Budi Daya Rumput Laut Sangat Prospektif

Budi Daya Rumput Laut Sangat ProspektifPanjang garis pantai Indonesia yang mencapai 95.181 kilometer atau keempat terpanjang di dunia merupakan anugerah tak terkira bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, kondisi tersebut berkaitan erat dengan potensi sumber daya alam yang terkandung di dalam perairan Nusantara.Potensi tersebut sangat beragam, mulai dari aneka jenis ikan, tumbuhan laut, obat-obatan, terumbu karang, hingga wisata bahari. Menurut Direktur lenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Ketut Sugama, dari seluruh potensi yang ada itu, budi daya ikan merupakan ladang bisnis yang sangat prospektif. Pengembangan bidang budi daya ikan diyakini dapat men-dongkrak tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir. "Budi daya ikan waktunya relatif cepat. Lihat saja, ikan dengan ukuran 1 kilogram saja sudah dapat dijual," ujai Ketut, di lakarta, Sela- sa (27/9).Selain budi daya ikan, potensi yang ada di sektor kelautan dan perikanan adalah budi daya rumput laut. Kemudahan dalam melakukan budi daya komoditas yang satu itu menjadikan banyak nelayan tertarik menggelutinya. Ketut mengatakan hanya dengan modal 3,5 juta rupiah dan lahan 50 x 50 meter, para nelayan telah dapat membudidayakan rumput laut. "Dalam waktu 45 hari, para nelayan sudah dapat menikmati masa panen," tambahnya.Prospektifnya bisnis rumput laut diungkapkan pula SoenanHadi Poernomo, Dosen Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan lakarta. Menurut dia, agar potensi bisnis rumput laut bisa dikembangkan secara optimal, sebaiknya Indonesia tidak mengekspor rumput laut sebagai bahan mentah. "Usahakan agar pengolahan rumput laut bisa dilakukan di dalam negeri sehingga nilainya lebih tinggi ka-i im iii dijual sebagai barang jadi," kata Soenan.Soenan menambahkan rumput laut juga berpotensi dijadikan bahan bakar alternatif (bio-fuel) pengganti bahan bakar minyak yang berasal fosil. "Tinggal diusahakan secara komersial karena sekarang ini rumput laut sudah banyak dilirik sebagai bahan biofuel. Salah satu ne-gara yang telah memanfaatkannya adalah Korea Selatan," imbuh Soenan.Khusus di Indonesia, hasil budi daya rumput laut selama ini lebih banyak diekspor ke China. Negeri Tirai Bambu itu lantas mengolah rumput laut asal Indonesia tersebut menjadi aneka produk, mulai dari kosmetika, bahan makanan, obat, cat tembok, cat untuk membatik, sampai pasta gigi.Dalam pandangan Soenan, apa yang dilakukan China tersebut bukan mustahil dapat pula dilakukan Indonesia Sebagai langkah awal, hendaknya dipilih bibit rumput laut dari hasil pem-benihan yang terbaik. Salah satu daerah di Tanah Air yang memiliki bibit rumput laut yang bagus adalah Nusa Tenggara Barat (NTB).Setelah memilih bibit rumput laut terbaik, langkah yang perlu ditempuh adalah membuat mekanisme pasar yang tidak rumit. Artinya, lokasi produksi dan pengolahan rumput laut sebaiknya tidak terlalu jauh dari pasar sehingga biaya transportasi bisa ditekan. Saat ini wilayah percontohan budi daya rumput laut kebanyakan berada di kawasan timur Indonesia, di antaranya Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan NTB."Saya sangat optimistis budi daya rumput laut memiliki masa depan yang bagus. Sebab, potensi bisnisnya besar. Selain itu, teknologi yang ada sekarang juga sudah mumpuni, pasarnya tersedia serta ramah lingkungan," pungkas Soenan. uci/E-2Sumber: KoranJakarta,29September2011, Hal.9

Pengolahan Pindang Bangkitkan Usaha Kecil

Pengolahan Pindang Bangkitkan Usaha Kecil

 SURABAYA - Pemerintah akan terus mendorong pengembangan industri pengolahan ikan pindang. Komoditas perikanan ini terbukti berhasil menggerakkan usaha kecil di seluruh Indonesia. Ikan pindang khas produk dalam negeri. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Victor PH Nikiju-luw menyajikan, produk ikan pindang perlu mendapatkan apresiasi yang lebih besar.

 Pemindangan ikan adalah teknik pengolahan dan pengawetan ikan dengan cara direbus dan diberi sedikit garam. Victor menjelaskan, ikan asap dan ikan asin banyak juga dimiliki negara lain. Di Eropa, misalnya, ada yang namanya smoke salmon. Sama halnya garam tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi di Timur Tengah. "Hanya pindang yang tidak ada di negara lain, murni milik Indonesia. Terlebih hampir seluruh industri pengolahan pindang adalah usaha kecil menengah," ungkap Victor disela Pameran Produk Bahari 2011dan Pengukuhan Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Pindang Dean Indonesia (Appikando) di Surabaya, Rabu (21/9).Saat ini, sambung dia. dari total produksi ikan secara nasional yang mencapai 11 juta ton per tahun, 15% dikelola menjadi ikan pindang. Dari jumlah itu, yang dikelola menjadi pindang mencapai 15% hingga 20%-nya, atau sekitar 2 juta ton per tahun, baik dari ikan tongkol, bandeng, ataupun cakalang. Adapun produksinya sejauh ini mencapai sekitar 18.000 ton per bulan.

Dengan asumsi jumlah pemindang di seluruh Indonesia mencapai 60.000 orang. Selain itu, jumlah pelaku usaha pemindangan secara nasional juga terus bertambah hingga mencapai sekitar 60.000 unit dari 100.000 unit usaha kecil pengolahan ikan. Sedangkan sisanya adalah pembuatan kerupuk, bakso ikan, abon ikan, dan lain sebagainya. "Pindang ini mempunyai kekuatan di UKM. Sehingga peningkatan taraf kerja industri pengolahan ikan pindang sama hal-nya mendorong UKM untuk bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi agar bisa menembus pasar ekspor," tandasnya.Ke depan, Victor berharap pengolahan pindang perlu ditingkatkan. Karena selama ini proses produksinya dengan cara tradisional yang kurang efektif.

Padahal jika dikembangkan menjadi lebih baik, hal itu sangat terbuka lebar. Mengingat pasarnya juga sangat luas sementara potensi juga sangat besar. "Kami berharap pemindangan akan semakin besar dengan adanya peningkatan teknologi tepat guna. Sebab, selama ini proses pemindangan dilakukan dengan cara tradisional," tekannya.Saat ini. kata Victor, sedang dikembangkan proses pemindangan yang lebih baik dan lebih higienis. Yaitu dengan mengasapkan ikan yang sudah direbus tersebut. Hasilnya, pindang akan lebih lama bertahan dan akan menjadi lebih bagus. "Dengan peningkatan kualitas, saya yakin kinerjanya akan menjadi semakin membaik," pungkasnya, (ros)Sumber: InvestorDailyIndonesia,23September2011, Hal.7

persyaratan dalam membudidayakan ikan air tawar

Dalam membudidayakan ikan di kolam atau empang ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui, diantaranya antara lain :

1. Sumber Air
Dalam pemilihan tempat untuk budidaya ikan perlu memperhatikan sumber air. sumber air ini harus cukup dan memadai. sumber air ini bisa berasal dari sungai, aliran irigasi, maupun mata air. sumber air sedapat mungkin tersedia sepanjang tahun dengan debit yang memadai.  salah satu contoh dalam memelihara ikan mas memerlukan suplai air dengan debit 10 - 16 liter/detik/ha.

2.  Jenis tanah dan kemiringan
dalam membangun kolam harus memperhatikan jenis tanah dan kemiringan. kolam yang dibangun sebaiknya memiliki jenis tanah yang liat atau lempung berpasir (sandy clay) sehingga tidak porus. Kemiringan lahan yang digunakan untuk budidaya ikan sebaiknya memiliki kemiringan 5 - 10 derajat karena kondisi air demikian akan memudahkan pengaliran air secara gravitasi.

3. Kualitas Air
Air yang digunakan untuk budidaya ikan harus memenuhi kualitas yang disyaratkan. air yang digunakan tidak berbahaya, tidak mengandung racun berbahaya dan bisa menumbuhkan pakan alami.
secara umum parameter kualitas air untuk melakukan budidaya ikan yang baik adalah :
a. Suhu  : 25 - 30 derajat celcius
b. pH air : 6,5 - 8,5
c. DO (oksigen terlarut) : minimal 3 ppm
d. Kadar Amonia (NH3) :  maksimal 0,5 ppm

4. Jauh dari tempat pembuangan limbah
lokasi yang digunakan untuk budidaya ikan harus jauh dari limbah industri maupun dari limbah rumah tangga

Rumah Rumput Laut

Rumah Rumput Laut


Biaya operasional di bagian hilir budidaya rumput laut bisa dipangkas.

Kantong berkarbon akan segera menggeser aplikasi metode penanaman dan penanganan pasca panen rumput laut yang dikembangkan sejak tahun 70-an hingga kini. Teknologi baru ini akan melindungi rumput laut dari serangan predator dan menjaga tanaman agar tetap bersih.

Sorot mata Agus Cahyadi tertuju ke perempuan baya yang duduk di pinggir pantai. Pria berkacamata itu penasaran dengan apa yang sedang dilakukan si ibu sehingga tidak bergeming dari tempat duduknya. Dengan langkah ringan, ia menghampiri perempuan berkulit sawo matang yang duduk di depan seonggok rumput laut segar.

Dari dekat ia bisa menyaksikan secara jelas bagaimana ketelatenan jemari si ibu menyortasi kotoran (sampah) yang menempel di rumput laut. Lalu, Agus bertanya, "Apa yang menjadi kendala menyortasi rumput laut sehingga harus bela-ma-lama duduk di sini?"

Perempuan yang rambutnya mulai dipenuhi uban itu memaparkan ihwal kesulitannya mengurai benang pancing yang tersangkut di tali pengikat rumput laut. Pasalnya, dibutuhkan kehati-hatian ekstra agar batang rumput laut yang ringkih itu tidak banyak terputus (fragmentanon). Perempuan itu juga mengeluhkan terkadang feses yang terbawa bersamaan dengan sampah menempel pada rumput laut. Adapun penanganan pasca panen rumput laut im butuh waktu lama karena jumlahnya memang sangat banyak.

Maklum, nenek itu bekerja di sebuah sentra pengembangan budidaya rumput laut di kepulauan Wakatobi. Sulawesi Tenggara. Menurut Agus yang notabene peneliti dari Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan, kepulauan Wakatobi merupakan penghasil rumput laut yang menyumbangkan rumput laut secara nasional. Dengan luas lautnya yang mencapai 1,4 juta hektar, 40 persen merupakan habitat rumput laut. 1 Liliit.ii itu terpusat di Kecamatan Wangi-wangi, Kaledupa, dan Tomia.

Sayangnya, potensi rumput laut yang begitu besar di Wakatobi itu hingga saat ini masih menerapkan pendekatan teknologi penanaman danpascapanenera70-an.Teknolo-gi penanaman masih menggunakan metode mengikatkan bibit rumput laut pada tali-tali dengan botol-botol bekas sebagai pelampungnya dan dipatok secara berjajar-jajar di daerah perairan laut di kedalaman antara 30-60 sentimeter.

Penerapan teknologi tersebut butuh perawatan secara teratur. Sebagai contoh pengawasan secara kontinu untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar setelah ombak laut ke arah pantai meng-gesernya. Biasanya faktor angin juga mempengaruhi posisi bibit mengumpul di areal tertentu sehingga perlu dipisahkan dan ditebar merata lagi.

Belum lagi permasalahan kotoran atau sampah yang acap kali melekat di rumput laut. Kotoran ini akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Cara mengatasinya dengan menggoyang-goyang tanaman agar selalu bersih dari kotoran. Selain kotoran, organisme yang menumpang hidup dan tumbuh pada inangnya seperti gulma, lumut, atau rumput laut lainnya harus disingkirkan supaya tidak menurunkan produktivitas kualitas hasil.

Ada pula organisme yang mengganggu, merusak, bahkan memangsa rumput laut berupa ikan baronang, penyu, dan bulu babi. Hewan herbivora itu harus dicegah masuk ke tempat budidaya. Caranya memasang jaring di sekeliling daerah budidaya.

