Most Important Benefits Of Using A GPS Fish Finder

Most Important Benefits Of Using A GPS Fish Finder
by: KV Chaudhary

Do you love to go fishing, but want to find a better way to be sure you actually catch something when you do go? Then you need to know about the GPS fish finder and the many benefits it provides for any fisherman.

If you are serious about catching fish when you go fishing knowing these benefits will allow you to see why you need to definitely get one. Here are the most important benefits that will help any fisherman.

One: The GPS on the fish finder has a couple of benefits on its own that you need to be aware of. The GPS on the fish finder operates similar to ones that are used in vehicles.

With the GPS you will always know exactly where you are on the water. This is especially helpful if you are on a big lake or the ocean.

You will also know how fast you are going which is good to know for some types of fishing such as when you are trolling.

Finding your way back to the good fishing holes you have found before won't be hard to do anymore with your GPS finder.

Two: A fish finder has temperature capabilities that make finding fish so much simpler. Serious fishermen understand the spawning habits for different types of fish and they also understand that the water temperature during spawning time can be a very good way to find the best fishing places.

One important thing to understand is that the water temperature that is reported to you will be based on the surface water temperature. This means before accurately finding the fish you will have to play around with your fish finder in different temperatures of water.

It may take time to find them but once you do you can be sure that you will be able to start catching them easily.

Three: So you don't find yourself stuck on the water at night most of the fish finders have a speed and distance capability that allows you to keep track of how far you have traveled. It will also track your speed so when you are trolling for fish you will be able to keep your speed accurate to effectively troll.

These are the most important benefits of using a GPS fish finder. Now that you are aware of these benefits you must decide if you are going to purchase a fish finder to help you be a better fisherman or if you are just going to continue to hope you catch a lot of fish.

About The Author
KV Chaudhary is an Electronics Engineer with a Master of Business Administration in eCommerce, and over 25 years experience of working at Senior Technical jobs in the USA. His GPS website is the best GPS Store for buying, GPS Fish Finder, Garmin GPS Systems, Automotive GPS, GPS Accessories, Marine Electronics, and Camping Supplies. http://www.gpsdealer.com

The author invites you to visit:
http://gpsdealer.com

characteristics of the prospective parent fish

characteristics of the prospective parent fish

a. prospective parent tilapia

- Bright body color grayish black
- Form slender body of tilapia (compressed) with full and regular scales
- Member or incomplete organs, scales regularly, the body does not have a disability and there is no deformity, the body is not attached by a parasite, no lumps, gill net, gill cover normal (not thick or thin) and slimy.
- Elasticity of the body: chewy and not mushy
- Age:
Male tilapia 6-8 months
tilapia Females 6-8 months
- Total length:
Males 16-25 cm
Females 14-20 cm
- Body weight:
Males: 400-600 grams
Females: 300-450 grams

b. Prospective Parent Goldfish
- Color Clear Body
- Full of fish organs, regular scales, lateral line is not broken, the body is not disabled and there is no deformity, the body does not plastered by the parasite, and there are no lumps, gill net, gill cover normal.
- Elasticity of the body: chewy and not mushy

- Female Weight: 1.5 to 2 kg / head
- Weight Males: 0.5 to 1 kg / head


c. Prospective Parent carp fish

- Body color of brown and the belly is white or yellowish silvery.
- The body of a vertical flat carp
- Member or incomplete organs, the body is not disabled and there is no deformity, no genital defects (damage), the body remains free of pathogens, gill net, the body is not swollen / bruised and no moss, close to normal gill and body mucus.
- Age:
Males 24-30 months
Females 30-36 months
- Standard Length:
Males 30-35 cm
Females 30-35 cm
- Body weight:
Males: 1.5 to 2.0 kg / head
Females: 2.0 to 2, 5 kg / head


d. Prospective Parent Catfish
- On top of head blackish-green, dorsal top to base of tail brownish-green
- Shape the body: the head horizontally flattened, rounded body section elongated and flattened vertical tail section.
- Full of fish organs, the body is not disabled, and there is no deformity, no genital defect (damage) the body does not plastered body pathogens, gill net, the body is not swollen / bruised and not moss, close to normal gill and body mucus,
- Parent Age: Male: 8-12 months, female: 12-15 months
- Standard Length:
Males: 40-45 cm
females: 38-40 cm
- Weight:
Males: 500-750 grams / fish
female: 400-500 grams / fish

ciri-ciri calon induk ikan nila, mas, Gurame dan lele

ciri-ciri calon induk ikan

a. Calon Induk Ikan Nila

- Warna badan cerah hitam keabu-abuan
- Bentuk tubuh Ikan Nila pipih (compress) dengan sisik penuh dan teratur
- Anggota atau organ tubuh lengkap, sisik teratur , tubuh tidak ada yang cacat dan tidak ada kelainan bentuk, tubuh tidak ditempeli oleh parasit, tidak ada benjolan, insang bersih, tutup insang normal (tidak tebal atau tipis) dan berlendir.
- Kekenyalan tubuh : kenyal dan tidak lembek
- Umur :
Nila Jantan 6 – 8 bulan
Nila Betina 6 – 8 bulan
- Panjang total :
Jantan 16 – 25 cm
Betina 14 – 20 cm
- Bobot Badan :
Jantan : 400 – 600 gram
Betina : 300 – 450 gram

b. Calon Induk Ikan Mas
- Warna Badan Cerah
- organ tubuh ikan lengkap, sisik teratur, gurat sisi tidak patah, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, tubuh tidak ditempeli oleh parasit, dan tidak ada benjolan, insang bersih, tutup insang normal.
- Kekenyalan tubuh : kenyal dan tidak lembek

- Berat betina : 1,5 – 2 kg/ekor
- Berat Jantan : 0,5 – 1 kg/ekor


c. Calon Induk Ikan Gurame

- warna badan kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
- Bentuk tubuh ikan gurame pipih vertikal
- Anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir.
- Umur :
Jantan 24 – 30 bulan
Betina 30 – 36 bulan
- Panjang Standar :
Jantan 30 – 35 cm
Betina 30 – 35 cm
- Bobot Badan :
Jantan : 1,5 – 2,0 kg/ekor
Betina : 2,0 – 2, 5 kg/ekor


d. Calon Induk Ikan Lele
- Pada Bagian atas kepala berwarna hijau kehitaman, bagian punggung atas sampai pangkal ekor berwarna hijau kecoklatan
- Bentuk tubuh : bagian kepala pipih horisontal, bagian badan bulat memanjang dan bagian ekor pipih vertikal.
- organ tubuh ikan lengkap, tubuh tidak cacat, dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak) tubuh tidak ditempeli jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir,
- Umur induk : Jantan : 8 – 12 bulan , betina : 12 – 15 bulan
- Panjang standar :
Jantan : 40 – 45 cm
betina : 38 – 40 cm
- Bobot :
Jantan : 500 – 750 gram/ekor
betina : 400 – 500 gram / ekor

RI-AS Kerja Sama Bidang Kelautan

RI-AS Kerja Sama Bidang Kelautan



Indonesia dan Amerika Serikat (AS) menandatangani nota kesepahaman bersama (MoU) dalam bidang eksplorasi dan penelitian laut di wilayah Nusantara. Kemitraan strategis dalam bidang bahari ini bertujuan memaksimalkan kesejahteraan masyarakat di bidang perikanan, kelautan, dan kekayaan taman laut Indonesia.

"Ini kerja sama antara dua bangsa besar di tepian Samudra Pasifik untuk meneliti lebih Jauh kekayaan laut demi kesejahteraan rakyat," kata Menteri Koordinator Bidang Kesejahte-raan Rakyat, Agung Laksono, usai menyaksikan penandatanganan kerja sama eksplorasi laut yang pertama antara AS dan Indonesia di pelabuhan nelayan komersial, Muara Baru. Jakarta Utara. Rabu (26/5).

Dalam penandatanganan Itu, hadir pula Menteri Perdagangan AS Gary Locke, Menteri Riset dan Teknologi Suharaa Suryapranata, dan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan GeUwynn Jusuf. Menko Kesra menjelaskan, kemitraan kedua negara meliputi pengelolaan perikanan berkelanjutan, peles-tarian lingkungan laut, dan kerentanan terumbu karang, serta pemahaman yang lebih baik tentang laut. "Ini untuk pertama kalinya bagi AS dan Indonesia mengadakan ekspedisi yang didedikasikan untuk eksplorasi laut, termasuk upaya bersama mencegah penangkapan ikan secara ilegal dan tidak memiliki regulasi," katanya menjelaskan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan RI bersama Badan Administrasi Nasional Kelautan Atmosferik AS (NOAA) yang merupakan bagian dari Departemen Perdagangan AS, akan melakukan kerja sama yang mengarah pada peningkatan pemahaman mulai dari pantai Indonesia ke samudra.

Bahkan, dalam waktu dekat, kapal penelitian AS, Okeanos Explorer-kata Agung-akan bergabung dengan kapal laut utama di Indonesia, Baruna Jaya IV. Dengan tujuan melakukan ekspedisi ilmiah di perairan indonesia yang selama ini belum pernah dieksplorasi.

"lni akan menjadi pelayaran perdana Okeanos Explorer, juga satu-satunya di AS yang didedikasikan untuk mengarakteris-tikkan wilayah besar samudra yang belum diketahui," katanya.

Sementara Itu, Menteri Perdagangan AS Gary Locke mengatakan, sumber daya alam yang luar biasa di perairan Asia Tenggara menopang hidup di kawasan ini dan memberikan manfaat bagi jutaan orang lain di seluruh dunia. "Maka itu, perjanjian ini menjadi langkah penting dalam kerja sama AS-ln-donesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi."


Sumber: Jurnal Nasional 27 Mei 2010 Hal.5

NATURE AND BIOLOGICAL Morphological characteristics - water beetles larvae

NATURE AND BIOLOGICAL Morphological characteristics - water beetles larvae

Morphological traits
1. Cursory elongated body similar to centipede / centipedes (body composed of nine sections and two tail segments).
2. The body length of approximately 1.3 to 2, 5 cm (which adults can sometimes reach 3 cm).
3. Comparison of total body length with a total width of the stomach about 7: 1.
4. Yellow brown body color and some are green.
5. Has three pairs of segmented legs-sections.
6. Having a pair of highly poisonous canines right in the head end.
7. Having two pairs of antennae on the head.
8. Has exactly one pair of eyes on either side of the head.

Biological properties
1. If swimming in the water, the tip of her tail frequently to the surface.
2. Swim slowly in a rising and falling and will dive to the bottom when there is an animal nuisance.
3. Swim slowly with legs and the tip of its tail.
4. Sucking the body fluids of fish seed by first biting the abdomen.
5. Attached to the pool wall or the timber upright while spying the approaching fish.
6. Having the cannibals: kill, fight and sucking each other's body fluids.

source : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

predaceous water beetles

UCRIT / larvae CYBISTER

Ucrit a water beetle larva. In some areas, insects are popularly called ucrit (West Java), in some other area of water called because its shape is similar centipede centipedes. In West Sumatra called sapik-sapik or limpatiak. While the names are mostly water beetles larvae or the larvae of water beetles (larvae Cybister).

Based on the classification, ucrit is the type of insects of the order Coleoptera Dytiscidae family den, with systematics as follows:
Kindom: Animalia
Phylum: Invertebrates
Class: Insecta
Order: Coleoptera
Family: Dytiscidae
Species: Cybister sp.

There are no reports specifically mention that the water bug adults are predatory fish. The water beetle predators are the larvae stage when still. Ucrit beetle larvae water or water is an insect predators, especially predatory fish are highly malignant. The seed that became the goal is to seed the size of 1-3 cm. How to eat it first of all fish caught by pinning with fangs. Then the fish are disabled by using a forked tail, while its fangs tearing the fish body. Furthermore, seeds eaten by carp bite little by little. Therefore, very fierce, dubbed overseas predaceous water beetles (water beetles of the robbers) or even something called water tiger (http://www. Earthforce. Org).
source: Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Predator Tropical Fish

Predator Tropical Fish
by: Nate Jamieson


Some tropical fish, either because of their size, feeding habits, or just their natural behavior, are not suitable for beginners to try and raise in a community tank. These are some of the big and bad, that you may want to avoid until you're more experienced.

