Kualitas Air pada tahap budidaya Udang galah

Kualitas Air pada tahap budidaya Udang galah

1. Kualitas air pada tahap pemijahan dan penetasan telur
- suhu : 28-300C
- nilai pH : 6,5 – 8,5
- Oksigen terlarut : lebih dari 5 ppm (mg/l)
- salinitas : 3 – 5 ppt

2. Kualitas air pada tahap produksi larva
- suhu : 28-300C
- nilai pH : 6,5 – 8,5
- Oksigen terlarut : lebih dari 5 ppm (mg/l)
- salinitas : 10 – 15 ppt

3. Kualitas air pada tahap produksi juana
- suhu : 28-300C
- nilai pH : 6,5 – 8,5
- Oksigen terlarut : lebih dari 5 ppm (mg/l)
- salinitas : 10 – 15 ppt


4. Kualitas air pada tahap produksi tokolan
- suhu : 28-300C
- nilai pH : 6,5 – 8,5
- Oksigen terlarut : lebih dari 5 ppm (mg/l)
- salinitas : 0 ppt (air tawar)
- tinggi air : 50 – 100 cm

Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman , S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Perbedaan Udang Galah Jantan dan Betina

Perbedaan Udang Galah Jantan dan Betina

udang galah jantan
- bentuk tubuh bagian perut lebih ramping dan ukuran pleuron-nya lebih pendek
- letak kelamin terdapat di basis pasangan kaki jalan kelima
- bentuk dan ukuran kaki jalan kedua sangat mencolok besar dan panjang seperti galah

udang galah betina
- bagian tubuh melebar dan pleuron-nya agak memanjang
- alat kelamin terletak di basis pasangan kaki jalan ketiga
- pasangan kaki jalan kedua lebih kecil dan tidak mencolok

sumber : Khairul Amri, S.pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

UDANG GALAH

UDANG GALAH

Udang galah (Macrobranchium rosenbergii) termasuk salah satu komoditas unggulan sektor perikanan budi daya air tawar yang bernilai ekonomis tinggi, tetapi belum dikembangkan secara optimal. Saat ini,selain udang galah lokal yang biasa dibudidayakan peternak, juga ada varietas unggul yang dikenal sebagai udang galah gimacro (genetic improvement of macrobranchium rosenbergii) yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih cepat dan bentuk karapasnya lebih kecil dibandingkan dengan ukuran karapas udang galah lokal sehingga kandungan dagingnya lebih banyak.

Pada umur lima bulan, panjang tubuh udang galah gimacro jantan mencapai 38 cm dengan berat tubuh mencapai 480 gram per ekor. Sementara itu, dalam jangka waktu yang sama, panjang tubuh udang galah lokal hanya mencapai 25-28 cm dengan berat tubuh hanya 200 gram per ekor. Bahkan, ukuran maksimum udang galah lokal yang pernah ditemukan di alam bebas hanya 300 gram per ekornya. Itu sebabnya udang galah gimacro dijuluki sebagai udang galah super karena pertumbuhanya sangat cepat.

nilai tambah udang galah lainnya adalah waktu pemeliharaan yang relatif singkat, yaitu 3 - 5 bulan. Tingkat produksinya juga tinggi, mencapai 2 - 5 ton per hektar per siklus panen, tergamtng dari padat tebar dan teknologi yang digunakan. kelebihan lain kelangsungan hidup udang galah mencapai 80-85% atau tingkat kematiannya tidak lebih dari 20%
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008



10 Amazing Ways To Jump Start Your Sales

by: Wesley Atkins
1. Find a strategic business partner. Look for ones that have the same objective. You can trade leads, share marketing info, sell package deals, etc.


2. Brand your name and business. You can easily do this by just writing articles and submitting them to e-zines or web sites for republishing.

3. Start an auction on your web site. The type of auction could be related to the theme of your site. You'll draw traffic from auctioneers and bidders.

4. Remember to take a little time out of your day or week to brainstorm. New ideas are usually the difference between success and failure.

5. Model other successful business or people. I'm not saying out right copy them, but practice some of the same habits that have made them succeed.

6. Take risks to improve your business. Sometimes businesses don't want to advertise unless it's free, sometimes you have to spend money to get results.

7. Include emotional words in your advertisements. Use ones like love, security, relief, freedom, happy,
satisfaction, fun, etc.

8. Ask people online to review your web site. You can use the comments you get to improve your web site or you may turn the reviewer into a customer.

9. Out source part of your workload. You'll save on most employee costs. You could out source your secretarial work, accounting, marketing, etc.

10. Combine a product and service together in a package deal. It could increase your sales. If you're selling a book, offer an hour of consulting with it.

About the author:
Wesley Atkins is the owner of http://www.reviewbooth.com/ - containing numerous web site marketing tips, articles, and reviews of marketing tools and software.

Circulated by Article Emporium

Ikan Tawes

TAWES
Tawes termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Tawes yang masih berukuran kecil biasanya diolah menjadi ikan asin kering. Alasannya, daging ikan ini relatif tipis dan sedikit mengandung lemak, sehingga bila dijemur akan cepat kering dan tidak berbau tengik. Sementara itu, tawes yang berukuran besar dimasak dalam keadaan segar karena memiliki rasa dan aroma daging yang lezat, Selain di Indonesia, tawes dapat ditemui di Laos dan Vietnam.
Klasifikasi
Tawes merupakan salah satu ikan asli negara Indonesia yang, banyak ditemukan di Pulau jawa. Hal ini juga yang menyebabkan tawes memiliki nama ilmiah Puntius javanicus. Namun, berubah menjadi Puntim gonionotus, dan terakhir berubah menjadi Barbodes gonionotus. Berikul ini klasifikasinya secara lengkap.

Pyllum: Cordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus : Barbodes
Species: Barbodes gonionotus
Nama Asing : java carp, silver barb
I
Nama Lokal: tawes, taweh atau tawas, lampam jawa
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka, 2008

SEPAT SIAM

SEPAT SIAM
Sepat terdiri dari beberapa jenis, tetapi yang terkenal hanya dua jenis yaitu sepat (Trichogaster trichopterus) yang panjang tubuhnya maksimuni 12 cm clan sepat siam (Trichogaster pectorahs) yang panjang tubuhnya maksimum 25 cm. Sepat jenis pertama tidak dibudidayakan, sedangkan sepat siam merupakan komoditas perikanan air tawar andalan yang dibudidayakan secara luas.
Sepat siam dimasukkan ke Indonesia dari Thailand melalui Malaysia pada tahun 1934. Ikan ini berhasil dibudidayakan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1935. IKan ini sudah tersebar secara luas ke seluruh wilayah Indonesia pada tahun 1937. Tidak mengherankan jika sepat siam juga ditemukan hidup di rawa-rawa.
Sepat siam ini merupakan ikan ekonomis penting yang sangat populer dijadikan sebagai ikan asin. Menu sepat siam asin yang sudah digoreng biasanya disajikan sebagai lauk pelengkap menu sayur asem yang populer di wilayah Jakarta dan jawa Bar•at. Karena itu, sepat jenis ini sangat dikenal luas dan dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia.


Klasifikasi
Phyllum : Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Anabantoidae
Famili: Belontiidae
Genus: Trichogaster
Species: Trichogaster pectoralis
nama Asing: snakeskinned gouramy, spotted gouramy
nama Lokal: sepat siam
Ciri Morfologis
Sepat siam mirip dengan gurami, tetapi memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Terdapat bintik hitam di bagian tengah batang ekornya, lehingga ikan ini disebut sebagai spotted gouramy. Selain itu, warna tubuhnya yang belang-belang seperti kulit ular membuat ikan ini juga diberi nama snakeskinned gouramy. Sementara itu, julukan sepat siam diberikan karena selain banyak terdapat di Siam,Thailand diduga berikan karena bentuk tubuhnya yang lebih besar dibandingkan dengan spat jenis lainnya.
Kehiasaan Makan
Sepat siam merupakan ikan asli rawa, dari rawa yang berair tawar sampai rawa yang berair payau. Ikan ini tergolong ikan pemakan segala (omnivora). Pakan utamanya adalah plankton, lumut, tumbuhan air, dan organisme kecil yang hidup di perairan tempatnya tumbuh.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, MSi, dan Khairuman, S.P. Agromedia pustaka, 2008

Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin

Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup

Patin sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Ikan ini dapat bertahan hidup di perairan dengan derajat keasamaan yang agak asam (pH rendah) sampai di perairan yang basa (pH tinggi) dengan pH 5-9. Kandungan oksigen (02) terlarut yang dibutuhkan bagi kehidupan patin adalah 3-6 ppm. Kadar karbondioksida (CO2) yang bisa ditoleran adalah 9-20 ppm. Tingkat alkalinitas yang dibutuhkan 80-250 ppm. Sementara itu, suhu air yang optimal untuk pertumbuhan patin adalah 28-30° C.
Di habitat aslinya, ikan ini selalu bersembunyi di dalam lubang-lubang. Sebagai ikan nokturnal (aktif pada malam hari), patin baru keluar dari liang persembunyiannya ketika hari mulai gelap. Kebiasaan lain, ikan ini lebih banyak menetap di dasar- perairan daripada muncul di permukaan air. Karena itu, patin digolongkan sebagai ikan dasar perairan (demersal). Hal ini dapat dibuktikan dari bentuk mulutnya yang melebar seperti mulut ikan-ikan demersal pada umumnya.
Secara alami,pakan patin di alam bebas berupa ikan-ikan kecil,cacing, detritus (mikroba pengurai di dasar perairan), serangga, udang-udangan, moluska, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis pakannya yang beragam tersebut, patin dikategorikan sebagai ikan pemakan segala (omnivora).
Ketersediaan benih patin dari alam biasa diperoleh pada akhir musim hujan. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa ikan ini memijah sepanjang musim hujan (November—Maret). Alat yang digunakan untuk menangkap benih patin berupa seser atau jala. Penangkapannya biasa dilakukan pada waktu menjelang subuh, saat benih-benih patin berenang bergerombol di permukaan air.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi. M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Morfologi ikan Patin

Morfologi

Patin merupakan salah satu jenis ikan dari kelompok lele-lelean. Panjang patin dewasa mencapai 120 cm. Ukuran tubuh seperti ini merupakan ukuran tubuh yang tergolong besar bagi ikan jenis lele-lelean. Bentuk tubuhnya memanjang dengan warna dominan putih berkilauan seperti perak dan dibagian pungungnya berwarna kebiruan. Kilau warna keperkan tubuhnya sangat cemerlang ketika masih kecil, sehingga banyak orang yang memeliharanya di akuairum sebagai ikan hias. Warna keperakan ini akan semakin memudar setelah patin semakin besar.

Sama seperti ikan lele-lelean lainnya, patin tidak memiliki sisik alias bertubuh licin. Bentuk kepalanya relatif kecil. Mulutnya terletak di ujung kepala sebelah bawah. Di sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis yang berfungsi sebagai alat pencari pakan dan alat peraba saat berenang. Di bagian punggungnya terdapat sirip dengan sebuah jari-jari keras yang dapat berubah menjadi patil. jari-jari lunaknya berjumlah 6-7 buah.
bentuk sirip ekornya simetris bercagak. Di sirip dada terdapat 12-13 jari – jari lunak dan satu buah jari-jari keras yang berfungsi sebagai patil. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak. Sementara itu, di sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak.

sumber : Khairul Amri, S.Pi. M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008.

Klasifikasi Ikan Patin

Klasifikasi

Sedikitnya terdapat dua jenis patin yang populer dan banyak dipelihara di kolam budi daya, yaitu patin lokal dan patin siam. Berikut ini klasifikasi dari setiap jenis patin tersebut.
— Patin Siam
Phyllum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Siluriformes
Subordo: Siluroidea
Famili: Pangasiidae
Genus: Periopthalmus
Species: Periopthalmus sutchi, atau Pangasius sutchi, atau Pangasius hypothalmus.
Nama Asing: thai catfish, stripped catfish
Nama Lokal: patin bangkok, lele bangkok, jambal siam
— Patin jambal
Phyllum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Siluriformes
Sub-ordo: Siluroidea
Famili: Pangasiidae
Genus: Pangasius
Species: Pangasius djambal, atau Pangasius pongosius, atau Pangasius spp_
Nama Asing: schilbeid catfish
Nama Lokal: patin jambal, patin kipar

sumber : Khairul Amri, S.Pi. M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008.

