Induk telah berhasil dipijahkan secara buatan, tapi dalam tahap pemeliharaan larva selalu gagal, padahal kualitas air selalu saya jaga. Kematian terjadi terus menerus hingga saya tidak pernah mendapatkan hasil. Apa yang harus saya lakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup larva ini?Terima kasih atas sarannya.
Jawab:
Keberhasilan usaha pembenihan ditentukan oleh beberapa faktor terutama mutu induk, manajemen induk dan kualitas air.
Pertama kali yang harus diperhatikan adalah mutu induk. Dalam mendapatkan induk, harus diperhatikan asal usul induk, jangan sampai terjadi inbreeding (perkawinan antar saudara) karena akan menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Induk yang mendapatkan pakan berkualitas akan menghasilkan telur yang berukuran relatif besar, kuat dan daya tetas tinggi. Ukuran besarnya telur sebanding dengan besar larva. Telur yang bermutu baik menghasilkan larva yang lebih kuat dan tahan terhadap penyakit.
Pada tahap pemeliharaan larva harus diperhatikan titik-titik kritis pemeliharaan larva yang terjadi pada waktu
■ Penetasan
Telur-telur yang tidak menetas dan cangkang telur yang menetas akan membusuk dan merusak kualitas air. Karena itu cangkang dan telur yang tidak menetas harus segera dibuang keluar tanpa mengganggu larva.
■ Habisnya kuning telur
Pada saat ini larva memerlukan makanan dari luar. Dia akan memakan apapun yang ada di depannya, termasuk temannya sendiri. Solusinya adalah segera diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Pakan harus bergerak karena mata larva belum sempurna dan larva hanya mengangakan (membuka) mulutnya saja.
■ Larva patin yang baru menetas akan bergerak
vertikal ke atas dan ke bawah. Kondisi kritis
terjadi pada saat larva bergerak horisontal. Ini merupakan tanda-tanda muai habisnya kuning telur. Pada saat larva mulai bergerak secara horisontal, pakan hidup harus segera diberikan.
■ Perubahan jenis pakan
Larva harus diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Sehingga energi yang dihasilkan dari makanan lebih besar daripada energi dikeluarkan untuk membuka mulut. Karena itu, ukuran dan jenis makanan yang diberikan secara bertahap harus disesuaikan. Saat pengggantian jenis pakan ini seringkali terjadi banyak kematian karena tidak semua ikan dapat segera menyesuaikan diri, akibatnya ukuran ikan jadi tidak seragam. ikan yang kecil akan semakin kecil dan akhirnya mati karena selalu kalah dalam perebutan makanan.
Yang harus dilakukan dalam masalah ini adalah penggantian pakan dilakukan secara overlap (tumpang tindih). Yakni pakan pengganti diberikan dahulu sambil melihat respon ikan terhadap pakan baru tersebut. Setelah ikan yang mudah menyesuaikan diri kenyang, diberikan pakan lama untuk yang belum bisa makan pakan pengganti. Hal tersebut dilakukan selama beberapa hari hingga semua ikan bisa mengkonsumsi pakan pengganti.
Pemberian pakan pada larva juga harus disesuaikan dengan system alat pencernaannya yang belum sempurna. Pakan diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. Pada saat pemeliharaan larva, pakan diberikan paling sedikit 6 kali dalam sehari semalam. Selepas dari tahap larva, pemeliharaan benih biasanya tidak terlalu banyak kendala.
Demikian, semoga bermanfaat.*
sumber : TROBOS, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment