PEMILIHAN LOKASI DAN PERANCANGAN PANTI BENIH

PEMILIHAN LOKASI DAN PERANCANGAN PANTI BENIH

Lokasi panti benih (hatchery) harus dipilih dekat dengan sumber air laut yang bersih, tidak tercemar, bebas banjir, serta dapat ditunjang dengan sarana-sarana yang memadai seperti transportasi, listrik, dan telepon. Lebih baik lagi bila lokasi itu selalu dekat dengan karamba jaring apung sebagai tempat Karamba apung merupakan cara yang aman untuk memelihara induk atau menyiapkan calon-calon induk. Areal lokasi mencukupi untuk tempat bak-bak pemijahan ikan, tempat pemeliharaan larva, tempat penyediaan jasad pakan, maupun kantor dan gudang yang disesuaikan dengan skala usaha.
Faktor yang penting dan perlu diperharikan dalam penentuan lokasi ini yaitu terdapatnya pasokan air laut dan air tawar. Air laut yang akan digunakan untuk pemeliharaan induk atau sebagai tempat pemijahan harus bersih dan jernih dengan kadar garam yang selalu konstan sekitar 30 - 35 ppt. Pemasokan air tawar diperlukan untuk mengontrol kadar garam, terutama untuk pemeliharaan jasad pakan yang terkadang dibutuhkan kadar garam yang lebih rendah dari air laut. Di samping itu, air tawar sangat diperlukan untuk mencuci peralatan dan juga untuk kebutuhan konsumsi sumber daya manusianya. Sumber air tawar dapat berasal dari air sumur/bor atau dari PAM. Air laut ini dipasok dengan pompa dan dibutuhkan terus-menerus (selama 24 jam) untuk pemeliharaan induk di bak pemeliharaan.
Panti benih yang ideal antara lain mempunyai beberapa sarana berikut.
1. Karamba jaring apung untuk anak-anak ikan serta penampungan calon induk.
2. Laboratorium kering untuk pengamatan.
3. Laboratorium basah untuk pemeliharaan telur dan larva.
4. Ruang plankton, pengembangan jasad pakan (klorela dan rotifera).
5. Bak-bak pemijahan, ruang mesin.
6. Ruang cold storage (penyimpanan pakan), reservoir, dan filter.
7. Kantor, dermaga, dan gudang.
Ukuran luas lokasi panti benih yang akan digunakan tergantung pada skala usaha. Meskipun listrik PLN telah masuk ke lokasi pembenihan, tetapi masih perlu adanya ruang mesin/genset sebagai pengganti aliran listrik untuk pompa, blower, dan lampu apabila sewaktu-waktu terjadi pemadaman. Matinya aliran listrik sesaat dapat menjadi kegagalan dalam pengoperasian pembenihan. Bila sumber listrik yang digunakan berasal dari mesin genset sendiri maka sebaiknya ada mesin cadangan.
Untuk memudahkan pengoperasian produksi benih perlu diperhatikan penempatan sarana-sarana yang akan mendukung. Penempatan sarana tersebut sebaiknya memperhitungkan fungsinya masing-masing seefisien mungkin. Hindari penempatan sarana yang dapat mengganggu fungsi sarana yang lain. Penempatan ruang mesin, misalnya, diusahakan sejauh mungkin dengan tempat bak pemijahan dan bak-bak pemeliharaan larva. Alasannya, suara bising dari genset dapat menggagalkan pemijahan ikan-ikan atau pemeliharaan larva. Demikian juga tempat-tempat pembuangan air harus disalurkan dan dibuang sejauh mungkin dari tempat pemasukan air laut. Salah satu tata letak pada sebuah panti benih yang ideal seperti dalam Gambar 1.

A. Pembuatan Bak-bak Air
Bak-bak air yang perlu dibangun permanen dengan bangunan beton adalah bak pemijahan, bak reservoir, dan bak filter. Sementara

Gambar I. Salah satu alternative tata letak panti benih yang ideal

bak-bak untuk kultur jasad pakan dan pemeliharaan larva dapat digunakan bak permanen ataupun bak-bak yang telah dibuat dengan bahan tertentu seperti panlight, polycarbonat fibre glass, kanvas, dan lain-lain. Bak-bak pemijahan mempunyai volume dengan kapasitas 10—150 m3. Untuk pemijahan secara alamiah bagi ikan kerapu dan kakap minimal diperlukan bak berkapasitas 30 m3. Namun, untuk ikan beronang, bak berkapasitas 10 m3 sudah cukup ideal. Pada pembuatan bak-bak pemijahan perlu diperhatikan mengenai tingkah laku ikan dan sifat telur. Telur ikan kerapu dan kakap yang dihasilkan dari pemijahan bersifat terapung sehingga teknik pengumpulan telur perlu dipertimbangkan. Lain halnya ikan beronang, telur yang dikeluarkan bersifat demersal dan mempunyai daya lekat yang kuat terhadap substrat. Gambar 2 berikut ini menyajikan rancang bangun bak pemeliharaan induk dan pemijahan untuk telur terapung, sedangkan Gambar 3 menunjukkan rancang bangun bak pemeliharaan larva.