Ikan Patin

PAT I N

Bagi masyarakat Indonesia, patin yang termasuk ke dalam jenis ikan lele-lelean merupakan salah situ jenis ikan konsumsi yang sangat digemari. Secara umum ada dua jenis patin yang ada di pasaran saat ini, yaitu patin lokal dan patin siam. Patin lokal adalah patin asli Indonesia yang berasal dari sungai-sungai besar di Sumatera dan Kalimantan. Patin siam merupakan jenis ikan patin yang diintroduksi dari Thailand.
Di beberapa daerah sentra penghasil patin lokal, seperti Sumatera dan Kalimantan, ikan ini dengan mudah ditemui di sungai-sungai atau di danau. Selain mengandalkan penangkapan di perairan umum, patin merupakan jenis ikan budi daya potensial yang banyak dipelihara pembudidaya ikan di Pulau jawa sampai ke kawasan timur Indonesia. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa penyebaran patin sudah hampir mencakup seluruh wilayah di tanah air.
Patin termasuk jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis penting. Harga jualnya cukup menjanjikan, umumnya di atas harga jual rata-rata ikan konsumsi jenis lain. Penyebab mahalnya harga jual patin terletak pada rasa dagingnya yang enak, lezat, dan gurih. Dari semua jenis ikan dari keluarga lele-lelean, rasa daging patin boleh dibilang termasuk yang sangat enak. Tidak mengherankan jika saat ini banyak rumah makan atau restoran yang menyediakan olahan ikan patin sebagai menu utamanya.
Tidak mengheran juga jika banyak orang yang menjadi fanatik
Mengonsumsi daging patin. Khusus di sumatera, menu patin yang paling terkenal adalah "patin asam pedas yang menjadi masakan favorit masyarakat etnis Melayu serta terkenal sampai ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Menu lainnya adalah
pepes dan sup patin.
Selain rasanya yang enak, nilai protein daging patin juga tergolong tinggi, mencapai 68,6%. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 5,8%, abu ,5%, dan air 59,3%. Berat ikan setelah disiangi sebesar 79,7% dari berat awalnya, sedangkan fillet yang diperoleh dari bobot ikan seberat 1-2 kg mencapai 61,7%.

Minat peternak dalam membudidayakan patin memang belum sebesar minat membudidayakan ikan mas. Padahal tingkat permintaan konsumen terhadap ikan ini tidak pernah turun, bahkan cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Faktor yang menyebabkan kurang berminatnya peternak membudidayakan ikan patin adalah tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak yang masih rendah. selain itu, disebabkan juga masih terbatasnya informasi mengenai teknis pembudidayaannya. Sebenarnya, budi daya patin tidaklah sesulit serumit yang dibayangkan. Selain dapat dipelihara di kolam biasa, pemeliharaan patin juga dapat dilakukan di berbagai media lain di lokasi yang terbatas.

Bisa di dalam bak tembok atau bak fibreglass yang diletakan di dalam ruangan atau di kolam tanah pekarangan yang dilapisi plastik agar tidak bocor, atau di saluran air yang diberi pembatas agar ikan tidak kabur. Namun, pemeliharaan di media-media tersebut harus didukung dengan penguasaan teknik intensifikasi pembudidayaannya.

Dari segi produksi, ada dua hal yang merupakan keunggulan patin. Pertama ikan ini termasuk suka makan sehingga pertumbuhan cepat, mencapai panjang 35-40 cm setelah dipelihara selama enam bulan. Kedua, lokasi pemeliharaan tidak memerlukan pasokan air yang mengalir seperti halnya dalam pemeliharaan ikan mas atau tawes. Bahkan ikan ini masih dapat hidup dan berkembang di perairan yang kandungan oksigennya rendah.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi,M.Si dan Khairuman, SP. Agromedia Pustaka 2008

Teknologi Budi Daya ikan Nilem

Teknologi Budi Daya ikan Nilem

Teknologi budi daya nilem tidak berkembang terlalu pesat seperti jenis ikan lainnya. Pasalnya, ikan ini mudah memijah secara alami di kolam budi daya, sehingga tidak diperlukan upaya khusus dalam kegiatan pemijahannya. Pemeliharaan nilem umumnya dilakukan secara tradisional di kolam-kolam budi daya di daerah dataran tinggi. Belum ada pembudidaya yang memelihara nilem di sawah atau di KJA.