"Penerapan teknologi konvensional di bagian hilir budidaya rumput laut itu membutuhkan biaya operasional cukup besar. Sebab, petani pembudidaya harus bolak-balik dari daratan ke perairan dengan menggunakan perahu berbahan bakar bensin," ujar Agus yang mulai melakukan riset pengembangan teknologi bahan budidaya rumput laut sejak 2009.

Pelbagai permasalahan perawatan tesebut juga menyebabkan kuota panen rumput laut bisa berubah-mbah, kadang stabil atau bahkan anjlok. Pun pendekatan teknologi pasca panen konvensional me-nyebabkan biaya produksi cukup mahal, karena harus memperkerjakan orang untuk menyortasi dan membersihkan rumput laut dengan menggunakan air tawar.

Solusi

Berangkat dari permasalahan tersebut, Agus putar otak untuk mencari solusi memakas biaya operasional di bagian hilir budidaya rumput laut. Tercetus metode yang lazim digunakan para petani buah melindungi mangga atau sejenisnya dari serangan lalat dengan cara membungkusnya. "Metode yang biasa diterapkan di darat itu kenapa tidak dicoba di perairan," cetus Agus yang tiga tahun lalu belum sepenuhnya yakin gagasannya akan berhasil.

Untuk itu, ia menggunakan biaya pribadi untuk melakukan riset pembuatan kantong pelindung rumput laut. Awalnya ia membuat kantong pelindung dari jaring ber-lapis satu berbentuk silinder agar kotoran tidak bisa masuk. Jaring tersebut dilapisi dengan karbon aktif dan bahan organik layaknya sebagai .11 ii iti 11iiin agar organisme seperti gulma, lumut, atau rumput laut lainnya tidak menumpang hidup di dalam silinder. Karbon aktif tersebut dilekatkan dengan menggunakan getah suatu tanaman melalui proses destilasi.

Selanjutnya, proses uji coba dilakukan dengan membuat beberapa kantong pelindung yang telah dilapisi karbon untuk melindungi rumput laut jenis kotoni dari gangguan hama, epifit, dan kotoran di tempat budidaya rumput laut. Kantong itu diikat pada tali-tali yang dipatok secara berjajar-jajar di daerah perairan laut dan diapungkan menggunakan botol.

"Apa pun hasil rumput laut yang telah dilindungi kantong berlapis karbon, saya harus membeli kepada petani yang memiliki tempatbudidaya," kata Agus dengan perasaan harap-harap cemas menanti panen rumput kurang lebih 25 hari lamanya.

Tak dinyana, riset awal yang menelan biaya sekitar dua juta rupiah itu membuahkan hasil cukup memuaskan. Rumput laut bisa tumbuh secara normal di dalam kantong berkarbon iikiI.ii dari awal pemasangan tunas hingga pemanenan. Lebih dari itu, hasil rumput laut di dalam kantong ketika dipanen sudah bersih. Hanya saja, karena jaring berlapis satu muka maka ada sebagian yang rusak, mungkin karena serangan hewan herbivora.

Untuk menutup kelemahan tersebut maka dalam riset lanjutan didesain kantong rumput laut dengan jaring berlapis dua muka, taring lapis pertama berfungsi melindungi rumput laut dari gangguan hewan predator dan sampah laut, dan jaring lapis kedua yang me-ngandung karbon aktif berperan mencegah gangguan organisme parasit.

Kantong rumput laut berkarbon ini memiliki tinggi 40 sentimeter dan berdiameter 30 sentimeter. Spesifikasi tersebut bisa digunakan untuk menanam bibit minimal 200 gram. Adapun perkiraan isi kantong berkarbon pada masa panen sekitar kurang lebih tiga kilogram. "Dengan demikian kuota hasil panen rumput laut bisa diperkirakan," kata Agus. Imbuh Agus, produk perdana Kantong Rumput Laut berkarbon ini juga akan dipamerkan di pameran Teknologi Tepat Guna pada bulan Oktober di Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

Lebih penting dari itu, biaya operasional di bagian hilir budidaya rumput laut bisa dipangkas. Pasalnya, setelah proses penanaman hingga panen tidak perlu perawatan yang berarti. Penanganan pasca panen seperti penyortiran dan pembersihan bisa diminimalisir karena hasil rumput laut di dalam kantong berkarbon sudah bersih.ladi hasil panen rumput laut bisa langsung dijemur dan diproses lebih lanjut sebagai bahan baku (tepung) untuk industri pangan, kosmetik, tekstil, dan lainnya. Pangsa pasar rumput laut di manca negera pun dari tahun ke tahun semakin cerah. Negara di dunia yang siap menampung produk rumput laut mentah atau setengah jadi (tepung) di antaranya Hongkong, Korea Selatan, Prancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, dan lepang.

Dengan demikian Indonesia bisa menjadikan rumput laut sebagai komoditas andalan penghasil devisa negara. Hal itu bukan lagi perkara mustahil jika melihat hasil penelitian kantong rumput laut berkarbon di Wakatobi sangat memuaskan. Tunas rumput laut bisa leluasa tumbuh sehingga produktivitas meningkat. agung wredho

Sumber: KoranJakarta,13September2011,Hal 5

Budidayakan Kepiting Ekspor

Budidayakan Kepiting Ekspor

Permintaan dari Jepang Mengalir

TAKALAR, KOMPAS - Demi keberlanjutan kegiatan ekspor daging rajungan ke Jepang, warga pesisir Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, didorong membudidayakan kepiting laut tersebut. Langkah itu sekaligus menjawab fenomena menyusutnya populasi rajungan di perairan Galesong dua tahun terakhir.

HiTiu.iw-.iti (32). pengusaha di Desa Bontosunggu. Kecamatan Galesong Utara. Kamis (8/9), mengatakan, pengusaha daging rajungan di Desa Bontosunggu mengaku sudah tidak mampu memenuhi pesanan eksportir setiap hari. Suplai ke sejumlah eksportir daging rajungan ke Jepang kini dilakukan seminggu sekali

Persediaan yang kian menipis akibat eksploitasi menyebabkan pengusaha sulit memenuhi permintaan ekspor daging rajungan ke Jepang yang terus meningkat dari 584 ton pada tahun 2007 menjadi 774 ton tahun lala

"Dulu, nelayan mampu mendapatkan 15-20 kilogram (kg) rajungan dengan berlayar sejauh 1 kilometer, tetapi kini rata-rata hanya dapat 1-2 ekor," katanya.

Kini nelayan harus berlayar hingga Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) dan Barru untuk mendapatkan rajungan.

Kondisi serupa dialami Hos-mah (38), pengusaha lainnya Minimnya pasokan dari nelayan membuat dia beralih menekuni usaha telur ikan terbang. Ia pernah memodali nelayan Rp 5 juta agar mencari rajungan ke Pangkep dan Barru, tetapi rugi karena umumnya rajungan sudah tidak segar lagi.

Bontosunggu dikenal sebagai sentra usaha daging rajungan. Di desa ini terdapat 10 pengusaha kepiting dengan 200 nelayan. Namun, merosotnya bahan baku rajungan membuat satu per satu usaha gulung tikar. Kini tinggal tersisa tiga UMKM. Mereka masih menyuplai daging kepiting ke sejumlah eksportir, seperti PT Nuansa Cipta Magello, PT Phillips Seafood Indonesia, dan PT Makmur Hasil Bahari seharga Rp 125.000 per kg.

Agar usaha itu kembali menggeliat, pengusaha dan nelayan membenihkan rajungan. Di bawah bimbingan tim dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Hasanuddin (Unhas), warga memanfaatkan bak-bak bekas pembenihan udang di belakang rumah masing-masing.

Guru Besar Perikanan dan Kelautan Unhas Yushinta Fujaya mengatakan, pembenihan yang telah diuji coba sejak dua bulan lalu berhasil mengembangbiak-kan induk rajungan. Apalagi, pembibitan menggunakan bak-bak bekas pembenihan udang berukuran 2x5 metermampu memacu tingkat kehidupan anakan rajungan. Satu ekor induk berbobot 100 gram bisa menuai 150.000 anakan.

Tambak mendangkal

Kontras dengan geliat ekonomi di Galesong, kehidupan warga di pesisir Teritip Mangkrak, Balikpapan, Kalimantan Timur, justru murung. Sekitar 150 hektar tambak milik warga setempat tidak terurus dan tak ditebari benur ikan dan udang. Pendangkalan tambak yang tidak terkendali menjadi penyebab. Selain itu, petambak menduga air tambak mengandung minyak. Siduriyani. petambak warga Pantai Empang RT 7 Teritip, mengatakan, sudah 10 tahun tambaknya tidak aktif. Halwin. warga RT 20 Gunung Tembak, Teritip, mengutarakan, tahun 2005 ia pernah menekuni usaha tambak. Ia gulung tikar karena lahan tidak produktif.

OUZ/PRA)

Sumber : Kompas 09 September 2011,hal. 21

Some of the potential land for the farming of freshwater fish

Some of the potential land for the farming of freshwater fish

There are two potential land for the farming of freshwater fish is the potential for fish ponds as well as potential public water land.1. fishpondThe availability of water and land for fish farming is a necessity, water and land is a living medium fish and fishery resources. Place fish live media suitable for the land that has water sources. The source of water that can come from rivers, irrigation or springs.Lowlands and the highlands can be a place to fish from the availability of sufficient water for fish farming. Fish Pond can be made in the yard while for the pond or ponds can be built outside the yard.Fish culture can also be performed in rice fields as fish.The potential of fish farming land in Indonesia:1. Lake: 1.8 million ha2. Reservoir: 50,000 Ha3. Land suitable for swimming and minapadi: 650.000 Ha(Kartamiharja, et al, 2007)2. Public waters (lakes, reservoirs, rivers, irrigation channels)public waters, including lakes, swamps, reservoirs, rivers, all of which are potential for fish farming.fish farming in public waters can be done by Karamba, floating net buoyancy, as well as with hampang.

Beberapa potensi lahan untuk budidaya ikan air tawar

Beberapa potensi lahan untuk budidaya ikan air tawar

Ada 2 potensi lahan untuk budidaya ikan air tawaar yaitu potensi untuk kolam serta potensi lahan perairan umum.

1. Kolam

Ketersediaan air dan lahan untuk budidaya ikan merupakan suatu kebutuhan, air dan lahan merupakan media hidup ikan dan sumber daya perikanan. Tempat media hidup untuk budidaya ikan yang cocok yaitu lahan yang memiliki sumber air. Sumber air itu bisa berasal dari sungai, irigasi ataupun sumber mata air.
Daerah dataran rendah maupun dataran tinggi bisa dilakukan tempat untuk budidaya ikan asal ketersediaan air untuk budidaya ikan cukup. Kolam dapat dibuat dipekarangan rumah sedangkan untuk balong atau empang bisa dibangun di luar pekarangan rumah.
Budidaya ikan ini juga dapat dilakukan di sawah sebagai minapadi.

Potensi lahan budidaya ikan :
1. Danau : 1.800.000 Ha
2. Waduk : 50.000 Ha
3. Lahan yang sesuai untuk kolam dan minapadi : 650.000 Ha
(Kartamiharja, et.al.,2007)


2. Perairan umum ( Danau, waduk, sungai, saluran irigasi)
perairan umum yang meliputi danau, rawa, waduk, sungai kesemuanya merupakan potensi bagi budidaya ikan.
budidaya ikan di perairan umum dapat dilakukan dengan cara karamba, karamba jaring apung, maupun dengan hampang.

Reasons Why Fish are grown

Reasons Why Fish are grown

Fish is an animal species that provide food for humans. Humans in their daily lives need carbohydrates, fats, vitamins, minerals, and proteins. Besides protein from terrestrial animals, fish also provide a high protein for humans. Nutritional value of fish meat which is owned by very well that this is because the fish meat has a value of digestibility and higher biological value when compared with other animals.

Protein in fish contains essential amino acids perfect. all kinds of essential amino acids that exist in fish, namely: Leucine, Lysine, Leucine Iso, tripthophan and others.

fish meat comprises:
1. Protein 15-24%
2. Glycogen / carbohydrate 1-3%
3. Fat 1-22%
4. Water 66-84%
5. and other organic material of 0.8 to 2%
6. omega 3
7. EPA
8. DHA

Omega 3, EPA, DHA is useful for intelligence

KKP Kembangkan Pengolahan Air Laut


KKP Kembangkan Pengolahan Air Laut

PADANG - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan pengolahan air laut khususnya air laut dalam (deep sea water) untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan manusia dalam mengatasi krisis air di masa depan.

"Air laut dalam dikemas dan dipasarkan dalam botol sebagai air mineral setelah melalui proses desalinasi." kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad yang disampaikan Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi KKP Yulistyo Mudho dalam siaran persnya di Padang, Senin (5/9).

Menurut dia, air laut dalam dengan kandungan mineralnya setelah diolah dengan proses desalinasi, sangat penting dan bermanfaat untuk suplai air bersih bagi kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh manusia.

Proses desalinasi itu. kata Fadel,juga akan menghasilkan garam berkualitas tinggi dan dapat diaplikasikan untuk berbagai kegunaan yaitu untuk budidaya perikanan, budidaya pertanian, bahan kosmetik, obat-obatan, serta sebagai pendingin ruangan.

"Dalam pembangunan industri air laut dalam, Indonesia memulai dengan kapasitas produksi air mineral laut dalam skala kecil, yaitu mulai dari kapasitas sedot air laut dalam 10-15 ton/hari dengan aplikasi sistem bergerak," ujarnya.

Kini, kata Fadel, kegiatan industri air laut dalam meningkat kapasitas sedotnya menjadi 40-60 ton/hari dengan menggunakan dua kapal berukuran 60-100 GT.

"Sedangkan investasi yang digunakan untuk mengembangkan industri air laut dalam pada tahap awal dengan kapasitas kecil dibutuh-kan dana Rp 15 miliar," tuturnya.

Fadel menambahkan, berdasarkan hasil penelitian KKP bahwa ada beberapa lokasi di perairan Indonesia yang sangat baik digunakan sebagai sumber air mineral dari air laut dalam, seperti di Nusa Penida dan Gondol Provinsi Bali. Selat Lombok, dan perairan sekitar Pulau Biak.

Selain itu juga di perairan di sekitar Pelabuhan Ratu, Provinsi Jawa Barat, perairan sekitar Ujung Pandang, Provinsi Sulawesi Selatan, Perairan Bima dan Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Perairan Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dia menambahkan, penyediaan air mineral dari air laut dalam merupakan suatu kegiatan yang bersifat strategis untuk mengantisipasi kemungkinan krisis air bersih di masa mendatang, (ant)
 
Sumber : Investor Daily, 07 September 2011,hal.  7

Alasan Kenapa Ikan dibudidayakan

Alasan Kenapa Ikan dibudidayakan

Ikan merupakan jenis hewan yang menyediakan makanan bagi manusia. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya membutuhkan karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Disamping Protein dari hewan darat ikan juga menyediakan protein yang tinggi bagi manusia. Nilai giji yang dimiliki oleh daging ikan sangat baik hal ini dikarenakan bahwa daging ikan memiliki nilai cerna dan nilai biologis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan hewan lainnya.

Protein pada ikan mengandung asam amino esensial sempurna. semua jenis asam amino essensial yang ada pada ikan yaitu : Leusin, Lisin, Iso Leusin, tripthophan dan lain-lain.

daging ikan  terdiri  :
1. Protein 15-24%
2. Glikogen / karbohidrat 1-3%
3. Lemak 1 - 22%
4. Air 66 - 84%
5. dan bahan organik lain sebesar 0,8-2%
6. omega 3
7. EPA
8. DHA

 omega 3,  EPA, DHA  bermanfaat untuk kecerdasan otak

Penyerapan Karbon Bisa Sebabkan Kerusakan Biota Laut

Penyerapan Karbon Bisa Sebabkan Kerusakan Biota Laut
Peneliti pada Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian Institution Washington Amerika, Nancy Knowlton mengatakan potensi penyerapan karbon (carbon sink) oleh laut memang besar akan tetapi hal tersebut dapat mengakibatkan rusaknya kehidupan biota laut.Hal tersebut dijelaskan Nancy dalam diskusi tentang keanekaragaman terumbu karang di Komunitas Utan Kayu, Jakarta, Kamis. “Laut memang menyimpan potensi penyerapan karbon besar tetapi dampaknya bisa mengakibatkan kadar air laut menjadi asam (asidifikasi) yang bisa menyebabkan kerusakan biota laut,” kata Nancy yang datang ke Indonesia sebagai salah satu peneliti dari Amerika Serikat pada Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado.Kerusakan biota laut seperti karang karena asidifikasi antara lain pemutihan karang (bleaching), osteoporosis terumbu karang dan sedimentasi.

Nancy mengatakan kerusakan terumbu karang memang telah berlangsung sejak lama, misalnya sekitar 80 persen terumbu karang di Karibia telah hilang selama 30 tahun sejak 1977.Dia juga menyebutkan terumbu karang di Indonesia Timur dan Papua Nugini tinggal 68 persen, sedangkan kawasan Indonesia Barat tinggal 29 persen.Kerusakan pada terumbu karang, katanya, bisa merusak simbiosis antara terumbu karang dan alga simbiotik yang terjadi karena suhu air laut yang meningkat dan kadar mineral yang tinggi (eutropic).Kematian massal biota laut juga bisa terjadi apabila suhu air laut meningkat secara mendadak atau meningkat sampai diatas suhu yang bisa ditoleransi oleh biot laut. Nancy mengatakan peningkatan suhu laut juga mengikuti peningkatan kadar karbondioksida yaitu bila suhu meningkat satu derajat maka kadar Co2 mencapai 375 ppm (part per milion), bila meningkat dua derajat maka kadar bisa menjadi 450 - 500 ppm, dan bila meningkat tiga derajat maka kadar meningkat menjadi diatas 500 ppm.Usaha konservasi terhadap biota laut termasuk terumbu karang, katanya, bisa berhasil dilakukan apabila memang terkait langsung dengan ekonomi masyarakat di daerah tersebut. Misalnya dia mencontohkan di Negara Palau, konservasi terumbu karang bisa berhasil karena masyarakat mengandalkan wisata bahari seperti menyelam pada terumbu karang di daerah tersebut.Nancy juga menyebutkan bahwa nilai ekonomis terumbu karang di dunia seperti dari makanan, perikanan, keanekaragaman dan wisata bahari secara global mencapi 29,8 miliar dolar AS per tahunnya.Sedangkan di Hawai, nilai ekonomis terumbu karang bisa mencapai mencapai 361 juta dolar AS untuk non ekstraktif dan 3 juta dolar AS untuk perikanan pesisir.“Sedangkan di Indonesia bisa mencapai 1,6 miliar dolar AS per tahunnya,” tambah Nancy.(*) Jakarta (ANTARA News) -

Penyakit Udang : Penyakit Yellowhead

Penyakit Udang : Penyakit Yellowhead



Penyebab : Yellow Head Virus (YHD), corona-like RNA virus (genus Okavirus, family Ronaviridae dan ordo Nidovirales)



Bio – Ekoloi Patogen :

• Krustase yang sensitif terhadap infeksi virus ini antara lain: Penaeus monodon, P. merguensis, P. semisulcatus, Metapenaeus ensis, Litopenaeus vannamei, dll.

• Udang windu merupakan jenis udang yang sangat sensitif, pada kasus akut dapat mengakibatkan kematian hingga 100% dalam tempo 3.5 hari sejak pertama kali gejala klinis muncul.

• Penularan terjadi secara horizontal melalui air atau kanibalisme terhadap udang yang sedang sakit atau pakan yang terinfeksi virus.

• Post larvae (PL) udang windu berumur < 15 hari relatif resisters terhadap infeksi virus ini dibandingkan dengan PL yang berumur 20-25 hari atau juvenil.

• Secara molekuler (sequencing DNA) dari produk reverse-transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) virus yellow head memiliki kemiripan dengan gill-associated virus (GAV), meskipun berbeda jenis atau strain.





Gejala Klinis

• Juvenil udang berukuran antara 5-15 gram memiliki nafsu makan yang tinggi (abnormal) selama beberapa hari, untuk selanjutnya berhenti (menolak) makan secara tiba-tiba.

• Sekitar 3 hari setelah menolak makan, mulai terjadi kematian massal

• Udang yang sekarat berkumpul di dekat permukaan air atau ke sisi pematang kolam/tambak

• Insang berwarna putih, kuning atau coklat

• Cephalothorax berwarna kekuningan, sedangkan bagian tubuh lain berwarna pucat



Penyakit ini dapat menimbulkan kematian massal dalam waktu 2-4 hari



Diagnosa :

Polymerase Chain Reaction (PCR)



Pengendalian :

• Gunakan benur yang benar-benar bebas YHV/SPF

• Menjaga status kesehatan udang agar selalu prima melalui pemberian pakan yang tepat jumlah dan mutu

• Menjaga kualitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang





• Lakukan pemanenan di tambak/kolam pada saat terjadinya serangan penyakit, pemanenan dini tidak dapat mengurangi tetapi hanya mengeliminasi kerugian ekonomi.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010





Produksi ikan patin ditarget 1,8 juta ton pada 2014

Produksi ikan patin ditarget 1,8 juta ton pada 2014



JAKARTA Pemerintah menargetkan produksi ikan patin pada 2014 mencapai 1,8 juta ton dan akan didorong untuk mengisi pasar ekspor.



"Selama kurang waktu 2007-2009 saja kenaikan rata-rata produksi komoditas patin selalu di atas 50% per tahun. Kami optimistis produksi patin Indonesia mampu mencapai 1,8 juta ton pada 2014," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad melalui siaran pers awal pekan ini.



Menurut dia, saat ini, sebagian besar produksi disalurkan untuk memenuhi pasar domestik. Ke depan, pasar ekspor pun sangat potensial.



Kabupaten Banjar merupakan salah satu kawasan minapolitan berbasiskan perikanan budi daya dengan komoditas unggulan patin. Komoditas pendukung adalah ikan nila dan mas.



Produksi patin di Banjar pada tahun lalu 12270,4 ton dan produksi ikan nila 17.472,6 ton. Secara perlahan tapi pasti, kawasan minapolitan di Kabupaten Banjar mulai terbentuk, masyarakat mulai meningkat kesejahteraannya dan sekaligus menunjang pertumbuhan ekonomi daerah. Bisnis Indonesia 25 August 2011 Hal.i2

Macrobranchium White Tail Disease (Penyakit Ekor Putih Pada Udang Galah)

Macrobranchium White Tail Disease (Penyakit Ekor Putih Pada Udang Galah)



Penyebab : Macrobrachium rosenbergii nodavirus (MrNV) dan extra small virus (XSV)



Bio – Ekologi Patogen :

• Inang penyakit sangat species spesifik yaitu udang galah (Macrobrachium rosenbergii)

• Keganasan: tinggi, dalam tempo 2-3 hari mematikan 100% populasi di perbenihan.

• Melalui infeksi buatan pada PL, gejala klinis dan mortalitas yang terjadi sama dengan infeksi alamiah; sedangkan pada udang dewasa, bagian sepalotorak lembek diikuti munculnya struktur dua kantung yang menggembung berisi cairan di kanan-kiri hepatopancreas.

• Gejala klinis yang sama, menyerupai branchiostegite blister disease (BBD) yang diikuti dengan kematian dilaporkan terjadi pada kolam pembesaran udang galah.

• Distribusi: India dan Asia Tenggara (Thailand).



Gejala Klinis

• Lemah, anorexia dan memutih pada otot abdominal pada PL.

• Kondisi tersebut secara bertahap meluas ke dua sisi sehingga mengakibatkan degenerasi telson dan uropod.

• Warna keputihan pada ekor merupakan gejala klinis yang definitif, sehingga disebut penyakit ekor putih.

• Warna kehitaman (melanisasi) akan mengembang ke 2 sisi (anterior & posterior) dan menunjukkan degenerasi dari telson dan uropod



Diagnosa :

• Polymerase Chain Reaction (PCR)

• In situ hybridization



Pengendalian



• Tindakan karantina terhadap calon induk dan larva udang galah yang baru

• Hanya menggunakan induk dan benih yang bebas MrNV dan XSV.

• Menjaga status kesehatan udang agar selalu prima melalui pemberian pakan yang tepat jumlah dan mute

• Menjaga kualitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang



sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010

“Menuju Kawasan Konservasi lestari”

“Menuju Kawasan Konservasi lestari”





Program pelestarian Kawasan Konservasi Perairan (KKP) sebenarnya sudah lama menjadi perhatian pemerintah. Bekerjasama dengan beberapa lembaga seperti NOAA, CTI (Coral Triangle Initiative), KKJI (Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan), pemerintah melaksanakan program-program pelatihan baik bagi masyarakat maupun petugas2 dengan harapan dengan semakin bertambahnya ilmu maka akan semakin besar pula harapan untuk dapat melestarikan wilayah-wilayah konservasi.



Dalam rangka mendukung program ini, BPPP Aertembaga melaksanakan pelatihan MPA (Marine Protected Area) bagi para nelayan yang berlokasi di kawasan konservasi, pelatihan yang berlangsung selama 6 (enam) hari kalender terhitung dari tanggal 8 s.d 13 Agustus 2011 ini di hadiri oleh Bpk. Drs. Riyanto Basuki., M.Si selaku wakil dari KKJI (Ditjen KP3K), Kepala BPPP Aertembaga, Bpk. Pola S.T. Panjaitan., A.Pi., MM yang sekaligus membuka pelatihan ini, serta para fasilitator dari IPB, Bpk. DR. Ir. M. Fedi. A.Sondita., M.Sc, dari Unsrat, Bpk. Ir. Hermanto W.K. Manengkey., M.Si, serta dari APB ,Bpk. Daniel Heintje Ndahwali., S.Pi., M.Si.dan dari Balai Diklat Perikanan Aertembaga. selanjutnya................
sumber : http://www.kkp.go.id


Produksi garam masih rendah

Produksi garam masih rendah



JAKARTA Produksi garam nasional pada saat Ini diperkirakan belum mencapai 10% dari kapasitas produksi sebesar 1,2-1,3 juta ton.



Anggota Presiden Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (Apegar Pamekasan) Faishal Baidlawi mengungkapkan mulai 20 Juli hingga Agustus, produksi garam di wilayah Jawa Timur yang terdiri dari Pamekasan sekitar 8-9 ton per hektare dari luas area 888 hektare, sedangkan di Sampang sekitar 5-6 ton dari luas area 3.600-an hektare.



Luas area Sampang sesungguhnya sebesar 4.256 hektare, tetapi masih ada sekitar 15% dari luas area itu yang belum panen. Adapun produksi Sumenep sebesar 9-10 ton dari luas area 1.200 hektare.



Sementara Itu, menurut Faishal, produksi di Jawa Tengah tidak lebih dari 25.000 ton mengingat ada 30% area yang belum dipanen.



Realisasi produksi di Jawa Barat bah- kan lebih rendah karena intensitas hujan di wilayah tersebut yang masih tinggi. "Dari data Itu produksi nasional masih di bawah 10%," katanya di Jakarta, kemarin. Bisnis Indonesia 25 August 2011 hal.10

Ekspor Komoditas Ikan Stabil

Ekspor Komoditas Ikan Stabil



JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan ekspor produk perikanan ke Amerika Serikat dan Uni Eropa belum terpengaruh dampak krisis keuangan yang melanda kawasan tersebut. Selama ini, Indonesia menguasai 65 persen pasar ekspor ke dua benua tersebut.



"Saya prediksi ekspor tidak akan turun, kecuali jika krisis keuangan di negara tersebut berkelanjutan," kata Direktur lenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP Victor Nikjjuluvv, belum lama ini.



Selama ini, Indonesia mengekspor produk ikan berbagai jenis ke kedua benua tersebut, mulai dari tuna, udang, kepiting, sedangkan sesuai data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Indonesia termasuk eksportir terbesar kedua setelah China.



Apabila dikaitkan dengan kondisi kompetitor ekspor dari negara lain seperti Thailand dan Vietnam, Indonesia masih diuntungkan karena Thailand sedang dilanda banjir yang mengganggu pasokan ekspornya, sedangkan Vietnam terkendala persoalan lingkungan.



Menurut Victor, jika kondisi itu bertahan dan ekspor tidak menurun, KKP optimistis nilai ekspor produk perikanan tahun ini bisa menembus angka 3,2 miliar doUar AS, dan hingga semester 1-2011, nilai ekspor sudah mencapai 1,6 miliar dollar AS. Koran Jakarta 24 August 2011 hal.15

Yopie Yuliarso Pembudidaya yang pantang menyerah

Pak Yopie, pernah menyelesaikan sekolahnya di negara Jerman di bidang studi yang sangat

jauh dari dunia perikanan yaitu elektro tehnik fachbereich technishe informatics Hamburg dan

lulus pada tahun 1988, dengan berkecimpungnya didunia perikanan beliau menyebutnya hijrah

dari high-tech ke mahluk-mahluk kecil.



Pada tahun 2008 Yopie Yuliarso pernah menggeluti pembesaran atau budidaya Kepiting Bakau

di lokasi yang produktif yaitu Mojo dan Cepiring di Jawa Tengah, berawal dari pemekaran

usahanya yaitu outlet kebab di Pekalongan, dimana pada waktu itu orang-orang disekeliling

beliau bercerita tentang penanaman benih pepohonan jati, mangga termasuk bakau yang

sangat erat hubungannya dengan ekosistem yang mengcover kepiting bakau, lalu mencoba

googling dan ternyata menarik. Karena tahu tidak ada benih dan seterusnya maka tim Yopie

Yuliarso mulai mendata dimana benih yang akan didapatkan dengan banyak (memenuhi

kebutuhan), bagaimana kontinuitasnya yang semuanya telah dilakoni tahap demi tahap dengan

baik.



Masa-masa berproduksi yang bagus pernah dialami dengan panen yang setiap hari dilakukan

dengan jumlah produksi antara 30-50 kg/hari dengan jumlah tanam isi 10-12 ekor benih per kg,

berat 60-80 gr asumsinya kalau molting besar dan beratnya naik 30% dimana 1 porsi menu

masak adalah 100 gram maka sempatlah Yopie dan timnya mengalami masa-masa

keberhasilan. kemudian tambak-tambak wadah budidaya kepiting tersebut mengalami

kebocoran terutama dari kepiting-kepiting muda terlebih mengalami kondisi riil bahwa

benih-benih kepiting selalu kekurangan dan pasti akan kekurangan terus Yopie Yuliarso

mengundurkan langkahnya. Tambak yang sudah disewa jadi menganggur, rakit terbuang

percuma basket-basket yang sudah tersewapun tergeletak sedih.

selanjutnya

sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id



DAYA SERAP KARBON OLEH RUMPUT LAUT

DAYA SERAP KARBON OLEH RUMPUT LAUT

Pemanasan global telah melanda di berbagai belahan dunia sekarang ini dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil, proses alami dan kegiatan alih guna lahan. Pemanasan global adalah peningkatan temperatur suhu bumi dan lautan dari tahun ke tahun karena konsentrasi gas rumah kaca (Houghton et al., 2001). Pemanasan global diakibatkan oleh adanya efek emisi gas-gas. Di antara gas-gas tersebut salah satunya yaitu karbondioksida (CO2) yang merupakan kontributor terbesar terhadap pemanasan global. CO2 menyumbangkan 70% dari jumlah total gas-gas rumah kaca. Penyebab utama semakin meningkatnya kadar gas karbon dioksida (CO2) di atmosfer, yaitu pemanfaatan bahan bakar fosil (5,4 billion metric per tahun) dan pemanfaatan hutan untuk keperluan industri, (1,6 billion metric per tahun) termasuk industri kertas berbasis kayu (Agus dan Rudi, 2008). Pemanasan global berdampak negatif bagi kelangsungan hidup organisme di bumi. Dampak dari sektor perikanan yaitu peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan terumbu dan kematian terumbu karang. Beberapa aktivitas manusia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global:http://www.blogger.com/img/blank.gif

1. Bahan bakar fosil, mengemisikan gas rumah kaca sebesar 24,84% dari total emisi gas rumah kaca.

2. Sampah, menghasilkan gas metan yang diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metan.

3. Kerusakan hutan, menurut data dari Yayasan Pelangi (1990), emisi gas CO2 yang dilepaskan oleh sektor kehutanan mencapai 64% dari total emisi CO2 Indonesia yang mencapai 748,61 kt.

4. Pertanian dan peternakan, menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8,05% dari total gas rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer. selanjutya.........
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

PEMANFAATAN IKAN PEMAKAN PLANKTON (PLANKTON FEEDER) UNTUK MENGATASI BLOOMING ALGA DI DANAU/WADUK

PEMANFAATAN IKAN PEMAKAN PLANKTON (PLANKTON FEEDER) UNTUK MENGATASI BLOOMING ALGA DI DANAU/WADUK

Danau berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air, perikanan dan pariwisata, sumber air irigasi untuk pertanian sehingga menyebabkan berbagai komponen masyarakat menggantungkan kehidupannya dari danau. Danau dimanfaatkan sebagai tempat pembudidayaan ikan karamba jaring terapung (KJA). Kegiatan budidaya ikan sistem KJA mengalami perkembangan pesat hingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi bagi masyarakat setempat. Tetapi kegiatan ini mulai berkurang karena sering terjadi kematian massal ikan yang menyebabkan kerugian usaha. Hal ini menyebabkan kerugian secara ekonomi bagi masyarakat ataupun Pemerintah Daerah setempat baik dari kegiatan usaha budidaya ikan dan pariwisata.selanjutnya

sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

7 (Tujuh) Alasan Melakukan Budidaya Kerapu

7 (Tujuh) Alasan Melakukan Budidaya Kerapu

Kerapu yang dikenal dengan nama asingnya grouper ini merupakan ikan yang dapat dibudidayakan di dua tempat yaitu budidaya laut dan budidaya tambak. Namun perkembangan budidaya sangat baik jika dilakukan di perairan laut. Jika melihat produksinya, budidaya kerapu berkembang dengan baik. Produksi ikan kerapu selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu tahun 2008 sebesar 5.005 ton, tahun 2009 sebesar 8.791 ton dan tahun 2010 sebesar 10.301 ton.

Produksi ikan kerapu di Indonesia tersebar hampir di setiap provinsi di Indonesia. Produksi ikan kerapu untuk ukuran konsumsi, terbesar terletak di Provinsi Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Aceh dan Lampung. Produksi ikan kerapu dari budidaya pada dasarnya dapat lebih dikembangkan lagi. Hal ini jika melihat beberapa hal yang mendukung perkembangan budidaya kerapu tersebut baik factor dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Berikut ini antara lain beberapa hal-hal yang seharusnya budidaya ikan kerapu dapat berkembang lebih baik lagi, yaitu :
selanjutnya

sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Provinsi-Provinsi Penghasil Ikan Gurame di Indonesia

Provinsi-Provinsi Penghasil Ikan Gurame


Gurame adalah ikan perairan air tawar yang sudah dibudidayakan. Ikan gurame merupakan ikan air tawar yang berbeda dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Tidak seperti ikan air tawar lainnya, ikan gurame termasuk ikan yang memerlukan perhatian ekstra dalam membudidayakannya. Pemeliharaan ikan gurame untuk mencapai ukuran konsumsi memerlukan waktu yang panjang, sekitar 8 -10 bulan. Oleh karena itulah ikan gurame tergolong ikan yang mahal dikarenakan proses pemeliharaannya tersebut.

Gurame masuk dalam kategori ikan yang diunggulkan oleh perikanan budidaya. Walaupun perkembangannya tidak sepesat ikan air tawar lainnya. Namun, gurame tetap menjadi andalan perikanan budidaya karena memiliki nilai jual yang lebih baik dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Selain itu, gurame juga mudah dalam pemasarnnya.

Pengembangan ikan gurame tidak seperti halnya ikan mas dan ikan nila yang telah memiliki induk unggulan, hasil dari perekayasaan genetic. Namun, seiring dengan banyak berkembangnya para pembudidaya ikan gurame maka beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan untuk menghasilkan bibit unggul ikan gurame. Salah satunya adalah Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi Jawa barat.

Jika dilihat berdasarkan data statistik 2010, perkembangan ikan gurame sudah mencapai ke hampir seluruh Indonesia. Bahkan sentra budidaya ikan gurame tidak hanya terdapat di pulau Jawa tetapi terdapat pula di luar jawa. Berikut ini beberapa provinsi penghasil ikan gurame di Indonesia :



Jawa barat

Jawa barat menduduki peringkat pertama sebagai penghasil ikan gurame pada tahun 2010 yaitu sebesar 12.970 ton. Walaupun angka 2010 masih lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya namun penurunan produksi ikan gurame jawa barat, tidak serta merta menggeser provinsi ini sebagai penghasil utama ikan gurame.



