Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat, dan karaginan yang banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, dan industri lainnya, seperti industri kertas, tekstil, fotografi, pasta, dan pengalengan ikan.
Beberapa jenis rumput laut yang telah berhasil dibudidayakan dan telah berkembang dengan baik di tingkat pembudidaya adalah Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma denticulatum yang dipelihara di perairan pantai (laut).
A. Sistematika
Kelas Rhodophyceae
Ordo Gigartinales
Famili Soliriaceae
Spesies Kappaphycus alvarezii (Euchema cottonii)
Euchema denticulatum (Euchema spinosum)
ama dagang seaweeds
Nama lokal -
B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Kappaphycus alvarezii (Eucheuma cottonii)
Rumput laut ini dikenal
dengan nama cottonii yang
biasanya dipakai dalam dunia perdagangan nasional dan
internasional. Eucheuma cottonii telah menggantikannya atas dasar tipe kandungan karaginan yang dihasilkan yakni kappa-karaginan.
Rumput laut jenis ini
berwarna hijau, kuning, abu-abu, atau merah. Thallusnya berbentuk
silinder, permukaannya licin dan kenyal, Thallus bercabang keberbagai arah dengan cabang-cabang utama terpusat di daerah pangkal; Biota laut yang berduri ini tumbuh melekat pada substrat dengan alat cakram.
2. Eucheuma denticulatum (Eucheuma spinosum)
Rumput laut ini dikenal dengan nama daerah agar-agar. Dalam dunia perdagangan, rumput laut ini dikenal dengan istilah spinosum yang berarti duri yang tajam. Rumput laut tersebut tumbuh dan melekat pada rataan terumbu karang, batu karang, batuan, benda keras, dan cangkang kerang. Seperti halnya rumput laut lainnya, E. denticulatum hanya mungkin hidup pada kedalaman sejauh sinar mataliari masih mampu mencapainya (lapisan fotik).
Rumput laut ini berwarna cokelat tua, hijau cokelat, hijau kuning, atau merah ungu. Ciri-ciri lainnya adalah memiliki thallus silindris, licin, dan kenyal. Spesies ini memiliki duri-duri yang tumbuh berderet melingkari thallus dengan interval yang bervariasi sehingga terbentuk ruas-ruas thallus di antara lingkaran duri. Ujung percabangan meruncing.
C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Sebagai langkah pertama keberhasilan usaha budi daya rumput laut adalah pemilihan lokasi yang tepat. Pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh kondisi perairan sehingga produksi rumput laut cenderung bervariasi dari lokasi budi daya yang berbeda.
Karakteristik ekologi suatu lokasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha budi daya rumput laut. Parameter yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Arus. Rumput laut merupakan tanaman yang memperoleh
makanan (unsur hara) melalui aliran air yang melewatinya.
Suhu air yang baik berkisar 20-28 derajat celcius dengan pH antara
7,3-8,2. Terjadinya arus merupakan akibat dari adanya pasang
surut maupun angin dan ombak. Kecepatan arus yang baik
untuk budi daya adalah 20-40 cm/detik.
2. dasar perairan. Dasar perairan berupa pecahan karang dan pasir kasar merupakan kondisi dasar perairan yang sesuai untuk budi daya rumput laut K. alvarezii. Kondisi perairan tersebut juga merupakan indikator adanya gerakan air yang baik.
3. Kedalaman. Kedalaman perairan sangat tergantung dari metode budi daya yang akan dipilih. Metode lepas dasar sebaiknya dilakukan pada kedalaman perairan tidak karang dari 30-60 cm pada waktu surut terendah. Sementara itu, metode rakit apung, rawai, dan jalur sebaiknya pada perairan dengan kedalaman sekitar 2-15 m. Pemilihan kedalaman perairan yang tepat dilakukan untuk menghindari kekeringan dan mengoptimalkan pencapaian sinar matahari ke rumput laut.
4. Kadar garam. K. alvarezii merupakan rumput laut yang relatif tidak tahan terhadap kisaran kadar garam yang tinggi (stenohaline). Kadar garam yang sesuai untuk pertumbuhannya berkisar 28-35 g/kg.
5. Kecerahan. Lokasi budi daya rumput laut sebaiknya pada perairan yang jernih dengan tingkat kecerahan yang tinggi. Jarak pandang kedalaman dengan menggunakan alat sechidisk (alat pengukur kecerahan) dapat mencapai 2-5 m.
6. Ketersediaan bibit. Bibit rumput laut yang berkualitas sebaiknya tersedia di sekitar lokasi budi daya yang dipilih, baik yang bersumber dari alam maupun dari budi daya. Apabila di lokasi tersebut tidak tersedia bibit, sebaiknya didatangkan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penanganan bibit dan pengangkutan yang baik.
7. Organisme pengganggu. Lokasi budi daya diusahakan pada perairan yang tidak banyak terdapat organisme pengganggu, misalnya ikan baronang, bintang laut, bulu babi, dan penyu. Organisme tersebut dapat bersifat hama dalam budi daya rumput laut karena akan memakan tanaman yang dibudidayakan.
D. Metode Budi Daya
Sampai saat ini telah banyak dikembangkan metode-metode budi daya rumput laut yang dapat memberikan hasil yang lebih baik. Metode tersebut merupakan suatu metode modifikasi dari metode lama yang telah disesuaikan dengan kondisi geografis lokasi budi daya. Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Metode budi daya rumput taut yang telah dikenal secara umum adalah sebagai berikut.
Budi daya rumput laut. Dilakukan dengan penggunaan metode modifikasi yang telah disesuaikan dengan kondisi geografis lokasi budi daya
No comments:
Post a Comment