Dalam pembudidayaan dan perkembangbiakannya, nilem menyukai perairan yang airnya bersih, jernih, dan mengalir perlahan. Khusus di Jawa Barat, pembenihan dilakukan dengan tiga cara, yaitu ala Tarogong, ala Galunggung, dan ala Nagrek. Teknik pemijahannya dilakukan secara massal, yaitu ke dalam kolam seluas 300 m2 dimasukkan induk sebanyak 100 pasang. Induk ini akan memijah secara alami, terutama jika kolam pemijahannya banyak ditumbuhi tanaman air.Telur yang telah menetas menjadi larva akan berkembang dan tumbuh dengan baik jika di kolam pemijahan tersedia pakan alami berupa plankton.

Sementara itu, pembesaran nilem dapat. dilakukan di kolam khusus pembesaran yang telah diberi pupuk organik (pupuk kandang) Untuk menumbuhkan pakan alami. Benih yang digunakan untuk pembesaran berukuran 3-5 cm. selama pembesaran benih nilem diberi pakan buatan berupa dedak halus atau hancuran pelet. Para pembudidaya nilem di jawa Barat biasa melakukan pembesaran nilem dengan sistem longyam atau balong hayam, pemeliharaan ikan bersama ayam). Setelah dipelihara selama 4 bulan, ukuran nilem sudah mencapai 30 ekor per kg dan siap dipanen serta dipasarkan sebagai ikan konsumsi.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. AgroMedia Pustaka, 2008

Nilem (Osteochilus hasselti)

NILEM

Nilem (Osteochilus hasselti) banyak dipelihara terutama oleh peternak di Sumatera (khususnya Sumatera Barat) dan di daerah Priangan jawa Barat). Di habitat aslinya,ikan ini banyak ditemukan hidup liar di perairan umum terutama di sungai-sungai yang berarus sedang dan berair jernih. Selain itu, juga bisa ditemui hidup di rawa-rawa. Nilem terkenal memiliki rasa daging dan telur sangat gurih. Di daerah Sumatera, ikan ini sering diolah dengan cara dipanggang atau dipangek berikut telurnya.
Klasifikasi
Phyllum: Cordata
Kelas: Pisces
Ordo: Ostariphysii
Famili: Cyprinidae
Genus: osteochilus,
Species: osteochilus hasselti,

Nama Asing: nilem carp, silver shrakminnow
Nama Lokal: nilem atau wader jawa), ikan pawas atau palau (Sumatera), payau atau pujan (Kalimantan)



b. Ciri MorUogi
Bentuk tubuh nilem memanjang dan pipih. Terdapat dua pasang sungut di kepalanya. Warna perut kemerahan dan warna punggungnya cokelat kehijauan.Warna sirip ekor, dubur, dan perut kemerahan. Ukuran tubuh ikan dewasa maksimum mencapai panjang 35 cm.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Nila TA, Nila Nirwana, Nila Gesit

Nila TA

Nila TA tergolong jenis nila baru, sehingga belum banyak dikenal secara luas oleh masyarakat. Selain belum tersebar ke berbagai daerah, informasi. tentang nila TA juga masih sedikit. Bentuk tubuhnya sangat mirip dengan nila Gift. Hanya saja, jumlah garis-garis vertikal di tubuh dan garis-garis di ujung sirip punggung nilaTA lebih sedikit dibandingkan dengan nila Gift. Selain itu, di bagian tepi sirip punggung dan ekor nila TA yang berkelamin jantan terdapat garis tepi berwarna merah.