Oscar- This native of the Amazon River and its tributaries, is a large fish, reaching 13-14" in length, although it can be sexually mature and laying eggs at 4". They do best in a tank with no "fussy" things like slender plants or ornaments. They prefer a medium texture substrate because they're great diggers, but do like wood or rock platforms that create a cave. The recommended food for Oscars is feeder goldfish, because they basically will eat anything small, that moves. This is why they can't be kept with smaller fish, or livebearers that will have young. Most hobbyists use a special large stick food that absorbs some water and moves with the motion in the aquarium, so it mimics prey.

Jack Dempsey- Another South American native, the Jack Dempsey comes in many of the same dark colors and spotting as the Oscar, featuring greens, brown and gray areas, which may help large species like this to hide amongst the bottom rocks. The Dempsey is similar to the Oscar in other ways as well, being a bottom digger, and preferring caves and wood to rest under. They are also a live feeder that will devour anything that moves, but unlike the Dempsey, they pursue their prey, and are considered to have "attitude" that makes them best suited to a tank of like-minded fish.

Discus- While not the bottomless pits that Oscars and Jack Dempseys are for feeding, the Discus is still a large fish, even at 6", and because of their native Amazon River environment, require a fairly specific habitat. In the wild they lived where trees had fallen into the river, and made their homes under and around the branches. In an aquarium, that means keeping a thick substrate where the light does not reach down to, as well as lots of wood pieces for hiding, and vegetation that goes from bottom to top. They are live feeders as many large fish are, but generally subsist on a diet of shrimp, tubifex and daphnia in good quantity. They are a fish that lives naturally in groups of five or six, and in the home environment, do not take well to upsets or changes in the tank.

About The Author

Nate Jamieson

Love Tropical Fish? Find out how to create a beautiful, low-cost tropical fish aquarium with complimentary tips at http://www.TropicalFishIsland.com.

Predator Benih Ikan - Ucrit/larva Cybister (predaceous water beetles)

UCRIT/LARVA CYBISTER

Ucrit merupakan larva kumbang air. Di beberapa daerah, serangga ini populer disebut ucrit (Jawa Barat), di sebagian daerah lain dinamakan kelabang air karena bentuknya mirip kelabang. Di Sumatera Barat disebut sapik-sapik atau limpatiak. Sedangkan nama umumnya adalah water beetles larvae atau larva kumbang air (larva Cybister).

Berdasarkan klasifikasinya, ucrit merupakan jenis insekta dari ordo Coleoptera den famili Dytiscidae, dengan sistematika sebagai berikut:
Kindom: Animalia
Filum: Invertebrata
Kelas: Insecta
Ordo: Coleoptera
Famili: Dytiscidae
Spesies:Cybister sp.

Tidak ada laporan yang khusus menyebutkan bahwa kumbang air dewasa merupakan predator benih ikan. Yang menjadi predator adalah kumbang air ketika masih stadia larva. Larva kumbang air atau ucrit ini merupakan pemangsa serangga air terutama pemangsa benih ikan yang sangat ganas. Benih yang menjadi sasarannya adalah benih berukuran 1 - 3 cm. Cara memangsanya pertama-tama benih ikan ditangkap dengan jalan menjepit dengan taringnya. Kemudian benih ikan dilumpuhkan dengan menggunakan ujung ekor yang bercabang dua, sementara taringnya merobek-robek tubuh ikan. Selanjutnya benih ikan mas dimakan dengan cara digigit sedikit demi sedikit. Oleh karena sangat ganas, di luar negeri dijuluki sebagai predaceous water beetles (kumbang air sang perampok) atau malah ada yang menyebutnya water tiger (http://www. earthforce. org).

Ciri morfologis
1. Tubuhnya memanjang sepintas mirip lipan/kelabang (badan terdiri dari 9 ruas dan ekor 2 ruas).
2. Panjang tubuh kurang lebih 1,3 – 2, 5 cm (yang dewasa kadang bisa mencapai 3 cm).
3. Perbandingan panjang total badan dengan lebar total bagian perutnya sekitar 7 : 1.
4. Warna tubuh kuning kecokelatan dan ada juga yang kehijauan.
5. Memiliki 3 pasang kaki beruas-ruas.
6. Memiliki 1 pasang gigi taring yang sangat beracun tepat di bagian ujung kepala.
7. Memiliki 2 pasang antena di kepala.
8. Memiliki satu pasang mata tepat di kiri-kanan kepala.

Sifat biologis
1. Jika berenang di dalam air, bagian ujung ekornya sering muncul ke permukaan.
2. Berenang perlahan secara naik-turun dan akan menyelam ke dasar apabila ada hewan pengganggu.
3. Berenang lambat dengan kaki dan bagian ujung ekornya.
4. Mengisap cairan tubuh benih ikan dengan terlebih dahulu menggigit bagian perut.
5. Menempel pada dinding kolam atau kayu-kayu tegak sambil mengintai benih ikan yang mendekat.
6. Memiliki sifat kanibal: membunuh, berkelahi dan mengisap cairan tubuh sesamanya.


Jenis ucrit yang umum ditemukan di lapangan tidak sebanyak jenis kini-kini (larva capung). Ada yang tubuhnya lebih ramping dan ada juga yang lebih besar (gendut). Kemungkinan ini terkait dengan umur dan laju pertumbuhan badannya.




lingungan yang disukai
Ucrit lebih banyak ditemukan di kolam yang subur dan banyak mengandung bahan organik, misalnya kolam yang dipupuk dengan kotoran ayam kering. Sebaliknya, di kolam yang tidak subur dan berair jernih, populasi ucrit lebih sedikit. Ini terkait dengan ketersediaan makanan yang banyak terdapat di air yang kandungan bahan orga-niknya tinggi.

* Kebiasaan Pemangsaan
Ucrit memangsa larva ikan berukuran 1 – 3 cm, yakni benih ikan yang mulai ditebar hingga menjelang umur 30 hari. Benih ikan yang dimangsa ucrit tidak dimakan habis tetapi hanya disobek-sobek dan diisap darahnya. Namun karena jumlahnya banyak dan merupakan serangga air yang ganas maka tingkat pemangsaannya tinggi. Itu sebabnya ucrit tergolong predator benih yang harus diwaspadai karena menjadikan produksi benih merosot tajam.

Selain memangsa benih ikan, ucrit juga memangsa serangga air lainnya termasuk larva capung dan bahkan memburu sesamanya (kanibal). Pengamatan menunjukkan bahwa kanibalisme merupakan sifat alamiah ucrit. Ucrit berenang lambat dan tidak memburu atau mengejar mangsanya, namun benih yang masih lemah sulit menghindar dari sergapannya.

Pengamatan di unit pembenihan menunjukkan tingkat pemangsaan ucrit terhadap benih ikan berbeda-beda, tergantung jenis ikan yang dipelihara dan faktor lain seperti lingkungan kolam. Misalnya, larva gurami yang sangat lambat pertumbuhannya lebih mudah dimangsa. Benih yang dipelihara di kolam yang lebih luas akan lebih tinggi peluang terhindar dari pemangsaan ucrit dibanding yang dipelihara di kolam sempit. Ucrit ditemukan memangsa benih ketika benih hasil panen ditampung di bak atau baskom. Oleh karena itu, jika pada saat panen di antara populasi benih ditemukan ucrit, harus segera ditangkap atau dibuang untuk dimusnahkan.


Cara Pengendalian
Banyak yang mengatakan bahwa pemberantasan ucrit sulit dilakukan. Namun demikian bukan berarti tidak ada teknik pengendaliannya.
Pertama, hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam. Sudah terbukti bahwa kolam-kolam yang mengandung bahan organik banyak ditemukan ucrit.
Pencegahan dapat dilakukan dengan jalan memasang saringan pada pintu air masuk kolam. Tujuannya agar ucrit dan induk kumbang air tidak ikut masuk ke kolam aliran air. Selain itu, usahakan penebaran ikan di kolam tidak terlalu banyak dan disesuaikan dengan yang disarankan.

Meskipun sulit dan merepotkan, upaya penangkapan ucrit secara mekanis sebaiknya dilakukan. Penangkapan dalam jumlah besar dapat dilakukan menggunakan alat tangkap berupa seser. Selain itu, menangkap menggunakan seser cukup efektif karena jika ditangkap dengan tangan, ucrit mudah meloloskan diri. Gunakan baskom penampung untuk mengumpulkannya. Perlu diingat bahwa ucrit dapat menggigit tangan kita dan bila itu terjadi, gigitannya akan terasa sangat sakit. Ucrit yang berhasil ditangkap langsung dibunuh atau dibuang ke tempat lain.


Beberapa langkah berikut juga dapat dilakukan sebagai upaya menyelamatkan benih dari serangan ucrit:

Memperhatikan ukuran dan usia benih
Pada dasarnya semakin besar ukuran benih ikan, semakin besar peluangnya terhindar dari gangguan ucrit. Namun terkadang keterbatasan tempat pemeliharaan atau minimnya biaya produksi yang dimiliki memaksa pembenih ikan untuk segera menebar larva ikan ke kolam lebih cepat dari yang seharusnya. Padahal semakin kecil ukuran benih, semakin lemah kondisinya serta semakin mudah dimangsa predator.

Menunda penebaran benih ke kolam cukup ampuh menghindari serangan ucrit. Menunda penebaran benih ke kolam berarti memperpanjang masa pemeliharaan benih di bak penelasan/bak pembenihan. Pemeliharaan di bak penetasan pembenihan yang umumnya dilakukan di ruangan tertutup/terkontrol seperti pada bak beton/permanen, bak fiberglass atau akuarium menjadikan benih lebih aman dari ancaman predator. Di ruangan terkontrol pengawasan lebih mudah dilakukan apalagi bila ukuran bak pemeliharaannya lebih kecil sehingga mudah ditangani.

sebagai bukti, pembenih lele dumbo yang biasanya menggunakan bak beton sebagai wadah pemeliharaan larva umumnya tidak mengeluhkan adanya gangguan ucrit.
Perpanjangan waktu perawatan di ruang khusus/tertutup hingga beberapa hari lebih lama dari biasanya memungkinkan ikan tumbuh lebih cepat. Apalagi bila selama dipelihara tersebut benih diberi pakan berkualitas seperti pakan alami berupa kutu air, cacing sutera, dan artemia. Biasanya bak khusus juga dilengkapi alat-alat seperti blower, aerator, thermometer dan heater, sehingga kondisi lingkungan pemeliharaan larva lebih terkontrol (stabil).


Mengurangi pupuk kotoran ayam
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa penyebab utama berkembangnya ucrit di kolam adalah pemupukan dengan pupuk kandang, khususnya kotoran ayam kering, Sebagian besar pembenih ikan lebih senang menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam ini, dibandingkan kotoran sapi, kambing atau burung puyuh. Hal ini disebabkan karena pupuk kotoran ayam lebih mudah didapat dalam jumlah besar. "tujuan pemupukan dengan kotoran ternak ini adalah untuk menumbuhkan pakan alami bagi larva ikan.
Persoalan muncul jika dosis pupuk kandang yang diberikan melebihi dari yang seharusnya sehingga air kolam menjadi sangat subur.

Penumpukan pupuk organik akibat cara pemupukan dengan membenamkan karung berisi pupuk kandang di salah satu bagian kolam (bukan disebar merata) mendorong perkembangan ucrit. Untuk itu, perlu dilakukan pengurangan konsentrasi pupuk kandang. Caranya dengan penggantian air atau memasukan air baru dalam jumlah banyak.

Selain itu, pemupukan dengan pupuk organik (kotoran ayam, dll) harus dengan dosis yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan disebar secara merata sehingga tidak terjadi penumpukkan di salah satu bagian kolam. Cara lain yang saat ini berkembang adalah penggunaan pupuk organik cair yang aplikasinya lebih mudah dan praktis.