Sumatera Barat

Tahun 2010 adalah tahunnya provinsi sumatera barat terutama karena keberhasilan provinsi ini dalam mengembangkan budidaya ikan guramenya. Tahun 2010, produksi gurame provinsi ini mencapai 10.660 ton. Naik tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 6.510 ton. Produksi sebesar 10.660 ton menempatkan Sumatera Barat sebagai penghasil ikan gurame nomor dua menggeser provinsi Jawa Timur yang pada tahun sebelumnya berada di posisi kedua.



Jawa Timur

Produksi ikan gurame Jawa Timur sebenarnya tidak mengalami penurunan bahkan terjadi peningkatan produksi dibandingkan tahun sebelumnya sehingga tidak dapat dikatakan jika budidaya ikan gurame di provinsi mengalami penurunan. Hanya saja peningkatan produksinya masih kalah dibandingkan dengan Sumatera Barat. Produksi ikan gurame Jawa Timur tahun 2010 adalah sebesar 9.525 ton sedangkan produksi di tahun 2009 sebesar 8.425 ton



Jawa Tengah

Perikanan budidaya air tawar Jawa Tengah berkembang dengan baik. Hal ini terlihat dari perkembangan produksi budidaya air tawarnya yang selalu meningkat. Begitu pula dengan ikan guramenya yang termasuk diunggulkan oleh provinsi ini untuk mengangkat perikanan budidaya air tawarnya. Produksi ikan gurame jawa tengah tahun 2010 adalah sebesar 7.475 ton. Naik sekitar 1.300 ton dibandingkan tahun sebelumnya 2009 sebesar 6.145 ton. Gurame termasuk ikan air tawar ketiga dengan produksi tertinggi di provinsi ini setelah lele dan nila.



DI Yogyakarta

Provinsi ini merupakan provinsi dengan jumlah kabupaten/kota yang tidak banyak. Tapi perikanan budidayanya mampu bersaing dengan provinsi yang memiliki area yang lebih luas. Tengok saja produksi lele, nila dan guramenya yang dapat bersaing dengan provinsi di pulau jawa lainnya. Ikan gurame yang diandalkan provinsi ini produksinya tahun 2010 mencapai 6.031 ton sedangkan tahun sebelumnya sebesar 2.694 ton. Dengan produksinya yang sebesar tersebut provinsi ini berada diurutan kelima sebagai penghasil ikan gurame.



Lampung

Lampung sebenarnya lebih dikenal sebagai penghasil terbesar udang terutama udang vaname karena di provinsi ini terdapat perusahaan yang mengembangkan budidaya udang vaname. Tapi tidak bisa dipandang sebelah mata untuk perikanan budidaya air tawarnya. Gurame pada tahun 2010 produksi mencapai 4.098 ton naik dari tahun 2009 yang sebesar 3.453 ton



Sumatera Selatan

Sumatera Selatan adalah salah satu kekuatan pulau sumatera sebagai penghasil ikan air tawar perikanan budidaya. Provinsi ini dikenal sebagai sentranya pengahasil ikan patin hasil budidaya. Selain penghasil ikan patin ternyata provinsi ini juga menghasilkan ikan gurame terbesar ketiga di pulau sumatera. Produksi ikan guramenya pada tahun 2010 adalah sebesar 2.518 ton naik sedikit dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 2.126 ton.



Masih banyak lagi provinsi yang berhasil dalam mengembangkan budidaya ikan gurame dan tidak hanya terbatas di pulau sumatera dan pulau jawa saja namun sudah menyebar ke Indonesia bagian timur pula. Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara termasuk yang telah membudidayakan ikan gurame. Bahkan di pulau Sulawesi dan Papua juga membudidayakan ikan dengan nilai jual yang cukup tinggi ini.

Teknik budidaya ikan gurame sebetulnya tidaklah sulit namun perlu diperhatikan beberapa hal berikut agar dalam membudidaya ikan gurame dapat berhasil, yaitu :

1. Lokasi

Pilih lokasi dengan jenis tanah liat berpasir yang dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

2. Kemiringan tanah

Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3–5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi dan lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 1–400 m di atas permukaan laut

3. Sumber air

Salah satu syarat utama budidaya gurami adalah air yang bersih. Karena itu hindari pemakaian air yang keruh dan kotor. Sebab jika kotoran itu bercampur dengan pakan, bakal memicu timbulnya bakteri,parasit dan cacing

4. Kualitas Air

Kandungan oksigen optimum yang dapat menunjang pertumbuhan ikan adalah 2 mg/l. Gurami tergolong ikan yang sangat peka terhadap perubahan suhu. Gurami tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah daripada kisaran suhu optimal, gurami tidak akan produktif. Ikan gurami dapat tumbuh dengan baik pada perairan dengan kisaran pH 5–10. Namun pH optimum yang dapat menunjang perkembangan dengan baik adalah 6,5–8,5.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Jenis-jenis Ikan Arwana Indonesia

Jenis-jenis Ikan Arwana Indonesia

Arwana merupakan ikan hias yang sangat diminati. Karakteristiknya yang memiliki warna yang indah membuatnya menjadi primadona. Tidak hanya sebagai hiasan, arwana oleh beberapa kalangan juga diyakini membawa keberuntungan bagi yang memilikinya. Ikan arwana yang termasuk dalam kategori hewan yang dilindungi memiliki banyak varietas di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis arwana yang diantaranya telah dapat dibudidayakan.


Super Red Arwana

Indonesia termasuk Negara yang memiliki jenis ikan arwana yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan ini banyak ditemui di perairan Kalimantan utamanya di Kalimantan bagian barat. Ikan arwana merah memiliki beberapa varietas diantaranya arwana warna merah darah (blood red), merah cabe/cabai (chili red), merah oranye (orange red) dan purple red.

Secara umum arwana merah, sejak kecil sudah memiliki warna merah pada sirip, ekor, dayung dan sungut. Sedangkan warna merah pada badan akan meuncul ketika arwana sudah berusia 3 – 4 tahun.



Golden Arwana

Arwana jenis ini di alam banyak ditemui diperairan Sumatera terutama di provinsi Riau. Varietas arwana jenis ini berdasarkan warna dasarnya terdiri dari blue base, green base dan gold base. Kekurangan dari arwana ini adalah warna sisik pada umumnya tidak bisa sampai melewati punggung dan hanya sampai pada level sisik ke 4 (dihitung dari bawah badan ke atas).



Jardini Arwana

Karakteristik arwana jenis ini memiliki warna dasar hitam kecoklat-coklatan dengan bintik-bintik kuning ke emasan pada bagian tengah sisik-sisiknya, bahkan di bagian kepala (pipi) sampai pada sirip & ekornya pun terdapat bintik-bintik kuning tersebut. Jardini dapat dijumpai di Pulau Irian karena arwana ini sering pula disebut sebagai arwana irian. Jardini dibagi 2 jenis, yaitu warna dasar lebih gelap adalah scleropqges jardini dan yang memiliki dasar lebih terang adalah scleropqges leichharti.



Inilah beberapa arwana yang populer di Indonesia dan oleh sebagian pembudidaya ikan hias ketiga jenis ikan arwana tersebut telah dapat dibudidayakan. Teknik budidaya ikan arwana secara umum tidaklah sulit namun membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang ekstra.

Arwana dapat dikembangbiakkan di wadah budidaya seperti akuarium atau kolam. Kualitas air yang selalu terjaga baik menjadi tuntutan dalam budidaya ikan ini. PH air untuk budidaya arwana sebenarnya sangat lebar tapi lebih disarankan untuk memudahkan pemeliharaannya PH airnya disesuaikan dengan kondisi air pada kondisi sebenarnya di alam yaitu PH 6,8 – 7,5 dan suhu 27 – 29 C. Sedangkan penggantian air untuk menjaga kualitas air, dilakukan sebanyak 30 – 34 % dari total volume dengan air deklorinisasi. Penggantian air perlu dilakukan apalagi jika kondisi setelah hujan karena air hujan dapat mengakibatkan perubahan mendadak pada kualitas air.

Pemberian pakan pada arwana sebaiknya diberikan pakan bervariasi yang mengandung protein sangat tinggi. Pakan untuk induk arwana dapat diberikan berupa ikan/udang rucah ditambah dengan pellet dengan kadar protein 32 %. Pemberian pakan ini dilakukan setiap hari dengan ketentuan 2% dari berat total tubuhnya.

Kematangan gonad akan terjadi pada saat umur ikan arwana berumur 4 tahun dan sudah mencapai panjang 45 – 60 cm. Pemijahan akan terjadi sepanjang tahun. Puncak pemijahan akan terjadi antara bulan Juli dan bulan Desember. Ketika telah terjadi pemijahan maka induk jantan akan menjaga telur tersebut di dalam mulutnya selama 2 bulan.

sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Mutiara Terpendam di Bibir Pasifik

Mutiara Terpendam di Bibir Pasifik


“Mutiara Yang Terpendam di Bibir Pasifik” Kalimat di atas memang pantas disandang sebagai julukan bagi sebuah pulau terluar di Indonesia Bagian Timur yang bernama “Morotai”.. Mungkin secara umum kita bangsa Indonesia masih merasa asing dengan nama tersebut, padahal jauh sejak 66 tahun lalu tepatnya sejak Tahun 1944, Morotai telah mempunyai arti sangat penting dan strategis ketika Panglima Divisi VII Amerika Serikat (AS) Jenderal Douglas MacArthur dengan 63 batalion tentara sekutu mendarat di Tanjung Dehegila Morotai sebagai tempat konsolidasi ratusan ribu pasukannya dan menjadi basis pertahanan hingga mengantarkan tentara sekutu memetik kemenangan atas Jepang pada PD II.

Jejak dan Kisah heroik seorang jenderal bernama Douglas MacArthur tersebut masih membekas sebagai saksi bisu betapa pulau kecil di bibir Pasifik tersebut mempunyai arti penting di mata sang Jenderal. Jika MacArthur saja pada tahun 1944 telah memilih Morotai sebagai basis strategis tentara sekutu, tentu ada potensi luar biasa di daerah itu yang perlu digali dan dicari jawabannya. Lalu, apa yang perlu kita lakukan, sebagai anak Negeri..?? membiarkan Morotai hanya sekedar saksi sejarah dunia dan kita hanya bangga tanpa berbuat apa-apa,? Ataukah berupaya untuk menggali “mutiara “ yang terpendam selama berpuluh-puluh tahun tersebut ? jawabannya tentu tergantung seberapa besar rasa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia.

Sejenak kita mencoba melirik Pulau Morotai dari sisi lain, dimana sejak Pulau Morotai ditetapkan sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-Undang No : 53 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Pulau Morotai, yang mengantarkan Kabupaten Pulau Morotai sebagai Kabupaten ke-9 di Provinsi Maluku Utara, ternyata bukan hanya aspek historis yang menjadikan nama Morotai melambung dan dikenal dunia, namun ada potensi di sektor lain yang begitu besar, tengok saja betapa besarnya potensi pengembangan di Sektor Kelautan dan Perikanan yang telah berpuluh tahun tidur terlelap tanpa ada yang berani membangunkan. Pembentukan Pulau Morotai sebagai sebuah Kabupaten menjadi momen bersejarah yang dilatar belakangi atas kesedaran kita sebagai bangsa Indonesia akan pentingnya kemadirian. Saat itulah mulai sadar bahwa pulau mungil nan eksotis ini ternyata mempunyai potensi dan nilai strategis nasional jika dimanfaatkan dan dikelola secara optimal dan berkelanjutan.



NILAI STRATEGIS KABUPATEN PULAU MOROTAI

Kabupaten Pulau Morotai mempunyai luas wilayah 4.301,53 km², dengan luas daratan seluas 2.330,60 km­­² dan luas wilayah laut sejauh 4 mil seluas 1.970,93 km². Jumlah pulau-pulau kecil terdapat di Kabupaten Pulau Morotai berjumlah 33 pulau dengan rincian pulau yang berpenghuni berjumlah 7 pulau dan yang tidak berpenghuni berjumlah 26 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 354,14 km². Adapun jumlah desa pesisir sebanyak 60 desa pesisir, dengan jumlah penduduk 56. 462 jiwa dimana 80% terdistribusi dikawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sedangkan 20% berada di perkotaan dan desa pedalaman.