Nila Nirwana

Nila nirwana (nila ras wanayasa) merupakan jenis ikan nila hasil pemuliaan genetik. Pemuliaan berlangsung selama 3 tahun (2003-2006) di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa, Purwakarta bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Nila Nirwana dirilis pada 15 Desember 2006 oleh Dirjen Budi Daya melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan.
Nila nirwana merupakan hasil seleksi famili dari ikan nila gift (genetic improvement farm tilapia) dan nila get (genetically enchanted tilapia) dari Filipina. Untuk menghasilkan nila nirwana, dilakukan seleksi menggunakan metode `seleksi famili' terhadap 18 famili nila gift dan 24 famili nila get. seleksi ini dilakukan secara ketat terhadap benih-benih yang dihasilkan dari jenis ikan nila gift dan nila get. Proses seleksi dimulai dari pencarian bakal induk yang baik, lalu dipijahkan.

Benih-benih yang dihasilkan selanjutnya diseleksi secara ketat terkait
performa kesempurnaan tubuh dan pertumbuhannya. Dari 500 ekor benih yang dihasilkan oleh setiap pasang famili yang diseleksi, diperolch 10 pasang yang layak dijadikan great grand parent stock (GGPS). GGPS yang dinamakan nila nirwana. Dari GGPS ini diperoleh induk dasar atau grand parent stock (GPS) yang akan menghasilkan induk sebar atau parent stock (PS). PS ini merupakan induk akhir yang menghasilkan benih sebar untuk kebutuhan para pembudidaya.

Keunggulan nila nirwana terletak pada kecepatan pertumbuhannya. pertumbuhan bobot nila nirwana meningkat sekitar 45% pada generasi ke-3 (F3) dibandingkan dengan generasi awalnya. Pemeliharaan sejak larva hingga berbobot di atas 650 gram per- dapat dicapai hanya dalam waktu 6 bulan (waktu ini lebih cepat dibandingkan dengan jenis nila lainnya). Selain itu, bentuk tubuh nila nirwana relatif lebih lebar dengan panjang kepala yang lebih pendek. Hal ini menjadikannya memiliki truktur daging yang lebih tebal dibandingkan dengan jenis nila lainnya.


Nilla Gesit

Nila gesit (genetically supermale Indonesia tilapia) merupakan jenis nila hasil pemuliaan yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budi daya Air Tawar (BBPBAT–DKP) Sukabumi bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Ikan nila gesit adalah ikan nila jantan dengan kromosom sex YY yang dibuat dengan metode rekayasa kromosom sex ikan nila jantan normal (kromosom XY) dan betina (kromosom XX). Pemuliaan memerlukan waktu sekitar 6 tahun di kolam percobaan IPB, darmaga (2001-2004) dan di BBPBAT (2002-2006).
Pemuliaan ikan nila untuk menghasilkan nila gesit ini diarahkan untuk memproduksi benih ikan nila monosex jantan (nila pejantan saja). Ini didasari pemikiran bahwa untuk jenis ikan nila, ikan yang berkelamin jantan tumbuh lebih cepat sekitar 50% dibandingkan dengan yang berkelamin betina. Dengan penyediaan benih monosex jantan, diharapkan terjadi peningkatan produktivitas ikan secara nyata.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. AgroMedia Pustaka, 2008

Nila Nifi

Nila Nifi
Nila nifi dikenal juga sebagai nila merah atau nirah. Ada juga yang nyebutnya sebagai mujarah (mujair merah) atau kakap merapi. Warna tubuhnya kemerahan atau kuning agak putih. Pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan nila lokal. Ciri khasnya adalah keturunan yang dihasilkan dominan berkelamin jantan.
Semula ada yang menduga nila merah adalah nila biasa yang mangalami penyimpangan genetika warna tubuh sehingga menjadi albino . Namun dugaan itu ternyata keliru, nila merah adalah varietas tersendiri. Ikan ini kemungkinan merupakan hasil persilangan antara Orechromis mossambicus (mujair) atau Oreochromis niloticus (nila) dengan (Oreochromis honorum, Oreochromis aureus, atau Oreochromis zilii. Dalam perkembangannya nila merah disebut juga dengan nila hibrida. Penamaan ini untuk membedakannya dengan nila lokal, karena nila merah memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat.
Nila merah didatangkan setelah nila lokal. Pertama Kali masuk ke Indonesia pada awal tahun 1981, diimpor oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Setelah itu, nila merah cepat menyebar ke seluruh pelosok tanah air karena penampilannya yang menarik perhatian, baik warna tubuh maupun bentuk tubuhnya yang indah. Di negara lain, ikan ini sangat digemari oleh masyarakat jepang dan Singapura karena ukuran dan berat badannya mirip ikan laut sea bream (sejenis kakap merah), terutama yang berukuran 500 gram per-ekor
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. AgroMedia Pustaka, 2008