Penyemprotan dengan minyak tanah
Penyemprotan dengan bahan kimia merupakan solusi akhir untuk memberantas gangguan ucrit. Langkah ini diambil jika populasi ucrit sulit dikendalikan dengan cara mekanis. Bahan kimia yang digunakan untuk memberantas ucrit adalah minyak tanah. penggunaan minyak tanah didasarkan pada sifat minyak tanah yang mengapung di permukaan air.

Banyak pembenih ikan yang menggunakan minyak tanah dengan cara menyiramkannya ke permukaan air dan hasilnya dapat mematikan ucrit. Para ahli budidaya ikan pun merekomendasikan hal ini. Minyak tanah menutupi permukaan air, sehingga ucrit tidak dapat mengambil oksigen dari udara bebas dan tidak berapa lama kemudian akan mati.

Tertutupnya permukaan air oleh minyak tanah sejauh ini tidak membahayakan bagi benih ikan. Apalagi benih ikan umumnya berada di dalam air, bukan di permukaan, kecuali ikan lele yang sering muncul ke permukaan. penggunaan minyak tanah pada pemeliharaan lele sebaiknya dihindari.

Belum ada acuan baku mengenai dosis penggunaan minyak tanah. Usahakan tidak terlalu banyak namun seluruh permukaan kolam dapat tertutup lapisan tipis minyak tanah. Pemberian minyak tanah bisa dengan cara dituang di pintu masuk agar menyebar bersama aliran air dan kemudian aliran air ditutup, atau bisa juga menggunakan handsprayer jika air kolam memang sama sekali tidak mengalir. Jika seluruh ucrit sudah mati, masukan aliran air batu dan pintu keluar dibuka . Dengan demikian ucrit yang mati akan hanyut bersama aliran air dan lapisan minyak tanah juga akan hilang dari permukaan kolam sehingga air kolam menjadi bersih kembali.
sumber Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

choose parent catfish

choose parent catfish


C. Selecting Parent
Selected parent usually comes from a special holding pond maintenance or floating nets. Typically, the male parent is separated from the female parent. The characteristics of female and the male parent who has made a good parent as follows.



Quality characteristics of the parent

Female
Aged three years.
It weighed 1,5-2 singk / tail.
Parent enlarged abdomen toward the anus.
Stomach felt smooth and soft when touched.
Cloaca swollen and colored
Skin dark red abdomen flabby and thin.
When around cloaca pressed, will exit
few eggs which forms
round and uniform in size.

male
Aged 2 years
Weighing 1,5-2 singk / tail.
Thin skin and flabby stomach
When massaged, going out semen
white
Genital swelling and color
red

Early Spring Is The Best Time To Learn How To Fish For Crappie Details Here!

Early Spring Is The Best Time To Learn How To Fish For Crappie Details Here!
by: Mark Fleagle


How to fish for crappie
Crappies move from coldwater wintering haunts to spring foraging areas during this period of transition. In the North, this period begins at ice-out, as the waters climb into the high 30 degree range, usually this happens sometime in April. In the south , crappies move from deep water to coves and the back ends of creek arms as the water warms into the low 40 degree range., usually sometime between late February and the end of March. It is very important that you understand the trend of these migrations if you intend to learn how to fish for crappie.

In large lakes and reservoirs across the country, it is typical for crappies to stage and suspend over depths of 20 to 40 feet, somewhere beyond the first drop off leading into shallow zones they later use to forage and spawn. Learning how to fish for crappie can be simple if you identify the location and suspended depths of these fish in early spring. In reservoir, this typically takes place in creek arms. Look into areas near the mouth of shallow coves and bays or shorelines that have reeds or wood cover in lakes. In small lakes or ponds, it is not uncommon for such staging to take place over the center of the deepest hole on the lake. If you want to learn how to fish for crappie, head to these areas.

During warm, stable weather and particularly on sunny days, crappies are drawn into the shallows to feed in dark muck bottom bays, old reed beds, around brush piles, and fallen trees, or in the best habitat they can find. It is easy to learn how to fish for crappie in the early spring because they are feeding aggressively. Channels, boat canals, cuts, harbors, and backwaters draw crappies too, and are great places to learn how to fish for crappie. This time of year it is very important that you understand you must find shallow wind protected areas because they warm much quicker then the main water areas of any water impoundments you plan to fish. These areas will be like a magnet for bait fish also. When the fish move to shallow water in the early spring it is because the crappie are extremely hungry and need to replenish themselves from the long winter season. Early moves to water less than 10ft deep are tied to foraging and have little to do with the pre spawn activities,!
and crappies are hungry in the spring and this is is a excelent time to learn how to fish for crappie, and the first order of business is to compensate for the energy deficit brought on by simply surviving the extremes of winter. Sometimes crappies eventually spawn in the same general area, but often not.

Lakes and reservoirs with lots of shallow protected habitat promote these shallow feeding binges. The best bays, coves and cuts are shallow, usually no deeper then 10 feet The best harbors, canals, and channels are closed, with only one way out or in. Open channels allow currents to develop, and strong winds blow the warm water back out into the lake. These areas concentrate fish, but crappies tend concentrate in early spring anyway. Lakes without shallow protected areas may take several additional weeks to draw shallow movements by crappies. Crappies in early spring will stage and suspend just outside protected shallow areas in 15 to 40 ft of water and go into feed when the sun warms them during the day, and you can check out how to fish for crappie during these periods.

About The Author
We Have Something Special Just For You, Check Out A Secret Weapon For Crappie Fishing My Friend Discovered In 2004 Check It Out Here! Check out Mark's website to get some amazing fishing information and fishing articles loaded with fishing tips about how to fish for crappie that really work!

The author invites you to visit:
http://www.oldfishinghole.com

Waterless Hibernation of Fishes is Good for Business

Waterless Hibernation of Fishes is Good for Business
by: Ollie Style

Boni Comandante from Dumagete City Philippines discovered how fish can hibernate from six hours to twenty four hours thus being able to transport live fish cheaply and effectively.

He discovered how fish can hibernate while in Palawan. Comandante threw a fish in an ice chest and six hours later he saw the fish in a suspended state. At that moment he knew that what he just witnessed means big bucks. But it took him fourteen years to fully develop his discovery. In 2004 he won a competition by DTI [Department of Trade and Industry] and later was able to attract local and foreign investors for his fish marketing business.

He called his technique of putting fishes in a suspended state— Buhi Technology. The fishes are preserved longer and are less stressed because of the absence of water. The tail and the fins of hibernating fishes lie flat while transporting it and then are later on revived with sea water. Another good thing about Mr. Comandante’s method is that it reduces the cost of ice and water which cuts up to seventy five percent of delivery cost.

There is no need to worry about safety, the Bureau of Fishers and Aquatic Resources declared that the fishes are safe for human consumption because all the materials used are organic.

This is certainly good news for Filipino fisher folks as the demand for live fish is growing here and around the world, and with the help of Buhi technology a boom in the fishing industry might just be around the corner.

About The Author

Ollie Style is a Filipino freelance writer and Podcaster--Host of the “Ollie Style Radio Show”. His Podcasts and FREE ARTICLES can be found at http://www.pinoypodcaster.tk and http://olliestyleradioshow.tk

Garap Potensi Kelautan di Daerah dengan Sail Banda 2010

Garap Potensi Kelautan di Daerah dengan Sail Banda 2010



Kekayaan alam Indonesia dengan potensi ekonomi yang sangat besar, khususnya di sektor kelautan maupun perikanan, sudah sepatutnya dikelola secara optimal. Kesejahteraan masyarakat bisa terpacu jika pengelolaan sektor ini dilakukan secara baik dan profesional. Misalnya keindahan laut dan pantai di beberapa pulau-pulau Indonesia, hendaknya segera dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi masyarakat sehingga bisa mendatangkan nilai tambah yang tinggi Ini bisa dilakukan dengan menjadikan wilayah laut dan pantai sebagai kawasan pariwisata, seperti di Bali, Manado (Bunaken), atau daerah lainnya. Saat ini sejumlah wilayah laut dan pantai di Indonesia banyak dikunjungi turis asing.

Untuk meningkatkan promosi salah satu wilayahlaut dan pantai potensial di Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan sejumlah kementerian terkait dan Pemerintah Provinsi Maluku segera menggelar acara berskala internasional bertajuk Sail Banda. Acara ini merupakan ajang yang menjadi motivator untuk pembangun sektor kelautan dan perikanan di daerah, sehingga bisa berkembang. Tentunya untuk membangun sentra-sentra ekonomi dengan menggali potensi daerah.

Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Aji Su-larso mengatakan, pelaksanaan kegiatan Sail Banda ini mengacu pada suksesnya penyelenggaraan Sail Bunaken dan Sail Indonesia yang diselenggarakan tahun lalu. Temyata ajang ini menarik banyak orang berkunjung datang,baik sebagai peserta maupun penonton atau pengamat

Dalam hal ini, program-program KKP yang berkaitan dengan kebaharian bisa dikolaborasi dengan program pemerintah daerah yang menjadi tuan rumah, khususnya untuk mempromosikan keragaman kekayaan dan potensi daerah. Diharapkan kegiatan seperti Sail Bunaken, Sail Banda nanti, dan ajang-ajang berikutnya bisa terus dilaksanakan di daerah lainnya. Seperti Sail Bunaken yang yang diadakan di Sulawesi Utara, di mana kegiatan ini menunjukkan bahwa daerah tersebut sebagai gerbang masuknya dalam rangka menjadikan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang pasifik, yang tumbuh berkembang dari kelautan perikanan. Bicara potensi berarti ..bukan hanya komoditasnya saja,melainkan juga potensi lain seperti pariwisata dan sebagainya.

"Jadi kegiatan ini juga menciptakan multiplier ef-feck (dampak berantai) untuk sektor ekonomi, apalagi memang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di daerah. Dengan demikian, kegiatan kemari-timan ini akan mendorong pengembangan sektor ekonomi yang melibatkan masyarakat," ujarnya.

Meski demikian, untuk melaksanakan kegiatan berskala internasional seperti Sail Banda, juga membutuhkan proses seleksi yang ketat bagi daerah penyelenggara, terutama mengenai potensi laut yang bisa dijadikan sumber ekonomi dalam jangka panjang bagi masyarakat. "Setelah itu baru dipikirkan sarana penunjang untuk persiapan acara, seperti transportasi, infrastruk-tur energi dan jalan, serta akomodasi," kata Aji lagi.

Kegiatan seperti Sail Banda ini, lanjutnya, bukan untuk mengeksploitasi atau menggarap kekayaan laut secara membabi buta. Dalam hal ini, pemanfaatan sesuai ketentuan yang ada serta tetap memperhatikan norma, etika, dan estetika yang berlaku. "Fokusnya, kita memperkenalkan wilayah ini ke dunia internasional, sehingga bisa jadi kawasan tujuan wisata internasional, seperti Bali, Lombok atau daerah lainnya di Indonesia," ujarnya. Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku mengaku sudah menyiapkan empat wilayah sebagai pusat penyelenggaraan Sail Banda 2010. Penunjukan keempat wilayah ini karena dinilai dapat memberikan rasa nyaman dan memiliki keindahan alam yang dapatdinikmati peserta ajang pelayaran bertaraf internasional ini.

Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mengatakan, Pemprov Maluku tengah menyiapkan Kota Ambon, Kabupaten Banda, Kabupaten Maluku Tengah, serta Kepulauan Lu-cipara dan Tiakur (ibu kota Kabupaten Maluku Barat Daya) sebagai pusat kegiatan Sail Banda 2010 ini.

"Kami membenahi empat daerah ini agar menjadi penyelenggara yang baik dan bisa menyajikan pesona wisata bawah laut, sejarah, dan budaya, sehingga peserta benar-benar kagum dengan potensi pariwisata di Maluku," ujarnya.

Pemerintah Kota Ambon sendiri membangun Monumen Selamat Datang di Bandara Internasional Pattimura melakukan penataan jalan, taman kota, serta Pantai Natsepa,

Liang, dan Latuhalat Selain itu juga pembuatan trotoar, normalisasi sungai, dan perbaikan drainase. Selain itu, pengembangan Pelabuhan Yos Sudarso, Pelabuhan Tulehu, dan Pelabuhan Wisata Bahari Amahusu.