Kita tahu bahwa selama hampir 50 tahun proses pembangunan yakni mulai periode orde lama (20 tahun) dan orde baru (32 tahun), pendekatan pembangunan ekonomi hanya terpusat pada pengembangan wilayah daratan, kondisi ini menyebabkan pengembangan wilayah perbatasan yang nota bene merupakan wilayah pulau-pulau kecil hampir terabaikan. Fenomena ini sangat ironis mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki banyak sekali pulau-pulau kecil terluar sebagai wilayah perbatasan. Mempertimbangkan hal tersebut, maka saat ini pemerintah mulai fokus dengan merubah paradigma konsep pembangunan yaitu melalui pendekatan kawasan khususnya pada pembangunan kawasan-kawasan strategis nacional yang secara umum berada pada kawasan kepulauan. Pengembangan ekonomi berbasis kawasan ini diharapkan akan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi baru dan mempunyai pengaruh langsung sebagai penghela bagi kawasan sekitarnya.

Dengan terbentuknya Kabupaten Pulau Morotai sebagai Daerah otonom, telah mendorong pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap Pulau Morotai untuk dikembangkan menjadi kawasan pengembangan ekonomi nasional salah satunya melalui penetapan kebijakan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Kebijakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pulau Morotai dengan mengacu pada pertimbangan faktor geostrategis yaitu melalui pemanfaatan potensi sektor Kelautan dan Perikanan, Pariwisata, Alur Laut Kepulauan Indonesia (AKLI) dan Industri maritim.

Posisi geostrategic dan geografis Morotai sebagai pintu gerbang menuju Pasifik, yang potensial menjadi sentra kegiatan perdagangan global, membuat kawasan Kabupaten Pulau Morotai berpeluang besar menjadi sentra ekonomi baru di Indonesia bagian timur. Selain itu potensi besar yang dimiliki Kabupaten Pulau Morotai adalah pada sektor kelautan dan perikanan serta pulau-pulau kecil yang dapat dikembangkan sebagai kawasan parawisata kelautan dan industry perikanan terpadu (fisheries integrated industry)



Potensi Pengembangan Mariculture besar

Melihat besarnya potensi di Sektor Kelautan dan Perikanan Pulau Morotai, kalimat yang pantas untuk menggambarkan kondisi ini adalah bahwa pulau Morotai saat ini sebagai “Raksasa Tidur (The Sleeping Giant)” yang harus segera kita bangunkan. Ya,.. The Sleeping Giant julukan tersebut memang pantas disandang sebagai kiasan besarnya potensi sub sektor perikanan budidaya khususnya budidaya laut (mariculture) yang belum dimanfaatkan secara optimal. Betapa tidak, dari total potensi untuk pengembangan mariculture sebesar 6.639,7 ha tidak lebih dari 2 %-nya saja yang baru termanfaatkan dan itupun terkonsentrasi pada beberapa kawasan saja. Inilah yang menjadi peluang sekaligus tantangan ke-depan bagaiamana elemen bangsa ini berperan dalam memberikan kontribusi positif guna menggali dan memanfaatkan “Mutiara” yang terpendam di bibir Pasifik ini.

Karakteristik perairan pesisir dan laut pulau Morotai secara teknis sangat layak dan memungkinkan untuk pengembangan kegiatan budidaya laut , antara lain : Rumput laut, finfish (Ikan Kerapu, Kakap, Bawal Bintang dll), Crustacea (Lobster), kekerangan (tiram mutiara, kerang hijau). Wilayah yang potensial untuk kegiatan ini adalah daerah sekitar teluk di pulau-pulau kecil sekitar Pulau Morotai. Secara spasial kawasan potensial untuk pengembangan kegiatan usaha budidaya laut terbagi 9 (sembilan) zona namun dengan pertimbangan beberapa aspek pendukung, maka kawasan yang paling potensial untuk pengembangan budidaya laut ada sebanyak 6 (enam) zona/kawasan yang berada kawasan selatan dan barat daya Pulau Morotai antara lain :

Zona budidaya I meliputi Pulau zum-zum, Pulau Lunglung, Pulau Ruberube, Pulau Rukiruki dan Pulau Bobongono
Zona budidaya II meliputi Pulau Kokoya, Pulau Kolorai, Pulau Dodola Kecil dan Pulau Dodola Besar
Zona budidaya III meliputi Pulau Pelo, Pulau Galogalo Besar, Pulau Galogalo Kecil, Pulau Loleba Besar, dan Pulau Loleba Kecil
Zona budidaya IV meliputi Pulau Ngelengele Besar, Pulau Ngelengele kecil, dan Pulau Tuna (pulau Burung)
Zona budidaya V meliputi Dowongikokotu di selatan hingga Pulau Kacuwawa di utara
Zona budidaya VI meliputi Pesisir Wayabula, sejak Tanjung Wayabula hingga Pulau Kacuwawa

Total potensi pengembangan budidaya laut pada ke-enam zona tersebut mencapai 6639,7 Ha (Sumber : Penyusunan Master Plan Kawasan Transmigrasi Mandiri Terpadu Pulau Morotai, tahun 2006).


Kondisi existing perkembangan mariculture

Pengembangan Budidaya rumput laut masih minim

Potensi budidaya rumput laut hampir tersebar diseluruh kawasan kepulauan Morotai, namun demikian aktivitas budidaya saat ini masih terbatas dan terkonsentrasi dibeberapa pulau saja. Salah satu kawasan pengembangan budidaya rumput laut terdapat di Pulau Koloray. Aktivitas budidaya yang dilakukan masyarakat pesisir Pulau Koloray terbilang sudah cukup lama dan menjadi salah satu kawasan yang menjadi awal pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Pulau Morotai. Namun demikian tingkat pemanfaatan lahan masih minim dibanding dengan potensi lahan yang ada.

Minimnya pemanfaatan lahan dan kapasitas produksi disesabkan oleh jumlah Sumber daya manusia yang minim, ini dapat dilihat dimana total penduduk yang ada di Pulau Koloray tidak lebih dari 100 KK. Wawancara penulis dengan para pembudidaya umumnya mereka masih minim dalam mendapatkan informasi teknologi budidaya sehingga pada saat terjadi permasalahan mereka masih sulit untuk melakukan pencegahan maupun penaggulangan.

Secara keseluruhan teknologi budidaya rumput laut yang diterapkan adalah dengan menggunakan metode lepas dasar (off bottom method), dimana secara teknis metode ini hanya dapat dilakukan pada kondisi topografi perairan yang spesifik (dipengaruhi pasang surut). Padahal melihat potensi perairan yang ada, masih sangat potensial untuk dikembangkan melalui metode long line maupun rakit apung (raft floating method). Pada kesempatan tersebut kami mencoba memperkenalkan metode longline kepada masyarakat dan akan ditindaklanjuti oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Morotai melalui kegiatan percontohan budidaya rumput laut.

Kendala yang dihadapi pembudidaya secara teknis mereka mengeluhkan munculnya penyakit ice-ice karena disebabkan kondisi perairan yang fuktuatif akhir-akhir ini, selain itu tindakan pencegahan belum bisa dilakukan mengingat metode lepas dasar sulit untuk dilakukan pemindahan lokasi. Kendala lain adalah :1) minimnya permodalan sehingga belum mampu mengembangkan kapasitas usaha, 2) akses pasar, secara umum rantai pasok terkendala karena jarak lokasi budidaya sulit dijangkau, kondisi ini semakin memperpanjang rantai distribusi sehingga posisi tawar ditingkat pembudidaya jauh dibawah harga pasar rata-rata.



Budidaya Ikan Kerapu dan Tiram Mutiara

Kawasan pengembangan budidaya kerapu dan tiram mutiara berada di Pulau Ngele-ngele besar dan kecil sekitar 2 jam perjalanan menggunakan speed boat dari pelabuhan Daruba. Aktivitas budidaya dilakukan oleh salah satu investor yaitu PT. Morotai Marine Culture (MMC) yang merupakan pioneer pengembagan budidaya ikan kerapu dan tiram mutiara di Kabupaten Pulau Morotai.

PT. Morotai Marine Culture merupakan investor yang masuk ke Pulau Morotai dan telah melakukan pengembangan budidaya laut untuk komoditas ikan kerapu dan tiram mutiara. Kegiatan budidaya kerapu dilakukan secara terintegrasi mulai dari pembenihan dan pembesaran di KJA serta telah dilakukan ekspor langsung ke Hongkong dengan menggunakan kapal milik perusahan tersebut. Perusahaan yang mempekerjakan sebanyak 500 orang tenaga kerja lokal ini sampai saat ini mampu memproduksi benih kerapu mencapai 20.000 – 30.000 ekor/bulan,dan telah memiliki induk produktif sebanyak 200 ekor. PT. MMC telah melakukan kegiatan ekspor perdana ikan kerapu sebanyak 2 kali (ekspor I sebanyak 12 ton, ekspor II sebanyak 10 ton). Disamping itu telah mulai dibudidayakan jenis kerapu hybrida yaitu kerapu cantrang (hasil kawin silang antara kerapu macan dengan kerapu kertang), teknologi ini merupakan hasil perekayasaan yang dilakukan Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo.

Budidaya tiram mutiara telah mulai dilakukan, bisa dilihat dengan hamparan luas area budidaya yang hampir mengelilingi perairan pulau Ngele-ngele besar dan kecil. Walaupun usaha budidaya tiram mutiiara masih tergolong baru dilakukan, namun demikian melalui kegiatan riset dan uji coba secara terus menerus, sampai saat ini PT. MMC telah berhasil melakukan ekspor mutiara sebanyak 20 kg (20.000 gram). Saat ini masih terus berupaya untuk mengasilkan produk mutiara yang mampu bersaing di pasar ekspor. Sejauh ini tenaga ahli spesialis didatangkan langsung dari negara China.

Namun kami melihat bahwa kegiatan usaha budidaya kerapu di kawasan tersebut belum memasyarakat, minimnya informasi teknologi dan keterbatasan permodalan menjadi penyebab masyarakat belum ada yang terjun melakukan aktivitas budidaya, dimana secara umum masyarakat sekitar hanya sebatas sebagai tenaga harian di perusahaan. Dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir disekitar pulau, maka perlu adanya langkah kebijakan untuk membangun pola kemitraan segmentasi usaha budidaya kerapu antara PT. MMC dengan masyarakat sekitar sehingga ada hubungan timbal balik yang positif.



MEGAMINAPOLITAN SEBAGAI KEBIJAKAN STRATEGIS

Kebijakan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang menetapkan Kabupaten Pulau Morotai sebagai Kawasan Megaminapolitan dimana merupakan bagian tindak lanjut implementasi dari pengembangan Pulau Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), tidak semata-mata dilakukan tanpa pertimbangan. Aspek geostrategis dan geografis Kepulauan Morotai dengan potensi sumber daya sektor kelautan dan perikanan yang sangat besar, menuntut pemerintah untuk menyusun grand strategy dan Action Plan dalam upaya melakukan pemanfaatan potensi yang ada secara optimal, efektif dan berkelanjutan.

Mempertimbangkan hal tersebut, maka konsep Megaminapolitan dinilai efektif sebagai konsep pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan yang berbasis pada pendekatan kawasan dan pemberdayaan masyarakat. Konsep ini merupakan bentuk pendekatan yang berupa pemusatan kegiatan perikanan pada suatu kawasan tertentu, dengan memberdayakan subsistem-subsistem agrobisnis kelautan dan perikanan dari hulu sampai hilir serta jasa penunjang yang saling mendukung. Konsep inilah yang akan menjamin efesiensi dan efektifitas kegiatan usaha serta akan mampu meningkatkan daya saing produk kelautan dan perikanan. Melalui kebijakan ini diharapan nilai strategis Pulau Morotai yang telah digambarkan di atas akan mampu dimanfaatkan secara optimal sehingga akan mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi lokal, regional dan nasional.