perbedaan Nila Biasa (nila lokal) dengan Nila GIFT

Jenis - jenis Nila

Ada banyak jenis nila. Sebagian besar banyak ditemukan di perairan timur Afrika dan sebagian lain tersebar di berbagai negara. Dari berbagai jenis nila yang ada, tiga jenis di antaranya merupakan nila yang produktif dan banyak dibudidayakan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ketiga jenis nila tersebut adalah nila lokal, nila gift, dan nila merah. Jenis lain yang tergolong nila varietas baru adalah nilaTA. Berikut ini pemaparan lengkap berbagai jenis nila.

I. Nila Biasa (Lokal)
Nila biasa merupakan jenis nila yang pertama Kali didatangkan dari Taiwan ke Indonesia. Setelah melalui serangkaian uji coba nila ini disebarluaskan ke masyarakat dan dalam waktu singkat sudah menyebar ke seluruh pelosok tanah air.
Begitu akrabnya masyarakat kita dengan nila jenis ini, tidak mengherankan jika ada yang menyebutnya dengan nama nila lokal. jenis nila inilah yang pertama kali disebut sebagai "nila" dan namanya ditetapkan oleh Direktur jenderal Perikanan pada tahun 1972 julukan sebagai nila biasa atau lokal ditujukan untuk membedakannya dengan jenis nila merah dan nila gift yang merupakan pendatang baru.

Nila lokal memiliki warna tubuh abu-abu atau hitam, terutama di tubuh bagian atas.Tubuh bagian bawah (perut dan dada) berwarna agak putih kehitaman atau kekuningan. AwaInya, nila lokal memiliki laju pertumbuhan yang cukup baik, tetapi akhir-akhir ini kualitasnya menurun akibat keterbatasan pengetahuan masyarakat dalam mengendalikan potensi genetisnya Akibatnya, kualitas genetis keturunannya pun ikut menurun. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan laju pertumbuhan dan ukuran tubuh. Malah tidak jarang terjadi perkawinan silang antara nila dan mujair sehingga keturunan berikutnya memiliki kualitas genetis yang tidak menguntungkan.


2. Nila Gift
Nila gift (genetic improvement of farmed tilopias) merupakan hasil persilangan dan seleksi jenis-jenis nila dari Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal, dan Kenya. jenis ini dikembangkan pertama kali oleh International Center for Living Aquatic Research Management (ICLARM) di Filipina pada tahun 1987. Program tersebut dibiayai oleh Asian Development Bank (ADB) dan United Nations Development Programme (UNDP).

Nila gift didatangkan ke Indonesia pada tahun 1994 melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) yang merupakan salah satu anggota. International Network for Genetic in Aquaculture (INCA). Nila gift yang pertama kali didatangkan ke Indonesia tersebut merupakan generasi keempat. Setelah itu, didatangkan lagi nila gift berikutnya yang berasal dari generasi keenam pada tahun 1997.
Sepintas, sosok nila Gift dan nila lokal agak sulit dibedakan, terutama ketika masih dalam stadium benih. Perbedaannya hanya bisa diketahui dari bentuk proporsi dan warna tubuh. Tubuh nila gift lebih pendek

dengan perbandingan panjang dan tinggi 2 : I, sedangkan perbandingan panjang dan tinggi tubuh nila lokal 2,5 : 1. Dari segi tinggi dan lebar tubuh, nila gift tampak lebih tebal dengan perbandingan 4 : 1 dan nila local tampak lebih tipis dengan perbandingan 3: 1. Sementara itu, ukuran kepala nila gift relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran kepala nila lokal. Namun ukuran mata nila gift cukup besar jika dibandingkan dengan
ukuran mata nila lokal. Ciri lain yang membedakan antara nila gift dan nila lokal adalah warna tubuh. Warna tubuh nila gift hitam keputihan dan bagian bawah tutup insangnya berwarna putih, sedangkan nila lokal
berwarna putih. Sementara kehitaman dan ada yang berwarna kuning.
jika dibandingkan dengan nila lokal, nila gift memiliki beberapa
Berat komparatif sebagai berikut.