Untuk memberikan kenyamanan bagi para peserta dan pengunjung di acara Sail Banda 2010, juga sedang dilakukan pembenahan terhadap lampu jalan dan meningkatkan pasokan daya listrik serta penyediaan daerah hotspot (layanan internet gratis) oleh Telkomsel, termasuk pelayanan kesehatan di sejumlah rumah sakit.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Banda melakukan pemugaran Benteng Belgica serta kediaman Bung Hatta, Sutan Sjahrir, dan Rumah Budaya Dr Tjipto, kompleks istana mini, danpenataan objek wisata lainnya. Tak terlupakan pembenahan infrastruktur.

Albert mengatakan, sedikitnya terdapat 12 kegiatan bertaraf nasional maupun internasional sedang disiapkan untuk memeriahkan Sail Banda 2010, seperti kejurnas olahraga perairan, lomba layar, arafura games, lintas nusantara remaja bahari, dan pembinaan mental juang remaja bahari. Selain itu juga operasi bakti Surya Baskhara jaya dan peringatan Kemerdekaan RI di pulau terluar yang berbatasan dengan Timor Leste.

"Saat menemui Menteri Kelautan dan Perikanan, beberapa waktu lalu, saya diberitahu bahwa sekitar 200 peserta sudah mendaftar untuk mengikuti Sail Banda 2010 sehingga Maluku harus berbenah sebagai tuan rumah." katanya. (Bayu U(Unto)


Sumber : Suara Karya 20 Mei 2010 hal.7

Your Betta Won't Eat?

Your Betta Won't Eat?
by: Ong Hui Woo

Feeding your fish is no different from a kid. Although it is very easy to feed your Betta fish, they will not eat everything you throw in. You can try putting in fish flakes, but I can tell you they rather starve than to eat them. It’s not that they have turned bulimic, but certain food just does not appeal to your Betta fishes. Here are a few useful tips.

Live shrimp brine

The keyword is live food; they are the best food you can serve on the Betta table. Feeding them with live shrimp brine is like having Sashimi for us. It has lots of protein, vitamins and minerals for excellent growth. You can compare the ‘skin color’ of your Betta fishes when they are consistently fed with the shrimp brine. You can find live shrimp brine at the local pet shop, but they can be pricey.

Live worms

Betta fishes are carnivorous. They like things that will wriggle around, so worms are attractive to them. I like feeding my Betta fishes worms, but maybe only about once every two weeks. Why? Worms are messy and dirty and they can contaminate your tank very easily. I have to clean them thoroughly before I give them to my precious Bettas. Any kind of worms require cleaning first and if they are not frozen, please throw them away after a day. So the trick here is to buy the minimum but enough to keep your Bettas happy for a meal or two. Remember, if it stinks, do not eat it, the rule is applicable to both humans and Bettas.

Pellets

For busy people who want to feed your fishes quickly and spend the rest of the day switching cable channels, try fish pellets. Clean, fast and convenient. Looks for pellets that have shrimp brine mixed in them. Betta fishes are not natural pill eating species, so you might have to take a while before they start to eat them. Do not over feed them also, look at their tiny bellies and estimate how many pellets would fill them up.

For most people, getting live shrimp brine and live worms on a regular basis is not feasible. The best strategy then would be to go on pellets and feed them the live food one or two days before changing the water in the tank. Then it would be like treating your Bettas to a feast before sending them to a rejuvenating spa!

For more information on keeping Bettas, visit http://www.tothefish.com


About The Author
Ong Hui Woo
http://www.tothefish.com

Starting A Water Garden With A Fountain

Starting A Water Garden With A Fountain
by: Elizabeth Jean


Even if you want a big water garden with a fountain, waterfall, stream, and a variety of fish and plants, make a starter garden first. A small-scale project offers experience you'll find helpful when tackling larger projects later.

A starter garden brings the beauty of water to your landscape in a minimum of time and for much less cost than it takes to develop a large water garden. It is also more manageable when it comes to time, requiring less than an hour of maintenance every few weeks. You can have a water garden with a, http://www.garden-fountains.com/Detail.bok?no=2000, in a small space. Sometimes called mini ponds or mini gardens. Starter gardens set by an entrance are a delight for visitors. Tucked into a corner of a patio, they're a pleasant source of sound or a sparkling focal point when incorporated into the landscape.

You can make a starter water garden with a fountain that's formal or informal, raised or in the ground. A starter water garden with a fountain is the logical choice for small yards or patios and mini gardens since they all provide a point of interest in a courtyard or in a tiny plot outside of an apartment.

Home or Factory Made Fountains?

Urns are popular containers for fountains. And they're easy to set up. Simply install a small pump in the bottom of the urn and fill with water.

Starter gardens can be handmade or arrive from the factory ready to install. Make one from a ceramic pot or try a small kidney-shaped pond formed with flexible liner and tucked into a flowerbed. A pre-made fountain, outfitted with fish and plants, or an aboveground preformed garden complete with flagstones stacked in a low wall around a liner can serve as a starter garden. There are even portable water gardens.

A starter water garden with a fountain is an inspiration. Many people who begin small find they've enjoyed their first creation so much that they want to do a second, more ambitious feature, building on the skills they have learned. Beginning gardens can also provide the first piece of a much larger project. For example, your small pool could eventually become the foot of a waterfall or stream.

Clay pots and pottery shards create a whimsical that takes little time to build or maintain. In cold climates bring such a fountain indoors for the winter. Your starter garden with a fountain could be just a temporary one until you move on to bigger projects. If you dispose of it, you can reuse the flexible liner and move flagstones and boulders in the landscape to another site. When finished with a water garden container, you can fill it with soil and use it as a planter. And you can reuse a pump in a new water feature or sell it to another aspiring water gardener.

Fish and Fountains

For plants and fish, a mini garden should hold at least 5 gallons of water, but leave out the http://www.garden-fountains.com/Detail.bok?no=1206. Splashing interferes with plant growth and creates currents the fish have to fight. Instead, equip minimum-size gardens with a small poolside spitter fountain or a gentle aquarium bubbler to aerate the water without creating too much disturbance.

If water becomes cloudy or foul smelling in a small starter water garden with a water fountain, remove 10 percent of the water from the bottom with either a siphon hose or water pump. This reduces the buildup of toxic organic wastes.



About The Author
Elizabeth Jean writes water fountain and related topics for http://Garden-Fountains.com, the Internet’s premier destination for wall fountains, garden fountains and distinctive water features for your home and garden

Tips in Rearing of Flowerhorn Fish

Tips in Rearing of Flowerhorn Fish
by: Goerge Kepner


The Flowerhorn is a very hardy fish and it is relative easy to rear. However, there are also certain measures and techniques to adopt in order the very best quality out of your fish. No fish can survive in captivation without some control with the environment to the owner's part.

Choosing flowerhorn fish will be lively, and don't easy for being caught. No external injuries on the outer fish body. It have to be healthy no sign of diseases found.

The Location of this aquarium really should be placed in a quiet location and avoid direct sunlight or high traffic area. It is best to start using a bigger aquarium of 3-4 feet and above for every adult flowerhorn.

Flowerhorn is not really particular concerning the water quality. On condition that the water is maintained clean but not contaminated, then your fish will getting a good environment. In my own idea one of the most suitable PH level for flowerhorn is around within a range of 7.2 - 7.8. To enhance the PH you are able to buying a corals chemical sold on the market. If your PH level drops down, the fish will slow down and its appetite decrease. In other word, when the PH is just too high, the fish will have difficult time and will even suffocate to death. So therefore, you need to check the PH amount of the water regularly.

Once you change the water of the aquarium, a good idea is not to feed the fish for a day and resume feeding only few hours after changing it. Reminder don't change all the water in tank because of the good bacterial might be kill and it is also stress towards the fish. Approximately about 15% -30% every time. Put in a pinch of salt to aid stabilize the fish emotions. Please take into consideration that washing and cleaning filter can't be done together since you destroy the microbial decomposing system in water.

The fish waste might cause the water to get contaminated. The organic wastes accumulated from the fish tank can will decomposed as well as harm towards your fish. To prevent this you must have a good filter to your fish tank. An excellent filtering won't allow contaminated water to self clean and circulate along with it is beneficial bacterial attached in the filter material will also decompose the fish excrete, moreover its improved the water quality.

A highly balanced and nutritious feed are not only help the fish to grow but also provide develop nice head. There are numerous brand available in the market, but to provide complete and also to enhance the growth of flowerhorn. If you want colors brighter and more beautiful flowerhorn it can be best advisable to feed with small fish, raw shrimps, frozen bloodworm, worms and other that purchased from market. Take note don't over feed, just a minimum of 2-3 times per week. If you do over feed it will eventually cause contamination of the water by increasing the ammonia level that may be harm towards the health of your fish.

In lighting your aquarium it is strongly recommended to try botanical lights, the ultra violate rays emitted and will help to bring out the colors of the fish. And as well ensure that you turn it off at night for the fish to relax. Moreover, air pump can help provide oxygen to the water to improve the air circulation within the water.

About The Author
Goerge Kepner much of his free time writing about aquarium related topics on a range of websites. He believes in priceless information for fish keepers who want to learn about their pass time. You may find buy http://www.flowerhornkamfa.com/ online to be a useful resource from aquarium fish shop

The author invites you to visit:
http://www.flowerhornkamfa.com

Attracting Zoo Plankton Catches Fish! Underwater Fishing Lights Details Here!

Attracting Zoo Plankton Catches Fish! Underwater Fishing Lights Details Here!
by: Mark Fleagle



Night fishing for any species of fish can be very rewarding and exciting. However, there is some specialized night fishing equipment you will need to have to be successful. We are going to talk about the use of night fishing lights today.

Some of the more common types of night fishing lights that are available on the market today are a variety of different 12 volt fishing lights such as underwater fishing lights, and floating fishing lights, which both have very important purposes.

Underwater 12 volt fishing lights come in a variety of different shapes and sizes but the most common size is the 4ft fishing light. They also come with different colors and power ratings. The best underwater fishing lights will have a wattage rating of 25-40 and generate about 1000 to 3000 lumens. The illumination color that seems to work the best is green. These lights are important because they are necessary to attract zoo plankton. You are probably asking yourself "what is so important about attracting zoo plankton" Well the answer to that question is very simple. Attracting zoo plankton will attract bait fish close to the area you are fishing. If you know anything about the food chain of most game fish, (which I know you do or you wouldn't be reading this page now) bait fish are the primary food source of the most of the game fish you will be targeting at night. If you can put a submerged fishing light under the water and start catching fish, well that's a no brainer! Of course you will do it. If you are like me, any tool that can help you catch more fish, id going to be part of my fishing equipment, and night fishing lights are important.

Floating fishing lights have a similar purpose to the underwater fishing lights. A floating fishing light will attract and concentrate bait fish that are coming to the area. Game fill will also be attracted to the lights. Game fish will normally lay in waiting just outside the beams rays of both the floating fishing lights and the underwater fishing lights, waiting for unsuspecting bait fish to wonder outside of the beams rays, or often they will dart in and catch a bait fish and dart back out to there hiding area. Many times the bait fish do not even suspect that the game fish are even around. Floating fishing lights are also classified as 12 volt fishing lights, and can be powered by any 12 volt battery source. My personal preference is to use a car battery. I power both my floating fishing lights and my underwater fishing lights from this power source. A fully charged car battery will last me a full last me all night. I than recharge the battery when I go home. Both underwater fishing lights and floating fishing lights normally come with alligator clips and makes hooking them to the power source very simple.

If you want to have a exciting fishing experience you need to try night fishing. You may be pleasantly surprised at how many fish you can catch. Also if you want very little fishing pressure you will love night fish.

About The Author
We Have Something Special Just For You, Check Out A Secret Weapon For Crappie And Other Fish Angling My Friend Discovered In 2004 Check It Out Here!

Check out Mark's website to get some amazing fishing information and fishing articles loaded with fishing tips about 12 volt fishing lights that really work!