Beberapa arahan terkait Rencana Detail Pengembangan Kawasan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pulau Morotai, antara lain meliputi :

Kawasan Minapolitan Tilley (Minapolitan Integrated Zone) : sebagai pusat pengolahan hasil perikanan budidaya serta pemasaran hasil pengolahan. Pusat kegiatan berada di Kawasan Tiley, Kecamatan Morotai Selatan Barat, yang merupakan pusat Kawasan Minapolitan Kabupaten Pulau Morotai.
Pusat Budidaya Laut dan Taman Wisata Bahari (Marine Aquaculture and Tourism Park) : sebagai zona perikanan budidaya dan pariwisata. Pusat kegiatan diarahkan kepada pengembangan gugusan pulau-pulau yang berada di sebelah barat Pulau Morotai, sebelah timur Tanjung Lifao, sebelah timur Desa Buho-buho dan sebelah timur Desa Sakita dan Kenari.
Pusat Pengembangan Bioteknologi Kelautan (Marine Biotechnology Park) : Pusat kegiatan berada di Kawasan Wayabula, Kecamatan Morotai Selatan Barat
Kawasan Minapolitan Pulau RAO (Rao Minapolitan Park) : sebagai pusat kegiatan produksi hasil kegiatan kelautan dan perikanan. Pusat kegiatan bereda di sebelah utara Pulau Rao yaitu kawasan Tanjung Papaya, Desa Loumadoro
Pusat Industri Pengolahan Perikanan (Fisheries Technopark Industries) : sebagai pusat pelabuhan dan pemasaran hasil laut baik skala nasional maupun internasional terutama untuk komoditas ikan Tuna. Pusat kegiatan di Desa Bere-bere, Desa Sakita dan Desa Kenari, Kecamatan Morotai Utara
Taman Wisata Laut (Marine Ecotourism Park) : sebagai kawasan taman wisata laut dengan jenis kegiatan wisata bahari seperti wisata pantai, menyelam dan snorkeling. Dipusatkan di Tanjung Dehegila, Kecamatan Morotai Selatan, termasuk kawasan di sekitar Pulau Mitita
Pusat Industri Energi Kelautan Terpadu (Marine and Energy Industry Integrated Zone) : sebagai pusat-pusat energi kelautan (pembangkit energi) yang dapat dikembangkan seperti energi panas laut (ocean thermal), energi pasang surut (tidal energy), energi gelombang (wind wave energy) dan energi arus laut (current energy). Pusat kegiatan berada di wilayah Desa Pangeo, Kecamatan Morotai Jaya yaitu di wilayah pesisir Tanjung Sopi

Sejauh ini upaya Pemda Kabupaten Pulau Morotai dalam mendukung implementasi pembangunan Pulau Morotai sebagai Kawasan Eknomi Khusus (KEK) seperti yang dikemukakan Bupati Pulau Morotai Sukemi Sahab , antara lain : Penyiapan infrastruktur jalan rings road yang direncanakan sepanjang 270 km; Revitalisasi bandara dan pembangunan kelembagaan; Pengembangan ekspor melalui promosi dan pengembangan wisata; Menyusun rencana aksi (action plan) melalui penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); Menyusun Renstra Pengembangan Pulau Morotai sebagai KEK; serta menyusun Rencana Zonasi.



Investor Taiwan Mulai Melirik Morotai

Gayungpun bersambut. Upaya pemerintah untuk membangun Morotai sebagai kawasan ekonomi baru mulai mendapat perhatian cukup serius dari investor asing. Pemerintah Taiwan melalui Taipei Economic and Trade Office (TETO) perwakilan di Jakarta, mengemukakan ketertarikannya untuk melakukan investasi khususnya sektor Kelautan dan Perikanan. Sebagai tindak lanjut, maka telah mulai dilakukan rencana penjajagan kerjasama antara Pemerintah RI melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan TETO dalam rangka kerjasama pengembangan kawasan Kabupaten Pulau Morotai.

Tepatnya tanggal 8 – 11 Januari kedua belah pihak dalam hal ini Tim Taiwan yang dipimpin langsung Mr. Andrew L.Y. Hsia, Representative of TETO beserta Tim Teknis KKP yang melibatkan perwakilan dari masing-masing unit esselon I, melakukan kunjungan langsung ke Pulau Morotai sebagai tindak lanjut guna memastikan pilihan lokasi prioritas secara lebih rinci sebagai bahan penyusunan rencana investasi di Kabupaten Pulau Morotai. Hasilnya secara umum investor Taiwan sangat berminat untuk melakukan investasi, dengan pertimbangan dan persyaratan khusus yang harus ditindaklanjuti oleh Pemerintah Indonesia.

Ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan terkait pengembangan budidaya laut antara lain : Pertama, Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai perlu memberikan insentif terkait kemudahan investasi di Kabupaten Pulau Morotai, sehingga calon investor merasa aman karena adanya komitmen baik dari Pemerintah Daerah. Kedua, Investasi Perikanan Budidaya dalam hal ini budidaya laut perlu di arahkan dengan tetap mempertimbangkan aspek pemberdayaan masyarakat. Ketiga, Perlu segera membangun infrastruktur utama dalam hal ini pembangunan jalan dan listrik termasuk mempermudah akses ke lokasi budidaya, hal ini perlu dalam rangka mempermudah trasportasi hasil budidaya dan akses pengiriman logistik. Keempat, Pengembangan budidaya laut merupakan kegiatan usaha yang mampu menyerap cukup banyak tenaga kerja, maka dalam pengembangannya diperlukan adanya introduksi SDM khususnya di kawasan pulau-pulau, hal ini penting dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pemanfaatan potensi yang ada sehubungan jumlah SDM yang ada saat ini masih sangat minim. Upaya ini dapat disinkronkan dengan kebijakan Kementrian Transmigrasi yang telah menetapkan Kabupaten Pulau Morotai sebagai Kawasan Transmigrasi Mandiri Terpadu (KTMT)



Sinergitas sebagai kunci sukses

Tidak dipungkiri bahwa secara umum faktor utama tidak berjalannya sebuah konsep kebijakan adalah karena belum terbangun persamaan persepsi, komitmen, tanggungjawab dan kerjasama sinergis diantara stakeholder. Kata “sinergis” menjadi faktor penting karena Kebijakan pengembangan megaminapolitan tidak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kelautan dan Perikanan, tapi harus disepakati sebagai kebijakan yang harus didukung penuh oleh lembaga/kementerian lain yang terkait. Sikap “ego-sektoral” yang seringkali muncul sejak dini harus mulai dihapus dalam pola pikir elemen bangsa ini, demi kemajuan dan kemandirian ekonomi nasional.

Jika kata “Sinergitas” diimplementasikan secara nyata oleh seluruh stake holder, maka sangat optimis “Mutiara yang terpendam dibibir Pasifik” tersebut akan terkuak dan menjadi nilai yang sangat berharga bagi perkembangan dan pergerakan ekonomi lokal dan nasional. Sinergitas pulalah yang akan mampu membangun kepercayaan diri sebagai Negara Maritim yang mampu bersaing ditataran ekonomi gobal sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di Tahun 2015. Sukseskan rencana “Sail Morotai 2012”, jayalah bahariku,..!!!
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Tips Memelihara Ikan Di Akuarium

Tips Memelihara Ikan Di Akuarium

Ingin Memulai memelihara ikan di akuarium, berikut ini beberapa tips sederhana yang bisa anda ikuti:

a. Pertama anda harus memutuskan jenis tipe akuarium apa yang akan anda pilih, bahan dan bentuk akuarium juga menentukan dalam penentuan pemilihan akuarium. Bahan dari kaca merupakan bahan akuarium yang umum digunakan, kaca bisa memberikan pandangan yang jelas kepada ikan sehingga keindahan ikan dapat dinikmati. Bentuk akuarium segi empat merupakan bentuk yang konvensional. Dalam Penentuan Jenis, bentuk dan bahan tergantung dari kebutuhan anda, anda dapat bertanya atau berkonsultansi kepada ahli budidaya ikan dalam hal penentuan bentuk dan jenis akuarium ini.Sebelum anda membawa akuarium yang anda beli anda harus mencobanya dengan memasukan sedikit air ke dalam akuarium untuk mengetes ada tidaknya kebocoran pada akuarium.

b. Kedua, anda harus memutuskan dimana anda hendak menaruh akuarium. Dalam memilih tempat untuk menaruh akuarium pilih tempat yang aman dimana tidak banyak orang yang sering mengganggu dan menggapai akuarium. Lorong-lorong dan sudut yang banyak dilalui orang perlu dihindari dalam penempatan akuarium ini. Bila perlu anda membeli meja akuarium untuk menghindari tersandungnya kaki orang. Penempatan akuarium bisa di ruang tamu, ruang makan atau bisa juga di kamar tidur anda.

c. ketiga, pada akuarium perlu dilengkapi beberapa kebutuhan akuarium seperti sistem pencahayaan, filter, pemanas, aerator, substrat dan aksesoris. Dalam pemilihan substrat hindari substrat yang berwarna-warni, substrat yang berwarna warni dapat mengiritasi dan mengganggu ikan. Pemanas air atau heater merupakan salah satu kebutuhan dalam akuarium heater ini membantu menjaga kestabilan suhu air.

d. Memilih Jenis ikan. dalam memilih jenis ikan perlu mempertimbangkan banyak hal. salah satunya adalah gaya hidup anda. bila anda termasuk orang yang sibuk maka jenis ikan yang dipilih yaitu jenis ikan yang dapat berkembang tanpa perlu perhatian yang banyak.Jenis ikan mas dan Cichlids cocok bagi pemula yang baru mulai untuk memelihara ikan hias di rumahnya. Selanjutnya anda juga dapat memilih jenis ikan lainnya sesuai dengan hobi dan kesukaan anda seperti ikan arwana, lohan, discus, oskar dll.

tips menebarkan ikan ke dalam akuarium

tips menebarkan ikan ke dalam akuarium

Setelah akuarium disiapkan serta air dalam akuarium didiamkan selama 7 hari dan dinetralkan, anda dapat menambahkan ikan ke dalam akuarium. Jumlah ikan yang ditambahkan ke dalam akuarium tidak melebihi 10% dari kapasitas akuarium.
untuk setiap akuarium tentunya berbeda dalam jumlah ikan yang ditanam, maka disarankan anda untuk berkonsultansi dengan ahli budidaya untuk mendapatkan ide dalam berapa jumlah ikan yang ideal ditanam pada akuarium.

Ketika anda akan menebarkan ikan di akuarium, maka anda harus ingat untuk menyesuaikan ikan anda terhadap suhu air di akuarium, penyesuaian suhu (aklimatisasi) ini dilakukan dengan cara menyimpan dahulu wadah / plastik pembawa ikan ke dalam akuarium, penyimpanan ikan dalam akuarium dilakukan sekitar 15 sampai 20 menit. setelah itu kemudian buka plastik pembawa ikan tersebut dan masukan air sedikit demi sedikit,biarkan ikan keluar dengan sendirinya sampai ikan dalam plastik kosong.

Pengaturan Akuarium Ikan

Pengaturan Akuarium Ikan

Sebelum diisi ikan akuarium perlu diisi air dulu. minimal 7 hari air perlu didiamkan untuk siklus. Pertama air di dalam akuarium perlu ditambahkan 'air conditioner' untuk mengikat logam berat yang berasal dari air keran serta sebagai penetral klorin dan chloramines. langkah kedua tambahkan 'bio-starter', bio-starter yang mengandung bakteri nitrifikasi akan menetralkan amonia dan nitrit yang beracun bagi ikan.

jika anda ingin serius untuk memelihara ikan pada akuarium maka anda perlu berinvestasi untuk menyediakan filter penyaring. Filter penyaring pada akuarium akan membantu memecah produk limbah pada akuarium. filter ini akan membantu mengoptimalkan kondisi air yang baik sehingga ikan-ikan yang dipeliharapun akan sehat.

Penempatan Posisi Akuarium Ikan Hias

Penempatan Posisi Akuarium Ikan Hias

Bila anda akan menempatkan akuarium di rumah, hindari penempatan akuarium yang terkena sinar matahari langsung. Akuarium yang terkena langsung sinar matahari akan menimbulkan tumbuhnya ganggang. Ganggang tersebut akan menjadi pesaing bagi tanaman air anda yang menyediakan nutrisi bagi ikan.
Tumbuhnya ganggang pada akuarium menyebabkan akuarium tidak indah dipandang mata.