- Jumlah telurnya lebih banyak 20-30%
- Berat benihnya mencapai 17,5 gram dan pertumbuhannya lebih cepat 300-400%.
- Pertumbuhan saat pembesaran lebih cepat 100-200% dengan konversi pakan rendah, yaitu berkisar 0,8-1,2.
- tahan terhadap lingkungan yang kurang baik dan memiliki toleransi hidup di perairan dengan salinitas 0-15%0, sehingga bisa dipelihara di perairan payau.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008

Kebiasaan Makan dan Laju Pertumbuhan ikan Nila

Kebiasaan Makan dan Laju Pertumbuhan ikan Nila

Nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itu, ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina sp.,
Atau Daphnia sp. Selain itu benih nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet.
Laju pertumbuhan tubuh nila yang dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan dan interaksinya. Sebagai contoh,
Curah hujan yang tinggi akan mengganggu pertumbuhan tanaman air dan secara tidak langsung akan memengaruhi pertumbuhan nila yang dipelihara . Berdasarkan hasil penelitian, diketahui laju pertumbuhan nila lebih cepat jika dipelihara di kolam yang airnya dangkal dibandingkan dengan kolam yang airnya dalam. Penyebabnya adalah pertumbuhan tanaman air sangat cepat di perairan yang dangkal, sehingga nila mendapatkan pasokan pakan yang cukup.

Selain itu, laju pertumbuhan nila di kolam yang dipupuk dengan pupuk organik misalnya kotoran ternak juga. lebih cepat dibandingkan dengan nila yang dipelihara di kolam yang dipupuk dengan pupuk anorganik (pupuk buatan).
perlu diketahui juga, laju pertumbuhan nila jantan lebih cepat 40% dibandingkan dengan laju nila betina.Terlebih lagi jika dipelihara secara kelamin tunggal (monosex). jika sudah mencapai ukuran 200 gram, pertumbuhan nila menjadi semakin lambat. Namun, hal ini hanya terjadi pada nila betina, sedangkan nila jantan akan tetap tumbuh pesat.
Sumber : Khairul Amri, S.pi, M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka, 2008

Perkembangbiakan ikan nila

Perkembangbiakan ikan nila

Secara alami, nila memijah sepanjang tahun di perairan di daerah tropic. Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya nila dapat memijah 6-7 kali dalam setahun. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram. Masa pemijahan produktif adalah ketika induk berumur 1,5-2 tahun dengan bobot di atas 500 gram per ekor. Seekor nila betina dengan berat sekitar 800 gram menghasilkan larva sebanyak 1.200-1.500 ekor setiap Kali memijah.

Sebelum memijah, nila jantan selalu membuat sarang berupa Iekukan berbentuk bulat di dasar perairan yang diameternya sama dengan ukurannya. Sarang ini merupakan daerah teritorial nila jantan yang nantinya digunakan sebagai lokasi pemijahan dan pembuahan telur. Pada masa birahi, warna nila jantan akan berubah menjadi cerah dan sifatnya menjadi sangat agresif menjaga daerah teritorialnya.

Proses pemijahan nila berlangsung sangat cepat. Dalam waktu 50-60 detik sepasang nila yang memijah mampu menghasilkan 20-40 butir telur yang telah dibuahi. Pemijahan akan terjadi beberapa kali dengan pasangan yang sama atau berbeda selama 20-60 menit. Telur nila berdiameter 2,8 mm, berwarna abu-abu atau kadang-kadang kuning, tidak lengket, dan tenggelam di dasar perairan. Telur-telur yang telah dibuahi dierami di dalam mulut induk betina dan akan menetas dalam waktu 4-5 hari. Telur yang sudah menetas disebut larva, panjangnya 4-5 mm. Larva yang baru menetas diasuh oleh induk betina hingga umur 11 hari (ukuran 8 mm). Benih-benih yang sudah tidak diasuh oleh induknya akan berenang secara bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau di pinggir kolam.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P.Agromedia Pustaka,2008