The author invites you to visit:
http://www.oldfishinghole.com

Adopsi Ilmu dari Tiongkok

Adopsi Ilmu dari Tiongkok



Kerja sama saling menguntungkan akan terus dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ke berbagai negara. "Tidak saja kita yang mengadopsi ilmu seperti dari China (Tiongkok), tapi Indonesia sudah bisa berbagi ilmu pengetahuan dengan negara lain, bahkan menyumbangkan SDM pada beberapa negara yang membutuhkan," ujar Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad di Jakarta kemarin.

Di hadapan Bill Farmer, duta besar Australia untuk Indonesia, saat memberikan sambutan pada acara riset kelautan dan perikanan yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Australia. Fadel menyambut hangat kerja sama untuk meningkatkan hasil kelautan.

Di kantornya. Fadel juga menerima kunjungan Duta Besar Tingkok Zhang Qiyue. Pada pertemuan tersebut, pihaknya ingin mempelajari kemajuan bidang kelautan dan perikanan riset yang dimiliki negara tersebut untuk mewujudkan visi KKP sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015.

Indonesia dan Tingkok sepakat melakukan kerja sama dalam mengembangkan sumber daya manusia, manajemen yang berkelanjutan, peningkatan kapasitas, menanggulangi penangkapan ikan ilegal, dan pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, (nel)



Sumber: Indo Pos 18 Mei 2010,hal.3

Berkah dari Budidaya Ikan Sidat

Berkah dari Budidaya Ikan Sidat

Ikan sidat atau unagi banyak dikonsumsi sebagai makanan mewah di Jepang, Hongkong, dan Korea karena kandungan tinggi protein dan omegaSyang berkhasiat untuk kesehatan tubuh. Namun, benih ikan sidat yang banyak di perairan Indonesia belum banyak dimanfaatkan di negeri sendiri.

Oleh BM LUKITA GRAHADYARINI

Di Indonesia, paling sedikit ada enam jenis ikan sidat (Anguilla sp), yaitu Anguilla marmomta, Anguilla celebensis, Anguilla ancentralis. Anguilla bomeensis, Anguilla bi-color bicolor, dan Anguilla bicolor pacffica. Melihat peluang pasar yang besar. Syaiful Hanif (32) dan sepuluh rekannya yang tergabung dalam Paguyuban Patra Gesit di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mulai menjajaki usaha budidaya ikan sidat pada akhir tahun 200

Teknik pembesaran ikan sidat awalnya dipelajari Syaiful di Balai Layanan Umum Pandu Karawang, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Segmentasi ikan sidat bicolor dipilih dengan benih yang didapat dari hasil tangkapan alam.

Bermodal sedikit pengalaman, paguyuban yang dipimpin Syaiful itu lantas mengajukan kredit lunak pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Pertamina Tbk Rp 1,2 miliar untuk jangka waktu 3 tahun. Kemudian, dana sebesar itu digunakan untuk membeli lahan seluas 2 hektar di Desa Lamaran Tarum, Kecamatan Can-tigi. Kabupaten Indramayu.

Selain itu, dana itu.untuk membangun 10 petak kolam ikan berukuran masing-masing 20 x 30 meter persegi, pembelian benih ikan sidat, sertapersiapan sarana dan prasarana produksi Di antaranya peralatan diesel mengingat di wilayah itu belum ada jaringan listrik yang memadai.

Setelah lahan disiapkan. Syaiful dan rekan-rekannya mencoba mempraktikkan pembesaran ikan sidat bicolor di lahan mereka. Namun, usaha pembesaran ikan sidat bicolor temyata tidak mudah. Bicolor yang biasa hidup di arus pertemuan air sungai dan air laut sulit beradaptasi di kolam air tawar.

Negara tujuan ekspor Ikan sidat adalah jenis kar-nivora (pemakan ikan) yang me-miliki sifat katadromos. yaitu awalnya berkembang biak di laut dan selanjutnya mencari perairan umum (air tawar) untuk membesarkan diri.
Sifat itu membuat ikan sidat sulit beradaptasi dan mengubah pola makan di habitat baru kolam air tawar. Tingkat pertumbuhan ikan bicolor juga tidak merata karena ukuran benih yang ditebar tidak seragam. Usaha mereka pun berada di ambang kehancuran.

Namun, Syaiful tidak menyerah- Ia lantas menekuni riset pembesaran ikan sidat selama hampir setahun. Proses aklimatisasi diterapkan berupa penyesuaian lingkungan, temperatur, serta sortir benih ikan sebelum disimpan di kolam. Dengan perlakuan khusus, ikan sidat bicolor yang biasanya makan ikan lain itu berubah ke-biasaan menjadi rakus makan pelet Berpyak dari hasil riset tersebut. Syaiful dan te-man-temannya melanjutkan usaha. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung beralih dengan membidik segmentasi ikan sidat marmorota yang permintaan dan harganya di pasar internasional jauh lebih tinggi

Ikan sidat marmorata terbukti tumbuh subur dengan tingkat hidup (SR) 80 persen. Jika dalam kurun 6 bulan pertumbuhan benih sidat hanya dari ukuran 0,2 gram menjadi 40 gram per ekor, dalam bulan ke-7 sampai ke-10 benih tumbuh pesat dari ukuran 40 gram ke 1 kilogram (kg) per ekor.

Pada panen perdana bulan Januari 2010, paguyuban itu menghasilkan panen sidat sebanyak 500 kg dan seluruhnya diekspor. Ekspor ikan hidup dengan bobot lebih dari 500 gram per ekor, harga jualnya berkisar Rp 120.000-Rp 160.000 per kg. Harganya akan semakin mahal jika bobot ikan lebih dari 1 kg per ekor, yakni Rp 120.000-Rp 180.000 per kg.

Pasar utama ekspor ikan sidat adalah Hongkong, China, dan Taiwan. "Minat pasar ekspor yang tinggi terhadap ikan sidat membuat hasil produksi selalu terserap pasar, berapa pun jumlahnya," ungkap Syaiful.

Ia mengakui tidak sulit mencari benih ikan. Beberapa kawasan perairan yang banyak terdapat benih ikan sidat di antaranya di pesisir Sumatera bagian barat, Sulawesi, dan pantai selatan Jawa yang berbatasan dengan laut dalam. Harga benih sidat marmomta Rp 120.000 per kg dengan ukuran benih 25 gram per ekor.

Sayangnya, seiring maraknya permintaan di pasar internasional, penyelundupan benih ikan sidat ke negara lain terus terjadi, di antaranya ke Jepang.

Penyelundupan di beberapatempat itu mendongkrak harga benih marmoruta hingga mencapai Rp 2,5 juta per kg.

Syaiful mengaku khawatir, dengan teknologi budidaya sidat di Tanah Air yang belum berkembang luas, bukan tidak munj0tin masyarakat Jepang kelak akan mencuri start dalam pembudidayaan ikan sidat secara luas.

"Indonesia adalah negeri produsen benih ikan yang besar dan kaya. Tetapi, jika potensi itu tidak dimanfaatkan optimal, bisa dipastikan rakyat Indonesia sulit memperoleh nilai tambah dari perikanan," ujar pria yang sebelumnya menekuni bisnis penjualan pulsa itu.

Salah satu ambisinya dalam waktu dekat adalah memperluas pemasaran ikan sidat ke pasar-pasar dalam negeri "Kalau pasar ekspor dengan mudah bisa ditembus, kenapa pasar dalam negeri justru tidak melihat potensi ini," papar Syaifui

Ia menargetkan produksi ikan sidat pada panen kedua bulan Juli 2010 bisa mencapai 1 ton. Ia pun berencana memberdayakan masyarakat sekitar dengan menularkan teknik pembesaran ikan sidat ke warga Indramayu.

Caranya, melepas benih ikan sidat berukuran 100 gram kepada warga untuk dibesarkan sampai ukuran 500 gram, kemudian ditampung kembali untuk dipasarkan.

Pria lulusan politeknik Jurusan Mesin ITB angkatan 1996 ini berharap pemerintah memiliki regulasi yang tegas untuk mengembangkan benih ikan sidat, memperluas teknologi budidaya lewat pemberdayaan masyarakat, serta menekan penyelundupan benih yang merugikan perikanan budidaya.


Sumber : Kompas 15 Mei 2010,hal.21

Dragonfly larvae - seed Predator Fish

Dragonfly larvae - seed Predator Fish


1. (Dragonfly larvae)
Dragonfly or papatong (Sunda), dragonfly or coblang (Java) on larval phase is a seed predator fish that is very fierce. Dragonfly larvae of hatchery fish pose a threat in some areas of aquaculture centers. Dragonfly larva has a very diverse local names, such as in West Sumatra is called: sipasin, children sipatuang; in North Sumatra called anakni siri-siri. While popular in West Java called kinikini. General name is Dragonfly larvae.

This includes classroom dragonfly insect of the order Odonata and the suborder Epiprocta. There are many tribes of this dragonfly, namely Austropetaliidae Cordulegastridae; Corduliidae; Gomphidae; Libellulidae; Macromiidae; and Neopetaliidae. In general, we classify people into two major groups of dragonflies (DAMSELFLY-DAMSELFLY) and dragonfly pin.


Systematics details are as follows:
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Odonata
Sub Order: Epiprocta
Family: Aeshnidea
Genus: Anisoptera (dragonflies), Zygoptera (dragonfly pins)


Dragonflies and dragonfly pin can be distinguished easily. Dragonflies are generally relatively large bodied and perched with wings spread open or sideways. While dragonflies are generally small needles (although there are some rather large type), has the abdomen (body) of thin slender needle-like, and perch with closed wings, standing together at the back. Both types of these insects live near water, where they lay eggs and spend the pre-adult children.


Dragonflies and dragonfly pin widespread, in forests, gardens, fields, rivers and lakes, to the yard of the house. Found from the coast to a height of more than 3000 m asl (above sea level).

Dragonfly's life is never far from water. These insects reproduce by laying eggs. The eggs laid on plants in the water. There's kind of like dragonflies lay their eggs in stagnant water, but there are also types of dragonflies lay their eggs on the water like a rather heavy. After the marriage, the marriage would seem an egg the next day in the pool water surface. Shaped like a frog egg dibaluti long mucus secretions between 1-3 cm.

The eggs were not so obvious but it feels slippery to the touch in hand. Within two days usually eggs already hatched. After hatching, the larvae leave the shell in the slimy surface of the water and live floating in the water.

To ensure the survival of eggs and the child is, dragonflies lay their eggs on the water it deems safe and not contaminated with a deadly poison. In addition, they seem to have an instinct to put their eggs in locations that are widely available food. So do not be surprised if the eggs of dragonflies are found in many insects of rice water and also a lot of seed fish pond.

Once hatched, larvae (maggot) and nymphs (post larvae) dragonfly (called kinikini) live and develop in the bottom waters, metamorphosed, and eventually out of the water as an adult dragonfly. Most of the life cycle of dragonflies are in the water.

By metamorphosis, larval dragonflies with a total length of 2-3 cm began to climb the wooden stilts or dike pond not far from the surface water. Metamorphosis preceded the opening in the skin or shell around the base of the wings or neck.

Furthermore, the head emerged slowly. Beyond the body and the tail will follow so the whole body out, including legs and wings.


Morphological traits
Despite the specter of hatchery fish, however, has not been much literature which discusses in detail the lives and experiences in kinikini prey fish. Morphological characteristics of dragonfly larvae in general, are as follows:

1. Segmented body-field and have three pairs of legs segmented-sections.
2. Having one pair of eyes and one pair of antennae on the head.
3. Body color of brown and black.
4. Has two pairs of wings that grow after body size reached 1.5 cm.
5. Has a jaw like a bailer or a jagged crescent serves as a hand to cut the prey.

6. Abdomen oval shape, and when viewed from below the surface of the stomach looks flat when viewed from above looked more sharp and triangular.
7. Comparison of body length and width of approximately 2: 1 or 3: 1.


Biological properties
Biological properties of dragonfly larvae obtained from field observation results show the following:
1. dragonfly larva spends its life in the water since the eggs hatch into larvae to reach a length of 2 cm. After that metamorphosed into nymphs and then would break away from the leather (carapace) to the child dragonfly. After this period of his life was turned into land.