Sinar matahari juga akan menyebabkan terjadinya fluktuasi suhu pada air akuarium yang secara otomatis akan membuat ikan stress.
gerakan-gerakan secara konstan dan terjadi berulang-ulang di luar akuarium akan terlihat jelas, hal ini bisa menyebabkan ikan menjadi stress, akibat terlihatnya gerakan-gerakan yang terjadi di luar akuarium.
http://hobiikan.blogspot.com

selection of ornamental fish to be maintained in the aquarium or container maintenance

selection of ornamental fish to be maintained in the aquarium or container maintenance


If we intend to keep the fish in the aquarium or container maintenance, then one to note is the selection of fish species would be maintained.

for the type of fish that will be maintained on containers stored under maintenance, then the match is a type of fish such as koi carp, chef, comet, or other types of Arowana fish.

for the type of fish that will be maintained on the maintenance of container stored in the table, then a suitable fish are fish: Lohan, Oskar, Discus, Arowana.

Ornamental fish that are kept should be able to give satisfaction to the people who see it, if we have a pool or tub positioned under, when planted fish lohan or Oskar then the fish will not look beautiful. Lohan or Oskar has a beauty of color on the side of his body so if kept in a pond next to the side of his body will not be visible by us.

pemilihan ikan hias untuk dipelihara pada akuarium atau wadah pemeliharaan

pemilihan ikan hias untuk dipelihara pada akuarium atau wadah pemeliharaan


Bila kita berniat untuk memelihara ikan pada akuarium atau wadah pemeliharaan, maka salah satu yang perlu diperhatikan adalah pemilihan jenis ikan yang akan dipelihara.

untuk jenis ikan yang akan dipelihara pada wadah pemeliharaan yang disimpan di bawah, maka ikan yang cocok adalah jenis ikan mas seperti koi, koki, komet, atau jenis ikan arwana.

untuk jenis ikan yang akan dipelihara pada wadah pemeliharaan yang disimpan di meja, maka ikan yang cocok adalah ikan : Lohan, Oskar, Diskus, Arwana.

Ikan hias yang dipelihara harus bisa memberikan kepuasan terhadap orang yang melihatnya, jika kita punya kolam atau bak yang posisinya di bawah, bila ditanam ikan lohan atau oskar maka ikan tersebut tidak akan terlihat indahnya. Lohan atau Oskar mempunyai keindahan warna pada sisi samping tubuhnya jadi jika dipelihara di kolam sisi samping tubuhnya tidak akan kelihatan oleh kita.

Seaweed disease: Ice-ice On Seaweed

Seaweed disease: Ice-ice On Seaweed

Cause: Environmental factors and several types of bacteria: Pseudoalteromonas gracilis, Pseudomonas spp .. and Vibrio spp.

Bio - Ecology Pathogens:
• The case of ice-ice on seaweed farming is triggered by fluctuations in water quality parameters are extreme (salinity, water temperature, dissolved organic matter and sunlight intensity).
• Other triggers are insect like fish baronang, green turtles, sea urchins and starfish cause injury to the thallus, so easily infected by microorganisms.
• In the state of stress, sea grass will release organic substances that cause thallus slimy and stimulate the bacteria grow abundantly in the vicinity.
• Growth of bacteria on the thallus will cause the thallus becomes white and fragile. Furthermore, easily broken, and the soft tissue that characterize the ice-ice disease.
• The spread of this disease can occur vertically (from seed) or horizontally through the mediation of water.




Clinical symptoms:
• The disease is characterized by the emergence of spots / red spots on some of the old thallus gradually became pale yellow and finally fade to white. Thallus become brittle and easily broken.
• Symptoms are shown slow growth. the color change becomes pale and at several branches and rotting thallus to be white.

Diagnosis:
• visual and microbiological observations.

Control:
• The use of quality seeds is a very important way to control ice-ice disease.
• Disinfection of seedlings can be dipped in the solution by PK (potassium permanganate) with a dose of 20 PPM
• Selection of farms that meet the optimum requirements for growth of seaweed.
• Application of cultivation techniques adapted to aquatic environments
• Noting the season in relation to cultivation techniques that would be applied.
source: Ministry of Maritime Affairs and Fisheries of Indonesia, Directorate General of Aquaculture, Fish and Environmental Health Directorate, 2010

Penyakit Ikan : Ice-ice Pada Rumput Laut



Ice-ice Pada Rumput Laut

Penyebab : Faktor Lingkungan dan beberapa jenis bakteri: Pseudoalteromonas gracilis, Pseudomonas spp.. dan Vibrio spp.



Bio – Ekologi Patogen :
• Kasus ice-ice pada budidaya rumput laut dipicu oleh fluktuasi parameter kualitas air yang ekstrim (kadar garam, suhu air, bahan organik terlarut dan intensitas cahaya matahari).
• Pemicu lain adalah serangan hama seperti ikan baronang, penyu hijau, bulu babi dan bintang laut menyebabkan luka pada thallus, sehingga mudah terinfeksi oleh mikroorganisme.
• Pada keadaan stress, rumput laut akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri tumbuh melimpah di sekitarnya.
• Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya, mudah patah, dan jaringan menjadi lunak yang menjadi ciri penyakit ice-ice.
• Penyebaran penyakit ini dapat terjadi secara vertikal (dari bibit) atau horizontal melalui perantaraan air.





Gejala klinis :
• Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik / bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih. Thallus menjadi rapuh dan mudah putus.
• Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat. terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang thallus menjadi putih dan membusuk.

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual dan mikrobiologis.

Pengendalian :
• Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting untuk pengendalian penyakit ice-ice.
• Desinfeksi bibit dapat dilakukan dengan cara dicelupkan pada larutan PK (potasium permanganat) dengan dosis 20 PPM
• Pemilihan lokasi budidaya yang memenuhi persyaratan optimum bagi pertumbuhan rumput laut.
• Penerapan teknik budidaya yang disesuaikan dengan lingkungan perairan
• Memperhatikan musim dalam kaitannya dengan teknik budidaya yang hendak diterapkan.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan ikan dan Lingkungan, 2010



Fish Disease: vibriosis in shrimp

Fish Disease: vibriosis in shrimp

Cause: Vibrio harveyii, V. alginolyticus, V. parahaemolyticus. etc..

Bio - Ecology Pathogens
• vibriosis in shrimp larvae commonly as secondary infection, especially when under stress and weak.
• Bacterial infections are usually associated with stress conditions due to: high density, malnutrition, poor handling. parasitic infections, high organic matter, low oxygen. poor water quality. extreme fluctuations in water temperature. etc..
• The attack is acute, and if environmental conditions continue to decline, which caused the death can reach 100%. particularly in post-larvae or juvenile stage.

Clinical symptoms:
• Body of shrimp look dull and dirty.
• decreased appetite, damage to the legs and gills, gill or brownish color.
• Types of Vibrio spp. which generally attacks the larvae glow shrimp and prawn disease disease called glow (luminescent vibriosis).
• Shrimp affected showed symptoms of necrosis, the condition of the body is weak, slow swim, appetite loss, red spots (red discoloration) on the pleopod and abdominal as well as visible light at night
• Shrimp vibriosis affected leg will show the pool (pleopoda) and the foot path (pereiopoda) shows melanisasi.
• Shrimp are dying often swim to the surface or edge of the pond embankment.

Diagnosis:
• Isolation and identification of bacteria through bio-chemical tests.

Control:
• Disinfection of aquaculture facilities before and during the maintenance process shrimp
• Giving immunostimulan element (eg addition of
vitamin C in feed) are routinely during maintenance
• Avoiding the occurrence of stress (physical, chemical, biological)
• shrimp health management in an integrated manner

source: Ministry of Maritime Affairs and Fisheries of Indonesia, Directorate General of Aquaculture, Fish and Environmental Health Directorate, 2010

Penyakit Ikan : Vibriosis pada udang

Vibriosis pada udang

Penyebab : Vibrio harveyii, V. alginolyticus, V. parahaemolyticus. dll.

Bio – Ekologi Patogen
• Vibriosis pada larva udang umumnya sebagai penginfeksi sekunder terutama pada saat dalam keadaan stress dan lemah.
• Infeksi bakteri ini biasanya berkaitan dengan kondisi stress akibat: kepadatan tinggi, malnutrisi, penanganan yang kurang baik. infeksi parasit, bahan organik tinggi, oksigen rendah. kualitas air yang buruk. fluktuasi suhu air yang ekstrim. dll.
• Serangan bersifat akut, dan apabila kondisi lingkungan terus merosot, kematian yang ditimbulkannya bisa mencapai 100%. terutama pada stadia post larva atau juvenil.

Gejala klinis :
• Tubuh udang nampak kusam dan kotor.
• Nafsu makan menurun, kerusakan pada kaki dan insang, atau insang berwarna kecoklatan.
• Jenis bakteri Vibrio spp. yang berpendar umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar (luminescent vibriosis).
• Udang yang terserang menunjukkan gejala nekrosis, kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu makan hilang, bercak merah (red discoloration) pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat menyala
• Udang yang terkena vibriosis akan menunjukkan bagian kaki renang (pleopoda) dan kaki jalan (pereiopoda) menunjukkan melanisasi.
• Udang yang sekarat sering berenang ke permukaan atau pinggir pematang tambak.

Diagnosa :
• Isolasi dan identifikasi bakteri melalui uji bio-kimia.

Pengendalian :
• Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan udang
• Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan
vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
• Menghindari terjadinya stress (fisik, kimia, biologi)
• Pengelolaan kesehatan udang secara terpadu

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan ikan dan Lingkungan, 2010

fish disease: vibriosis in fish

fish disease: vibriosis in fish
Cause: Vibrio alginolyticus, V. parahaemolyticus, V. vulnificus, V. ordalii, etc..

Bio - Ecology Pathogens
• Bacteria in sea water ecosystems, and vibirosis still
is a major problem for marine fish farming industry.
• The case of vibriosis can occur throughout the year, but commonly associated with stress due to handling, high density or changes in extreme weather.
• The death rate of fish at the larval stage up to the size
fingerlings are attacked by the bacteria may reach 80-90%.

Clinical Symptoms:
• Weak, loss of appetite, swim in the water surface, and opaque color.
• Inflammation of the rectum, gills, mouth, base of fin, followed by bleeding and blisters on the surface of the body, as well as open wounds.
• In advanced infection of bleeding in the mouth and base of fins, excess mucus in the gills, dropsy, pale liver color. and eyes swollen.

Diagnosis
• Isolation and identification of bacteria through a bio-chemical tests

Control:
• Disinfection of aquaculture facilities before and during the maintenance of fish
• Giving immunostimulan element (eg addition of
vitamin C in feed) are routinely during maintenance
• Avoiding the occurrence of stress (physical, chemical, biological)
• Management of fish health in an integrated (fish, environment and pathogens)
• Limit and / or regulate feeding and mixing of feed with drugs (medicated feed and feed restriction)
• Conducting anti-vibriosis vaccination.
source: Ministry of Maritime Affairs and Fisheries of Indonesia, Directorate General of Aquaculture, Fish and Environmental Health Directorate, 2010

Penyakit ikan Vibriosis pada ikan












Vibriosis pada ikan
Penyebab : Vibrio alginolyticus, V. parahaemolyticus, V. vulnificus, V. ordalii, dll.

Bio - Ekologi Patogen
• Bakteri pada ekosistem air laut, dan vibirosis masih
merupakan masalah utama bagi industri budidaya ikan laut.
• Kasus Vibriosis dapat terjadi sepanjang tahun, namun umumnya terkait dengan stress akibat penanganan, kepadatan tinggi ataupun perubahan cuaca yang ekstrim.
• Tingkat kematian ikan pada stadia larva hingga ukuran
fingerling yang terserang bakteri ini dapat mencapai 80-90%.


Gejala Klinis :
• Lemah, hilang nafsu makan, berenang di permukaan air, dan warna kulit buram.
• Inflamasi pada anus, insang, mulut, pangkal sirip, yang diikuti dengan perdarahan dan lepuh pada permukaan tubuh, serta luka terbuka.
• Pada infeksi lanjut terjadi perdarahan pada mulut dan pangkal sirip, ekses lendir pada insang, dropsy, warna hati pucat. dan mata membengkak.

Diagnosa
• Isolasi dan identifikasi bakteri melalui uji bio-kimia


Pengendallan :
• Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan ikan
• Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan
vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
• Menghindari terjadinya stress (fisik, kimia, biologi)
• Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan, lingkungan dan patogen)
• Membatasi dan/atau mengatur pemberian pakan dan mencampur pakan dengan obat-obatan (medicated feed and feed restriction)
• Melakukan vaksinasi anti vibriosis.
sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan ikan dan Lingkungan, 2010