Gambar 2. rancang bangun bak pemeliharaan induk dan pemijahan untuk telur apung


Bak-bak untuk kultur massal jasad pakan dapat juga dibuat permanen atau bukan permanen seperti wadah-wadah bervolume minimal 0,5 m3. Untuk kultur massal zooplankton seperti kultur rotifera biasanya menggunakan bak permanen dengan kapasitas 3—5 m3, meskipun ukuran yang lebir besar sering juga digunakan. Peletakan bak-bak rotifera tidak boleh terlalu dekat dengan bak-bak kultur algae/fitoplankton klore.la dan harus ada pemisah untuk mencegah kontaminasi yang mengganggu kultur klorela.

Gambar 3. Rancang bangun bak pemeliharaan larva

Bak reservoir dan bak filter air laut sebaiknya berdekatan dan dibuat permanen. Bak reservoir berguna membantu proses pengendapan, sedangkan bak filter berfungsi untuk mendapatkan air laut yang jernih. Bak filter harus dibangun pada lokasi yang tinggi sehingga pembagian air ke lokasi bak-bak melalui gaya berat. Reservoir sebaiknya paling sedikit berkapasitas 100 m3. Bak filter dibuat dengan kapasitas minimal 1 m3 dan akan lebih baik lagi dibuat dua buah. Satu buah bak sebagai pengganti apabila bak yang satu sudah kotor dan harus dicuci. Konstruksi bak-bak filter dibuat dari ruangan-ruangan yang berisi batu/koral berbagai ukuran serta pasir untuk mendapatkan air laut yang jernih. Secara prinsip, air laut yang akan difilter dimasukkan ke dalam ruangan batu/koral ukuran besar menuju ukuran yang lebih kecil dan terakhir pasir halus. Penyekatan ruangan filter tersebut dapat disusun secara vertikal ataupun secara horizontal. Pembuatan bak reservoir dan filter yang sederhana dapat dilihat pada Gambar 4.
Untuk kultur algae dan pemeliharaan larva dibutuhkan sekali air yang sangat jernih sehingga terkadang bak-bak filter masih perlu

Gambar 4. Penyusunan ruangan filter secara horizontal (a) dan secara vertical (b)


Contoh bangunan system filtrasi berteknologi tinggi di salah satu
Panti benih di Jepang

ditambahkan pada saluran air sebelum dibagi ke tempat kultur algae dan pemeliharaan larva.
Di negara-negara maju, sistem panti benih skala besar menggunakan sistem filtrasi berteknologi tinggi. Teknologi ini menggunakan sistem tekanan yang sangat tinggi sehingga didapatkan air laut yang sangat bersih dengan jumlah yang sangat memadai.




B. Pemasangan Pipa Distribusi Air dan Pipa Udara
Kehidupan ikan dalam bak ditentukan oleh adanya air bersihdan oksigen yang cukup yang disalurkan melalui pipa-pipa instalasi.Sumber oksigen diperoleh mesin blower yang dialirkan ke pipa-pipa udara. Mesin blower ini bekerja terus-menerus dan digunakan untuk kelangsungan hidup ikan, larva, dan plakton. Pemasangan inlet air laut harus pada lokasi air yang selalu jernih dan bebas dari pencemaran. Gunakan pipa air berukuran besar yang diarahkan menuju

Gambar 5. Dua system pengambilan air laut (Water intake)

perairan laut untuk memperoleh sumber air yang jernih sebelum dipompa (lihat Gambar 5).
Biasanya pemasangan pompa isap air berada di pinggir pantai kemudian didistribusikan ke reservoir agar kotoran yang larut mengendap kemudian dialirkan ke bak filter. Setelah itu, barulah dibagikan ke bak-bak air. Distribusi pipa air dan pipa udara harus dipasang teratur. Blower sebagai sumber udara harus dipasang sejauh mungkin dari lokasi ruang mesin. Distribusi air laut, air tawar, dan pipa udara dipasang pada setiap bak terutama untuk bak-bak permanen dan teratur sehingga memudahkan penggunaannya.

Melalui pipa, air dibagikan ke dalam bak-bak

sumber : Drs. Pramu Sunyoto
Dr. Mustahal, M.Sc
Penebar Swadaya

No comments:

Post a Comment