2. dragonfly larvae breathe in water using internal gills.
3. Dragonfly larvae and nymphs are able to live out of water when placed in the ground for hours.
4. Have the ability to swim a rapid tool-driven pool located at the tip of its tail.
5. Likes to hide in the roots or aquatic plants and moss in the bottom mud bath or pool.
6. Can also be attached with the grip of his legs in the pool wall or the timber upright while spying the approaching fish.
7. Seeds preyed upon by fish as fast as lightning with his hands.
8. Having the nature of killing each other (cannibalism).
9. Pranced like to lift the stomach.


source: KhairulAmri and ToguanSihombing, PT.GramediaPustakaUtama, 2008

Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan

Tanpa kita sadari, sebagian serangga air sebenarnya merupakan predator benih ikan yang tidak kalah berbahayanya. Meskipun berukuran kecil, serangga air umumnya memiliki populasi yang besar di kolam benih atau kolam pendederan, sehingga menimbulkan ancaman kerugian yang tidak kecil bagi usaha pembenihan dan pendederan ikan. Terutama jika pembenih ikan tidak menyadari kehadiran serangga air ini di kolamnya.

Umumnya, serangga air yang menjadi predator benih ikan adalah yang salah satu fase hidupnya (biasanya fase larva) di dalam air—selanjutnya setelah post larva (serangga muda) dan kemudian menjadi dewasa hidup di darat. Pada fase dewasa, serangga tersebut bukan lagi predator langsung benih ikan, Beberapa jenis serangga air yang menjadi predator benih mematikan adalah ucrit; kini-kini; notonecta dan lintah.



1. KINI-KINI (LARVA CAPUNG)
Capung atau papatong (Sunda), kinjeng atau coblang (Jawa) pada fase larva merupakan predator benih ikan yang sangat ganas. Larva capung menjadi momok usaha pembenihan ikan di beberapa daerah sentra perikanan budidaya. Larva capung memiliki nama lokal yang sangat beragam, misalnya di Sumatera Barat disebut: sipasin, anak sipatuang; di

Sumatera Utara disebut anakni siri-siri. Sementara di Jawa Barat populer disebut kini-kini. Nama umumnya adalah dragonfly larvae.

Capung ini termasuk kelas Insekta dari ordo Odonata dan subordo Epiprocta. Ada banyak suku dari capung ini, yaitu Austropetaliidae Cordulegastridae; Corduliidae; Gomphidae; Libellulidae; Macromiidae; dan Neopetaliidae. Secara umum masyarakat kita mengelompokkannya ke dalam dua kelompok besar yaitu capung (sibar-sibar) dan capung jarum.


Sistematika lengkapnya adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Sub ordo: Epiprocta
Famili: Aeshnidea
Genus: Anisoptera (capung); Zygoptera (capung jarum)


Capung dan capung jarum dapat dibedakan dengan mudah. Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen (badan) yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Kedua jenis serangga ini hidup dekat air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya.


Capung dan capung jarum menyebar luas, di hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl (dari permukaan laut).

Kehidupan capung tidak pernah jauh dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur. Telurnya diletakkan pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan kelihatan keesokan harinya di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir antara 1 - 3 cm.

Telurnya tidak begitu kentara namun jika dipegang terasa licin di tangan. Dalam waktu 2 hari biasanya telur sudah menetas. Setelah menetas, larva meninggalkan cangkang berlendirnya yang berada di permukaan air dan hidup melayang-layang dalam air.

Untuk menjamin kelangsungan hidup telur dan anakannya, capung meletakkan telur-telurnya di air yang dianggapnya aman dan tidak tercemar racun yang mematikan. Selain itu, mereka sepertinya punya insting untuk meletakkan telurnya di lokasi yang banyak tersedia makanan. Sehingga tidak heran bila telur-telur capung banyak ditemukan di areal persawahan yang banyak serangga airnya dan juga perkolaman yang banyak benih ikannya.

Setelah menetas, larva (tempayak) dan nimfa (post larva) capung (yang disebut kini-kini) hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung adalah di dalam air.

Menjelang metamorfosis, kini-kini dengan panjang total 2 - 3 cm mulai memanjat tonggak-tonggak kayu atau pematang kolam yang tak jauh dari permukaan air. Metamorfosis didahului terbukanya kulit atau cangkang di sekitar pangkal sayap atau tengkuknya.

Selanjutnya kepala muncul secara perlahan-lahan. Seterusnya badan dan bagian ekor akan menyusul sehingga seluruh tubuhnya keluar, termasuk kaki dan sayapnya.


Ciri morfologis
Meski menjadi momok usaha pembenihan ikan, namun sampai saat ini belum banyak literatur yang membahas secara mendetail kehidupan kini-kini serta sepak terjangnya dalam memangsa benih ikan. Ciri-dri morfologis kini-kini pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Badannya beruas-ruas dan memiliki 3 pasang kaki beruas-ruas.
2. Memiliki satu pasang mata dan satu pasang antena di kepala.
3. Warna badan kecokelatan dan hitam.
4. Memiliki dua pasang sayap yang tumbuh Setelah ukuran tubuh mencapai 1,5 cm.
5. Memiliki rahang seperti gayung atau sabit bergerigi yang berfungsi sebagai tangan untuk memotong mangsa.

6. Bentuk perut oval dan jika dilihat dari bawah permukaan perut terlihat lebih rata, jika dilihat dari atas tampak lebih tajam dan berbentuk segitiga.
7. Perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh kira-kira 2 : 1 atau 3 : 1.


Sifat biologis
Sifat biologis kini-kini yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan sebagai berikut :
1. Kini-kini menghabiskan masa hidupnya di dalam air sejak dari telur, menetas menjadi larva (kini-kini) hingga mencapai panjang 2 cm. Setelah itu bermetamorfosa menjadi nimfa dan selanjutnya akan melepaskan diri dari kulit (karapas) menjadi anak capung. Setelah periode ini masa hidupnya pun beralih ke darat.

2. Kini-kini bernafas di dalam air menggunakan insang internal.
3. Kini-kini dan nimfa mampu hidup di luar air apabila ditaruh di darat berjam-jam lamanya.
4. Memiliki kemampuan berenang yang tergolong cepat yang digerakkan oleh alat renang yang berada di bagian ujung ekornya.
5. Suka bersembunyi pada akar atau tanaman air serta lumpur berlumut di dasar bak atau kolam.
6. Dapat juga menempel dengan cengkeraman kakinya pada dinding kolam atau kayu-kayu tegak sambil mengintai benih ikan yang mendekatinya.
7. Memangsa benih ikan dengan cara menyergap secepat kilat dengan tangannya.
8. Memiliki sifat membunuh sesamanya (kanibal).
9. Suka berjingkrak-jingkrak dengan mengangkat bagian perutnya.


Jenis Kini-kini
Secara umum dari pengamatan di lapangan menunjukkan ada beberapa jenis capung yang kini-kininya menjadi ancaman serius bagi benih ikan.

- Jenis 1. Jenis ini tergolong paling banyak ditemukan. Berasal dari induk-induk capung yang beraneka warna seperti kuning, merah, cokelat dan biru. Larva capung ini memiliki mata dengan posisi tepat di kiri-kanan bagian atas kepalanya. Bentuk kepalanya mirip segitiga meruncing ke bawah jika dilihat dari depan. Warna dominan tubuhnya agak kuning-kecokelatan. Pembeda lainnya adalah rahang yang dapat berfungsi sebagai tangan untuk menangkap dan memotong mangsa. Bentuknya mirip gayung air.

-Jenis 2. Jenis kedua ini tergolong sering ditemukan saat pengeringan dan panen benih ikan dalam kolam. Namun jenis yang ditemui tidak sebanyak jumlah jenis pertama. Berasal dari induk yang memiliki mata dengan posisi di bagian depan kiri-kanan kepala dan bentuknya menyerupai tanduk yang baru menyembul. Posisi matanya berbeda sekali dibandingkan dengan jenis pertama. Warna dominan tubuhnya agak kuning-kecokelatan. Pembeda dengan jenis pertama adalah ukuran tubuhnya lebih besar serta kaki-kakinya lebih panjang. Selain itu, memiliki rahang kuat yang berfungsi sebagai tangan dan pemotong mangsa dengan bentuk mirip sabit bergerigi.

- Jenis 3. Kini-kini jenis ketiga ini tergolong jarang ditemukan. Merupakan larva dari capung berwarna belang hijau-kehitaman. Larva capung ini memiliki mata yang relatif kecil. Posisinya di tepi kiri-kanan kepalanya. Bentuk badannya lebih kecil dan lebih keras dibanding dengan jenis pertama dan kedua. Selain itu, memiliki warna badan dominan hitam dan posisi kaki tidak mengangkang, tetapi melipat seukuran badannya. Bila dibanding dengan jenis pertama dan kedua, jenis ketiga ini tidak memiliki rahang untuk menangkap dan memotong mangsanya, sehingga efeknya bagi hasil produksi benih tidak terlalu merugikan

- Jenis 4. Kini-kini jenis ini tergolong jarang ditemukan. Merupakan larva dari capung yang badannya lebih kecil dan ukurannya 0,25 kali ukuran tubuh capung jenis pertama, kedua dan ketiga. Memiliki mata yang tergolong besar jika dibandingkan dengan besar kepalanya. Bentuk badannya kecil memanjang dengan perbandingan panjang total dan lebar total badannya adalah 13 : 1. Warna badannya cokelat kekuning-kuningan.

Kebiasaan Memangsa
Kini-kini yang berukuran besar dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Kini-kini memangsa benih ikan dengan jalan mengisap darah benih ikan.
Sebagai pernangsa, kini-kini dilengkapi alat khusus berupa rahang yang kuat dan besar serta "tangan" yang digunakan untuk memotong mangsanya. Mangsa dipotong agar mudah dimakan dengan cepat. Pergerakan kini-kini sangat cepat karena dilengkapi tangan dan kaki serta alat bantu renang yang terdapat di bagian ekornya. Selain itu, kini-kini bisa juga melakukan penyamaran dengan bersembunyi di dasar kolam maupun di dinding bak atau pematang dengan jalan menempel pada tanaman air atau benda lain seperti ranting kayu/tanaman air yang ada kolam.

Kini-kini mulai memangsa benih ikan sejak ukuran panjang badannya 5 mm. Kini-kini menjadi lebih ganas jika ukuran panjang total badannya sudah mencapai 1,5 - 2,0 cm hingga menjelang masa metamorfosis menjadi anak capung. Keganasannya ini dipengaruhi oleh daya renangnya, daya cengkeramannya dan ukuran tubuhnya yang semakin besar sehingga mampu melumpuhkan benih ikan dalam jumlah lebih banyak.

Benih yang lebih mudah dimangsa adalah larva ikan yang masih berusia muda di bawah 1 bulan. Dari pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa benih ikan mas merupakan mangsa favorit kini-kini. Benih ikan nila jarang dimangsa kini-kini karena memiliki duri dan sisik yang keras serta pergerakan yang lincah.

Umumnya ikan-ikan yang memiliki pertumbuhan lambat seperti benih qurami atau benih ikan yang tidak dipelihra dengan baik,tidak dibarengi dengan pemberian pakan intensif (sehingga pertumbuhannya lambat), menjadi mangsa empuk kini-kini. Selain itu, besar kecilnya kolam juga memberi andil. Kolam yang lebih sempit memudahkan kini-kini untuk melakukan pemangsaan. Kini-kini bahkan masih memangsa benih ikan yang ditampung di baskom saat panen. Jika saat panen di antara benih terdapat kini-kini, predator ini harus segera ditangkap dan dimusnahkan.

Indikator Keberadaan Kini-kini
Jika banyak capung beterbangan di sekitar kolam, dipastikan terdapat kini-kini di kolam itu. Makin banyak capung beterbangan di lokasi, makin banyak pula populasi kini-kini.

Masa pergantian kulit (molting) kini-kini mirip proses perkembangan jenis udang-udangan. Pada saat ini kondisinya sangat lemah dan tubuhnya lunak. Kondisi seperti ini merupakan masa bahaya baginya dari serangan musuh. Alat pemangsanya pun tidak berfungsi. Saat berganti kulit ini ia akan mengalami pertambahan besar yang cepat, seakan-akan ia mengembang dan hari demi hari kulitnya akan mengeras. Begitu selanjutnya hingga ia mengalami pergantian kulit beberapa kali. Sisa kulit atau karapasnya itu biasanya terapung di permukaan kolam. Ini bisa menjadi indikator bahwa di kolam terdapat kini-kini.

Pengendalian
Kehadiran kini-kini di kolam benih ikan dapat dikendalikan sedini mungkin. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis, biologis maupun kimiawi. Pengendalian secara mekanis antara lain dengan mengendalikan perkembangbiakan induk, telur serta larva capung. Pengendalian biologis menekankan pada upaya pemeliharaan benih yang tahan atau bisa terhindar dari serangan kini-kini. Sementara pengendalian secara kimiawi umumnya dilakukan dengan pomberantasan menggunakan insektisida.

1, Pengendalian secara mekanis
Keberadaan capung di sekitar areal perkolaman umumnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, faktor ketersediaan makanan bagi capung dewasa dan kedua, faktor air sebagai media untuk peletakan telur dan membesarkan larva. Selain itu, tanaman semak dan perdu memudahkan capung untuk hinggap.
Untuk mengendalikannya, jagalah kebersihan pematang atau tanggul kolam baik dari rerumputan/semak maupun perdu. Usahakan rumput/semak di tanggul tidak terlalu tinggi. Kolam atau bak pemeliharaan benih yang berukuran kecil (< 50 ml) dapat ditutup dengan kain waring/jaring sehingga capung tidak bisa meletakkan telurnya ke dalam bak. Jika di dalam kolam ditemukan telur capung, langsung ciduk menggunakan seser atau serokan halus. Telur yang berhasil disero dibuang ke tanah dengan care mengempas-empaskan seser agar lendir yang menempel terlepas

Jika populasi kini-kini di kolam cukup banyak, lakukan perburuan. Memburu kini-kini lebih efektif jika dilakukan pada malam hari karena saat itu kini-kini lebih aktif, dan keberadaan manusia tidak mudah diketahui. Perburuan dilakukan memakai senter yang terang, baskom penampung yang diisi sedikit air dan seser halus sebagai penangkap. Untuk lebih mudahnya, gunakan senter yang ditaruh di kepala. Larva capung pada malam hari biasanya sering berada di sekitar dasar kolam atau tebing pematang dan jelas terlihat apabila air kolam tidak keruh, atau pada kolam beton.

2. Pengendalian secara biologis
Pengendalian secara biologis pada dasarnya memanfaatkan kelemahan kini-kini dan juga kelebihan benih ikan jenis tertentu.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa populasi kini-kini hanya sedikit di kolam pemeliharaan benih ikan yang memiliki pertumbuhan relatif cepat, gerakan berenang aktif, suka memakan ape saja (omnivore) seperti ikan mas dan nila atau pe-
makan hewan-hewan renik (karnivora) seperti lele dumbo. Hal ini kemungkinan karena populasi kini-kini terdesak oleh populasi benih ikan di mana ukuran benih ikan lebih cepat besar dibanding kini-kini sehingga sulit untuk dimangsa. Sebaliknya, banyak ditemukan kini-kini pada kolam pemeliharaan benih gurami yang pertumbuhannya lambat, pemakan tumbuhan (herbivore), serta gerakan berenangnya kurang aktif.

Ukuran benih gurami rata-rata kalah besar dibanding kini-kini, sehingga wajar bila benih gurami mudah dimangsa. Apalagi pada malam hari (saat kini-kini aktif mencari makan), benih gurami sangat jinak berenang di sekitar permukaan air, sehingga mudah dimangsa. Selain itu, meski perlu pengamatan lebih jauh, ada kecenderungan bahwa benih yang berwarna terang lebih disenangi kini-kini dibanding yang berwarna gelap.
Semakin besar ukuran benih ikan, semakin bebas benih itu dari gangguan kini-kini. Namun terbatasnya tempat dan biaya, membuat larva ikan harus segera ditebarkan ke kolam. Semakin cepat larva ikan ditebarkan ke kolam, semakin kecil ukurannya. sehingga menjadi mangsa yang mudah disantap kini-kini. Untuk itu ada baiknya benih yang ditebar di kolam adalah benih yang berukuran lebih besar. Benih yang masih kecil sebaiknya dipelihara lebih lama di dalam wadah tertutup (bak beton permanen, bak fiberglass atau akuarium) dengan pemberian pakan yang berkualitas seperti kutu air, cacing sutera dan artemia, sehingga pertumbuhannya cepat dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat.

Untuk benih gurami yang pertumbuhannya lambat akan lebih aman ditebar dengan sistem mutasi/pindah dari kolam yang satu ke kolam lainnya setiap 15 hari. Kelihatannya lebih merepotkan tetapi relatif menjadi lebih amen.

3. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida (racun se- -
rangga) merupakan cara terakhir untuk memberantas kini kini. Penyemprotan pertama dilakukan sebelum benih ditebar dan penyemprotan susulan dilakukan setelah benih ditebar. Penyemprotan susulan ini sifatnya optional (hanya dilakukan jika populasi kini-kini sangat banyak) dan dilakukan secara hati-hati. Sebab, pada saat penyemprotan susulan kolam telah berisi benih ikan. Dilemanya, dosis penyemprotan terlalu rendah tidak akan mematikan kini-kini. Sebaliknya, jika dosis dinaikkan, benih ikan ikut mati. Ada yang menyarankan, penyemprotan susulan tidak dilakukan. Sebagai gantinya, dilakukan pemberantasan secara mekanis yakni dengan menangkapi kini-kini menggunakan tangan/serer dan kemudian memusnahkannya. Meski lebih merepot namun lebih aman bagi kelangsungan hidup benih ikan.


Jenis insektisida yang sering digunakan pembenih adalah Ripcord 50 EC dengan dosis 4 cc untuk 1 m3 air kolam. Kondisi air kolam dibiarkan tergenang agar daya racun tidak berkurang. Dosis ini adalah untuk penyemprotan pertama sebelum larva ikan ditebarkan. Penyemprotan dilakukan menjelang Siang hari pada saat terik matahari jangan menyemprot pada saat hujan karena akan sia-sia. Pada saat penyemprotan, aliran air masuk dan air keluar ditutup. Insektisida yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam tangki handsprayer lalu diencerkan dengan air. Selanjut nya disemprotkan secara merata ke permukaan kolam. Jika tidak ada handsprayer, dapat juga menggunakan baskom dan larutan insektisida dengan cara dipercik-percikkan secara merata ke seluruh permukaan kolam.
sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

RI Siap Pasok Pangan Dunia

RI Siap Pasok Pangan Dunia
Oleh Nurdian Akhmad


Indonesia berpotensi besar menjadi negara pemasok pangan dunia, karena didukung oleh kondisi alam beriklim tropis dan lahan pertanian yang luas. Beberapa komoditas pangan RI yang sudah merajai pasar dunia adalah minyak sawit mentah (CPO), kakao, dan kopi. Sedangkan komoditas lain yang berpotensi menguasai pasar global adalah jagung, beras, gula, teh, serta produk perikanan.

RI kini juga menjadi incaran investor asing di sektor pangan menyusul tren penyusutan lahan pertanian di negara-negara maju. Demikian dikemukakan Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso, Ketua Komite Tetap Kebijakan Publik Kadin Indonesia Utama Kajo. analis perdagangan beras Tito Pranolo, serta pengamat ekonomi Fadhil Hasan dalam acara Roundtable Beras di kantor Kadin, Jakarta, Rabu (12/5).

Utama Kajo menjelaskan, Kadin bahkan selangkah lebih maju dibandingkan pemerintah dalam pengembangan tanaman pangan karena telah mengadopsi Program Pasok Dunia (Feed The World) dalam lima tahun ke depan. "Untuk itu, kami berharap pemerintah juga serius mengembangkan industri pangan dalam negeri," ujar dia.

Kajo menyayangkan pemerintah saat ini yang lebih memfokuskan perhatian pada masalah politik ketimbang ekonomi khususnya sektor riil. Meski demikian, pelaku usaha siap mewujudkan swasembada pangan termasuk program Feed The World pada 2014. "Masalah kita bukan hanya soal kualitas bibit, ekspor, serta lahan, tapi juga tata ruang yang tidak beres-beres," kata dia.

Kajo mencontohkan target ekspor produk perikanan pada 2014 naik 350% yang dicanangkan Menteri Perikanan Fadel Muhammad. Namun, target itu tidak dibarengi dengan penuntasan masalah-masalah investasi perikanan. "Kami nggak butuh insentif, tapi keseriusan pemerintah. Masak untuk investasi udang saja, kita dipersulit oleh aturan tata ruang dan lahan," ucap dia

Kajo berharap paling tidak pada 2011, beberapa komoditas pangan ekspor RI sudah menguasai pasar global, selain tiga komoditas yang sudah eksis saat ini. "Paling tidak produk perikanan, teh, dan jagung bisa menguasai pasar ekspor," ujar dia.

Sementara itu, Sutarto menyatakan, untuk komoditas pangan, Indonesia sudah mengekspor beras organik dan volumenya meningkat tiap tahun. Namun, untuk ekspor beras umummasih belum bisa karena surplus produksi beras masih relatif tipis. Tapi saya yakin kalau food estate di Merauke Papua beroperasi, paling tidak ada tambahan dua juta hektare lahan pertanian. Artinya surplus bisa semakin besar, sehingga memungkinkan untuk ekspor," kata dia.

Menurut Sutarto, Indonesia tahun lalu surplus beras 4 juta ton. Sedangkan tahun 2010 ini, surplus beras berdasarkan angka ramalan (aram) I Badan Pusat Statistik (BPS) meningkat 0,88%. Surplus tersebut hanya cukup untuk cadangan beras nasional.

"Surplus beras kita masih rentan dengan perubahan iklim, karena lahan pertanian kita sebagian adalah lahan yang tidak dijamin oleh sistem irigasi. Jadi ketika ada gangguan elnino bisa berpengaruh ke produksi beras," ucap dia.

Untuk jagung, kata Sutarto, Indo-nesia juga punya potensi bersaing di pasar dunia karena produktivitas tanaman tersebut yang cukup tinggi. "Kalau cuma memasok jagung ke negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Korea Selatan, dan Jepang, saya yakin itu bisa dilakukan," ujar dia.

Fadhil Hasan menilai. Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar memungkinkan untuk menjadi salah satu pemasok produk pangan dunia. "Masalahnya, lahan pertanian yang saat ini menyusut Jadi foodestateitu cukup bagus untuk mendukung program swasembada pangan," kata dia.

Namun, kata Fadhil, program food estate atau budi daya tanaman pangan berskala luas itu juga terganjal oleh lemahnya koordinasi di tingkat pemerintah. "Ada persepsi yang berbeda di instansi pemerintah. Misalnya Kementerian Kehutanan dan sejumlah LSM tidak mendukung program itu," kata dia.

Diincar Asing

Kajo mengakui, masalah ketahanan pangan kini menjadi isu masyarakat global terkait perubahan iklim. Kondisi itu dibarengi oleh penyusutan lahan pertanian di negara-negara industri maju.

"Lahan pertanian di Korea, Jepang, dan Tiongkok sudah berkurang luar biasa karena alih fungsi lahan. Mereka akhirnya mencari lahan pertanian di negara lain termasuk Indonesia," kata dia.

Namun, Kajo juga menyayangkan proyek food estate yang sampai kini tidak ada perkembangan karena masalah kepastian lahan. "IkBm kita cukup baik, tanah kita cukup banyak. Itu sangat menarik investor asing," ujar dia.

Tito Pranolo mengakui, banyak negara saat ini mulai mengekspansi lahan kebutuhan pangannya ke luar negeri untuk mengantisipasi kebutuhan pangan pokok di negaranya masing-masing.

Hal semacam ini telah dilakukan oleh Tiongkok, Korsel, Mesir, Libya dan lainnya. Investor Tiongkok misalnya telah banyak membeli maupun menyewa lahan di Kazakhstan. Sementara India sudah menggarap lahan di Uruguay dan Paraguay, dan negara seperti Libya serta Mesir menggarap lahan di Ukrania.

"Untuk Indonesia, kunci satu-satunya menarik investor di sektor pertanian adalah dengan public private partnership (PPP). Pemerintah harus le,bih fokus pada infrastruktur pertanian," ucap dia.

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamurti sebelumnya juga menyatakan, Indonesia bisa menjadi salah satu pemasok pangan dunia. Salah satu faktor yang membuat Indonesia tak bisa memasok pangan ke seluruh dunia karena larangan ekspor yang digembar-gemborkan media massa. "Ekspor pangan sedikit saja dipermasalahkan. Kalau di pangan, yang impornya paling besar itu terigu," kata Bayu.

Impor terigu disebutnya menjadi penyumbang defisit terbesar di neraca perdagangan Indonesia, yakni mencapai 5 juta ton per tahun. Untuk mengurangi ketergantungan pada terigu impor, pemerintah telah mengembangkan terigu alternatif seperti dari umbi-umbian.


Sumber : Investor Daily 14 mei 2010, hal. 21

Lampung Timur budi daya Kerapu

Lampung Timur budi daya Kerapu


Kabupaten Lampung Timur membuka investasi budi daya ikan kerapu untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat setiap tahun. "Selama ini pasokan ikan kerapu masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam, yang tentu saja belum mencukupi permintaan pasar," kata Kepala Kantor Penanaman Modal Lampung Timur Mulyanda, Kamis.

Dia menjelaskan, potensi perikanan di kabupaten tersebut masih cukup besar, karena dari total lahan perikanan seluas 22.548,05 hektare, yang dimanfaatkan baru 15.909,29 hektare. "Lampung Timur memiliki potensi untuk pengembangan perikanan darat atau air tawar, perikanan perairan umum di wilayah Pantai Timur Sumatra. Potensi pertambakan rakyat yang belum tergarap seluruhnya."

Dia mengatakan pendapatan masyarakat dan devisa negara akan naik jika investasi budi daya ikan kerapu dikembangkan secara maksimal. Apalagi jenis ikan kerapu itu memiliki pangsa pasar yang luas, baik domestik maupun ekspor, (antara)


Sumber : Bisnis Indonesia 14 Mei 20110,hal.i7

EELS - Eerie Or Interesting ? Fresh Water

EELS - Eerie Or Interesting ? Fresh Water
by: Alex Royal


Next to sharks, eels have to be the most feared and misunderstood fish. Eels invoke thoughts of terror and wanton destruction. This may be because eels are similar to snakes, which also get little love and sympathy. Or perhaps this is another result of Hollywood's simplistic portrayal of this fascinating group of animals. In either case, the fear is unwarranted and one can successfully and safely keep eels in a home aquarium with a little planning and research.

While many people associate eels with saltwater aquariums, there are also freshwater eels, which means customers on both sides of the hobby can enjoy owning an eel.

Freshwater Eels

Almost all freshwater eels belongs to the fish family called Anguillidae and are in the genus Anguilla. There are 15 to 20 Anguilla species including the American eel (Anguilla rostrata). Many of these ells are important sources of food and are commercially grown on farms, especially in Europe.

Few of the Anguilla species are available in the aquarium hobby, however. Probably the most common freshwater eels in the hobby are from the genus Mastacembelidae which are not true eels but classified as spiny eels.The fire and the tire track eels are well-known members of this family available to hobbyists.

The fire eel (Mastacembelus erythrotaenia) comes from South Asia (Thailand through Indochina). The fire eels dark gray to dull black and has red and yellow horizontal stripes that extend from the head to the tail and look a bit like the fire flames painted on a hot rod. This coloration is how the eel got its common name.

The fire eel can reach a length of almost 40 inches in the wild, but aquarium specimens are usually much shorter but still large. This fish needs a large tank with a 55-gallon minimum tank size. Water should be a neutral pH and around 76 degrees Fahrenheit.

As with most freshwater eels, the fire eel prefers to dig and hide in the aquarium substrate. The tank should have a soft sand bottom substrate and flat to rounded rocks without sharp edges under which the eels can hide. Lava rock is not a good choice for an aquarium containing eels.

The fire eel is nocturnal, but can be trained to come out during the day to feed. In fact, a trait common to most eels, freshwater and saltwater, is that they can be trained to eat right from the aquarist's hand. However, eels have poor eyesight and it is not unusual for them to literally bite the hand that feeds them. This is not an aggressive behavior, but the result of poor aim on the part of the eel. Good choices for feed include beef heart, worms and cut fish and shrimp.

Another common freshwater eel is the tire track eel (Mastacembelus armatus). This eel grows large and, in many cases, is mean and aggressive. The common name comes from the color pattern on the sides of the fish that resembles the track of a fire. But this fish may run over any fish that gets in its way.

Most aquarium specimens start at about 6 to 10 inches, but they quickly double or triple in size. Chances are they will start looking at tank mates as swimming morsels of food rather than neighbors. This fish will need lot of room-an aquarium at least 75 gallons-and large tank mates.

They don't seem particular about water quality other than the normal values for nitrogenous waste, neutral pH and water temperature in the mid 70s Fahrenheit. Feeding is easy as they will eat most anything such as beef heart, bloodworms, insects, frozen food and cut seafood.

We hope that this guide was of help to you and your hobby.

THANK YOU...

About The Author
Alex has been involved in the pet industry for over 20 years. Starting in a partnership of a full line pet store, until he opened his own store and expended it to 3 locations. His involvement and sponsorship of various pet clubs as well as donations to a variety of rescue organizations, has helped a number of pets and their owners to enjoy a long lasting relationship. As the result, his extensive experience and knowledge of animals and pet supplies is shared through these articles.

The author invites you to visit:
http://www.e-petsbyroyal.com

Alat Pengangkutan Ikan Gurame


Alat Pengangkutan Ikan Gurame


Alat pengangkutan ikan gurame ini adalah berupa kompan plastik yang bagian sisinya dibuka. wadah pengangkutan ikan ini digunakan untuk mengangkut ikan gurame ukuran 5 - 12 cm. 

pengangkutan ikan gurame dengan menggunakan kompan plastik ini sangat praktis dan mudah dioperasionalkan. Bila digunakan untuk pengangkutan, wadah ini biasanya tidak menggunakan 1 atau 2 buah tetapi banyak bisa 10 - 20 buah. 

Kampar Bangun Industri Pengolahan Patin

Kampar Bangun Industri Pengolahan Patin



Pemerintah Kabupaten Kampar. Riau, bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) segera membangun sentra pengolahan ikan patin berskala besar di daerah itu. Pengembangan industri perikanan berlabel minapolitan tersebut menyinerjikan usaha produksi yang dimulai dari hulu hingga hilir.

"Pengembangan minapolitan itu melibatkan tiga pihak dan KKP bertindak sebagai fasilitator. Investasinya bisa mencapai Rp 145 miliar," kata Direktur Usaha dan Investasi KKP Viktor Nikijuluw kepada Investor Dailyfa Jakarta, Selasa (11/5).Viktor mengatakan, KKP bersama Pemda Provinsi Riau dan Pemda Kabupaten Kampar berniat menjadikan industri pengolahan ikan patin terbesar Tanah Air berada di Kampar. Daerah itu, lanjut Viktor, diketahui sebagai produsen ikan patin terbesar Indonesia saat ini dan telah menjadi eksportir ke AS, Eropa, Timur Tengah, serta beberapa pasar di Asia.

Topografi Kampar juga mendukung karena memiliki banyak sungai, waduk, dan kol?m. Itu sebabnya, melalui pengem-bangan sentra minapolitan, ikan yang dapat dikembangkan di kawasan tersebut tak lagi hanya ikan patin namun juga ikan-ikan lainnya seperti ikan mas, jelawat, nilai, dan baung.Kini, volume produksi ikan secara keseluruhan di Kampar mencapai 60 ton per hari, dan 30 ton (50%) di antaranya adalah ikan patin. Seluruh produsen adalah pembudidaya skala kecil, bukan korporasi. Selain itu, ekspor patin masih dalam bentuk mentah dan belum diolah. Dengan demikian, lanjut Viktor, melalui konsep minapolitan pihak swasta akan dilibatkan dalam pengembangan industri perikanan tersebut

Bupati Kampar Burhanuddin Husin belum lama ini berharap semua pihak mendukung daerahnya menjadi sentra industri ikan patin berskala nasional."Daerah Kampar sangat potensial untuk dibangun pabrik pengolahan ikan patin. Sayang, kalau ikan patin baru bisa diekspor dalam bentuk mentah. Yang paling mudah adalah bisa membangun perusahaan pembekuan fillet patin," kata Burhanuddin.

Bentuk Konsorsium

Sejalan dengan konsep pengembangan sentra minapolitan, Pemda Provinsi Riau, Pemda Kabupaten Kampar dan satu pihak swasta pada tahun 2008 telah membentuk konsorsium berbendera PT (Perseroan Terbatas) Kamparicom. Komposisi kepemilikan di PT Kamparicom meliputi, Pemda Propinsi Riau 24% saham melalui PT Sarana Pembangunan, Pemda Kampar 38%, dan swasta PT Bonecom Budidaya Kampar 38%.

Menurut Viktor, konsorsium PT Kamparicom merencanakan investasi pabrik pengolahan dengan nilai Rp 145 miliar. Pabrik akan dibangun- dalam tiga tahap, yaitu tahap-1 yang diperkirakan akan menghasilkan 30 ton Silet patin per hari, tahap-2 menghasilkan 80 ton fi/letpatin per hari, dan tahap-3 menghasilkan 180 ton fil/etpa-tin per hari. Sementara itu, di sisi hulu yakni produksi PT Kamparicom ber-niat menaikan volume produksi menjadi 1.200 ton per hari.

"Produksi akan ditingkatkan sekian kali lipat melalui konsorsium Kapa-ricom. Waduk, kolam, sungai serta kerambah akan dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa fasilitas pabrik akan dibantu dari KKP yang bertindak sebagai fasilitator," kata Viktor.Konsorsium juga segera membangun lima unit cold storage, masing-masing berkapasitas 20 ton di daerah produsen (pembudidaya). Pembangunan unit pertama bisa diawali pada tahun 2010 melalui dana APBNP-Dit-jen P2HP Cold-storage ini berfungsi agar panen bisa dilakukan tepat waktu, mengurangi biaya produksi sekaligus mendapatkan harga pasar yang wajar.

Pakan dan Harga

Viktor memastikan, produksi industri patin di Kampar dalam jangka panjang selain bisa memenuhi pasar ekspor, namun juga pasar lokal. Di pasar lokal, lanjut Viktor, pasokan ikan patin dari sentra Kampar dipastikan bisa mensubstitusi impor patin yangselama ini menguasai Indonesia yakni dari Thailand dan Vietnam."Industri patin dari Kampar bisa segera mengisi kebutuhan supermarket Tanah Air yang selama ini masih dipasok dari Thailand dan Vietnam." Viktor.

Bupati Kampar Burhanuddin Husin menambahkan, harga ikan patin kini tergolong wajar di kisaran Rp 11 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogram. Selain itu. pakan ikan patin masih bisa dipasok dari industri rumah tangga yang selama ini sudah berjalan baik. Selain diimpor, 50% pakan patin Kampar dipasok dari desa Koto Mesjid dengan harga Rp 3.500 per kg.Bahan utama pakan adalah ikan asin yang diperoleh dari daerah Bagan Siapi-api, dan dedak (bekatul) yang diperoleh dari daerah sekitar. Sentra minapolitan ikan patin Kampar meliputi Sentra Kampung Patin Desa Koto Masjid. PLTA Koto Panjang Desa Ranah, Kecamatan AirTiris, dan Kampung Ikan Jelawat. Sejumlah sentra itu akan bernaung di bawah konsorsium PT Kamparicom milik pemda dan swasta setempat. Qjr)


Sumber : Investor Daily 12 Mei 2010,hal.30